Suripipiw

Pukul 12 siang Malvynn pun menjemput Bella dikost-annya. Tak lama Bella berjalan menghampiri Malvynn yang masih berdiam diri diatas motor cross miliknya. Namun Bella masih saja sibuk dengan handphonenya, dan membuat Malvynn sedikit mengomel padanya karena Bella bermain handphone sembari berjalan.

“Iya iya Malvynn bawel, ini gue mau bales chat bang Rey dulu sebentar.”

“Yaudah gausah sambil jalan bisa kan?”

“Ga bisa, nanti ibun nungguin.”

Setelah selesai, Bella langsung menyimpan handphone miliknya kedalam tas, dan mendekati Malvynn.

“Kenapa bawel banget si temen gue yang satu ini.”

“Ya lagian kebiasaan maen hp sambil jalan mulu. Udah ga keitung tuh luka luka di badan lo.”

“Ayo ayo ayo berangkat sekarang.”

Namun ketika Bella akan menaiki motor, seketika Malvynn menarik lengan Bella.

“Apaan lagi si elah?”

“Kepala lo ga SNI Sebella, jadi kudu yang bener make helmnya.” Ucap Malvynn sembari memasangkan ceklekan yang ada di helm Bella.

“Ah iya gue lupa hehehe.”

“Kebiasaan lupa mulu.”

“Berisik deh, udah ayo.”

Namun tiba-tiba saja handphone Bella berdering, dan ketika dilihat ternyata Jevera yang meneleponnya.

“Bentar Vynn, bang Jev nelepon.”

“Naik sekarang dulu Bell.” Ucap Malvynn setelah membuka step kiri dan kanan.

“Heem, makasih banyak Malvynn.”

Bella pun akhirnya menaiki motor Malvynn.

“Iya ini gue mau berangkat, udah dulu bang, gue sama Malvynn mau jalan sekarang.” Ucap Bella pada Jevera dibalik telepon, tak lama Bella pun mengakhiri panggilan dari Jevera.

“Udah kan? Ga ada yang ketinggalan lagi?”

“Iya udah.”

Keduanya pun akhirnya pergi kerumah Shinta dimana Malvynn dan Bella diundang untuk makan siang karena Shinta tau ketiganya sudah selesai menjalani UAS.

Keduanya hanya memakan waktu sekitar 1 jam saja, dan sesampainya ditempat berbarengan dengan Jevera yang baru saja sampai setelah membeli beberapa makanan.

Ketiganya pun turun dari kendaraan masing-masing. Dan Bella yang menghampiri Jevera dimana Jevera sedang sibuk untuk membawa beberapa makanan yang sudah dibelinya.

“Udah sana lo masuk duluan, gausah dibantu.”

“Oke deh.” Ucap Bella yang kemudian pergi meninggalkan Jevera.

Melihat Bella seperti itu sedikit membuat Jevera menoleh padanya, tak lama Malvynn pun sama dan mendekati Jevera untuk membantunya membawa beberapa makanan.

“Gausah Vynn, lo masuk duluan aja.”

“Anjim gue belum bilang apa apa bang hahahaha.”

“Buruan noh, ibun udah nungguin lo berdua.”

“Sip.”

Namun ketika Malvynn masuk kedalam terlihat Bella dan Lili yang sedang berpelukan.

“Bang Malvynn.” Ucap Lili sembari mengajak Malvynn high-five.

“Eh ada bocil.” Ucapnya dan membalas ajakan Lili.

“Lili bukan bocil.”

“Iya iya bocil.”

“Ish.”

Melihat itu membuat Malvynn dan Bella sedikit tertawa. Tak berapa lama Malvynn pun memutuskan untuk menghampiri Shinta yang sedang berada didapur, namun ketika Bella dan Lili masih berbincang, terdengar suara perbincangan antara Jevera dan Jemy Prasadja yakni ayah kandung dari Jevera.

“Ingat pak Jemy Prasadja, saya menginjakkan kaki dirumah ini bukan untuk menemui anda, melainkan Ibun dan Lili.”

Seketika Lili menatap Bella sembari tersenyum, Bella yang melihat itu seketika meminta Lili untuk berganti pakaian, dimana Lili masih memakai seragam sekolah SMA nya.

Lili pun akhirnya pergi ke kamarnya untuk berganti pakaian. Dan Bella yang memutuskan untuk pergi ke dapur menyusul Malvynn dan menghampiri Shinta.

“Ibun.” Panggil Bella.

“Eh anaknya ibun udah sampe juga ternyata.” Ucap Shinta dan mendekati Bella dan memeluknya.

“Ibun apa kabar hari ini?”

“Baik ko sayang. Kamu gimana kabarnya?”

“Baik juga dong bun.”

Namun tak lama Jevera datang ke dapur, dan tiba-tiba saja melepaskan tangan Bella yang melingkar di pinggang Shinta, lalu memeluk Shinta.

“Ini ibun gue, jadi lo gausah peluk peluk.”

“Ibun, abangnya nakal.” Ucap Bella sembari mengerucutkan bibirnya.

“Dih.” Ucap Jevera sembari mengernyitkan dahinya.

“Lepasin, lepasin.” Ucap Shinta yang kemudian kembali memeluk Bella, namun dibalik itu Bella menjulurkan lidahnya pada Jevera.

“Abang.” Teriak Lili yang kemudian menghampiri Jevera dan memeluknya.

“Adenya abang, ibunnya nakal nih sama abang.”

“Ibun, ga boleh nakal sama abangnya Lili.”

“Abangnya yang duluan sayang, masa tiba-tiba aja lepas pelukan ibun sama ka Bella.”

“Heem tuh.” Ucap Bella.

Namun seketika Lili melepaskan pelukannya, lalu menyimpan kedua tangannya dipinggang dan sedikit memarahi Jevera.

Melihat itu membuat semua orang yang berada didapur tertawa, termasuk beberapa ART dirumah Shinta. Namun ketika sedang tertawa bersama datanglah Jemy.

“Eh om Jemy, gimana kabarnya om?” Tanya Bella sembari menghampiri Jemy dan mulai mencium punggung tangan Jemy.

“Baik nak, kamu gimana kabarnya nak?”

“Baik ko om.”

Disusul Malvynn yang juga menghampiri Jemy dan juga mencium punggung tangan Jemy. Setelah beberapa saat, dan sudah berkumpul, mereka pun mulai menyantap makan siang bersama-sama. Dan setelah selesai makan dilanjut dengan hidangan penutup yang sudah dibeli oleh Jevera ditambah dengan obrolan obrolan dari mereka.


Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore, Malvynn, Jevera dan Bella pun sudah berada diluar untuk pulang.

“Bang, lo anterin Bella pulang ya? Gue ada urusan dulu nih sekarang, jadi ga bisa anter Bella pulang ke kost-annya.”

“Yaudah gapapa Vynn, gue pesen ojol aja sekarang.” Balas Bella sembari mengeluarkan handphone dari tasnya.

“Udah biar gue aja yang anterin lo pulang.”

“Gausah, pasti lo sekarang ada urusan lagi kan?”

“Pokoknya lo anter bang, kalo ga mau paksa. Gue balik duluan ya.” Ucap Malvynn yang kemudian melajukan motornya.

“Tunggu disini, gausah ngeyel. Pokoknya gue anter.”

“Aelah yaudah iya.”

Jevera pun mengeluarkan mobilnya dan tak lama keduanya berangkat menuju kost an Bella. Namun dalam perjalanan keduanya saling berbincang, tapi tiba-tiba saja Bella ingin bertanya sesuatu pada Jevera yang mungkin saja pertanyaan ini sudah tersimpan sejak lama.

“Bang, gue boleh nanya sama lo?”

“Mau nanya aja pake izin segala.”

“Ya bukan gitu, soalnya ini menyangkut hal pribadi lo, jadi kalo lo ga mau jawab gapapa gausah dijawab bang.”

“Hm.”

“Hm gini bang, diruang tamu kan ada foto lo waktu kecil ya? Nah disitu ada om Pras sama ibu ibu cantik, ah udahlah bang ga jadi.”

“Itu ibu kandung gue.”

“Eh?”

Bella terkejut dengan pernyataan Jevera barusan dan langsung melihat ke arah Jevera, karena Bella kira ibu kandung Jevera itu ya Shinta. Dan selama berteman dengan Jevera, Bella maupun Malvynn tak pernah bertanya soal foto wanita yang terpampang diruang tamu pada Jevera, karena pikir mereka mungkin adik dari Jemy dan kebetulan juga keduanya terlihat sangat mirip. Dan perlakuan Jevera terhadap Pras pun tak pernah sekalipun ditanyakan oleh Bella maupun Malvynn karena keduanya merasa pasti ada alasan dibaliknya.

“Ibu ibu cantik yang lo maksud itu namanya Jihan Maliana, dia ibu kandung gue. Gue biasanya manggil dengan sebutan bunda. Tapi bunda gue udah pergi 11 taun yang lalu. Walaupun ibun bukan ibu yang ngelahirin gue, tapi buat gue ibun juga ibu kandung gue.”

Mendengar itu benar benar membuat Bella terkejut, karena perlakuan Jevera pada Shinta seperti pada ibu kandung yang sama sekali tak terlihat ada kecanggungan diantara keduanya bahkan dengan Lili pun begitu. Pertanyaan lain pun muncul di pikiran Bella.

Batin Bella “11 taun? Berarti taun 2010? Itu bang Jev waktu kelas 2 atau 3 SMP kan? Kalo gitu berarti om Pras nikah lagi? Dan ibun ibu tirinya bang Jev? Tapi kenapa Lili umurnya udah 16 taun ya? Duh Bella lu kepo banget si.”

Batin Bella Oh iya gue inget, cigarette lighter yang waktu itu ketinggalan di kost an gue. Yang ada nama bundanya bang Jevera kan, bang Jev kayanya secinta itu sama bundanya, sampe namanya aja ditaro dibarang kaya gitu.

Selama beberapa menit keduanya diam tiba-tiba saja Jevera mulai bercerita, seperti mendengar apa yang sedang dipertanyakan oleh Bella. Dan Jevera pun mulai bercerita hingga akhirnya Bella tau kenapa selama ini sikap Jevera pada Pras begitu dingin.

“Jadi waktu gue kelas 3 SMP, tiba-tiba aja ibun dateng ke bunda, dan ngaku kalo ibun udah nikah sama bokap gue dan punya anak, namanya Prilly Prasadja. Ibun dateng dateng nangis minta maaf sama bunda. Lili waktu itu umur 5 taun, dia yang ga tau apa apa pun ikut nangis dan minta maaf sama bunda juga gue, bahkan ibun sampe sujud sujud dikaki bunda.”

“Dan ternyata waktu itu ibun baru tau kalo bokap gue sebenernya udah nikah dan punya anak. Selama nikah sama ibun bokap gue selalu bilang sama ibun kalo dia belum nikah, makanya ibun mau nikah ketika diajak nikah sama bokap gue.”

“Alasan dibalik bokap gue yang nikah diem diem dibelakang bunda itu karena bunda ga mau punya anak lagi, kata bunda dengan adanya gue aja udah cukup banget buat bunda.”

“Setelah tau fakta bahwa bunda diselingkuhin, akhirnya bunda sakit, dan beberapa bulan kemudian bunda pergi ninggalin gue. Sejak saat itu entah kenapa gue benci banget sama pak Jemy Prasadja. Mungkin karena disini dia udah nyakitin 3 perempuan sekaligus, bunda, ibun, dan juga Lili. Padahal sebelum tau kalo bokap gue nikah lagi, biasanya gue selalu liat gimana sayangnya bokap gue ke bunda, perlakuan perlakuan manis yang dia dilakuin, tapi ternyata itu hanya formalitas karena ada yang dia tutupin.”

Namun tiba-tiba saja terdengar suara isakan tangis dari Bella.

“Cengeng.”

“Dih engga ya, siapa juga yang cengeng.” Ucap Bella sembari menghadap ke arah luar.

Entah kenapa jika ada seseorang yang bercerita atau mendengar kabar soal perselingkuhan seperti ini membuat Bella merasa sakit dan membuatnya sedih. Dan tak lama Jevera pun memberikan tisu pada Bella.

“Buat apaan?”

“Itu buat ingus lo.”

“Eh bang, segitu lo masih bisa ngehargain om Pras loh, beda sama gue yang natap mata atau liat muka ayah gue aja gue ga mau. Bahkan ketika ditanya pun males banget buat gue jawab.” Ucap Bella sembari mengambil tisu itu dan mulai mengusap air matanya.

Dan dalam perjalanan keduanya berbincang kembali dengan pembahasan yang lain. Namun tiba-tiba saja Jevera memarkirkan sebuah mobil ditempat parkiran disebuah pemakaman elit di kota Jakarta.

“Loh mau ngapain bang?”

“Udah saatnya gue kenalin lo sama bunda.”

“Eh seriusan?”

Namun Jevera tak menjawab dan keluar dari mobil lalu berjalan, Bella pun mengikuti dibelakang Jevera. Dan tak berapa lama keduanya sampai di sebuah makam yang bertuliskan nama Jihan Maliana, dan keduanya duduk disamping makam dengan posisi saling berhadapan.

“Sore bunda. Abang kesini bawa temen abang yang mau abang kenalin sama bunda. Namanya Bella, anaknya super duper nyebelin, kadang galak, kadang dingin, suka ngomel ngomel juga, dan satu lagi bun dia jutek parah.” Ucap Jevera sembari menaruh bouquet bunga yang ia beli ketika masuk ke tempat pemakaman.

“Idih, apa ga kebalik?” Gumam Bella pada Jevera.

“Loh bukannya emang itu lo kan?”

Namun Bella tak menjawab apapun lagi dan mulai melakukan perkenalannya.

“Halo bunda. Eh ini aku panggilnya bunda juga boleh kan bun? Boleh kali ya hehehe.”

“Kenalin bunda, aku sebella Jehan, bunda bisa panggil aku Bella. Aku temennya bang Jevera, kita sekampus, satu fakultas, juga satu jurusan, tapi kita beda kelas bun, kalo aku sekelasnya sama Malvynn, dia juga temennya bang Jev.”

“Hmmm... Bang Jev itu orangnya nyebelin banget bun, dia galak, dingin, cuek, suka ngomel ngomel, pokoknya nyebelin banget deh bun.” Tambah Bella sembari menatap Jevera.

Jevera tak melihat ke arah Bella, namun Jevera tau jika Bella sedang menatap dirinya. Melihat itu hanya membuat Jevera tersenyum. Bella ternyata belum beralih dan masih melihat Jevera dan ketika melihat Jevera tersenyum membuat Bella sedikit keheranan karena bisa terhitung oleh jari jika melihat Jevera tersenyum seperti itu.

“Oh iya bun, kalo misalnya aku bilang bang Jev itu abang aku boleh ga ya bun?”

“Ah ga jadi deng bun, soalnya kan bang Jevera orangnya nyebelin banget.” Tambah bella dengan berbisik di batu nisan Jihan.

Selama hampir 30 menit keduanya berbincang didepan makam jihan, bahkan sampai sampai sedikit ada perdebatan diantara keduanya, akhirnya keduanya pun memutuskan untuk pulang. Namun sebelum pulang, Jevera pergi kesebuah cafe dipinggir jalan tepat diseberang pemakaman ini.

Sembari menunggu Jevera yang sedang membeli secangkir minuman dingin, Bella memutuskan pergi ke tempat bunga untuk membeli bunga tidak lupa dengan membeli sebuah vasnya, dan kemudian kembali ke makam Jihan. Lalu menyimpan vas yang sudah dibelinya dan memasukkan bunga berwarna putih yang sudah dibelinya.

“Bunda, tadi aku boong sama bunda hehehe. Sebenernya bang Jev itu baik, pake banget malah bunda. Cuma emang agak sedikit nyebelin aja, tapi anak laki-laki nya bunda baik ko, peduli banget kalo sama orang lain.”

“Oh iya bun satu lagi, bunda ga perlu khawatir soal bang Jev, disini banyak yang sayang sama bang Jev, termasuk aku. Jadi bunda disana ga perlu khawatir sama bang Jev, karena disini banyak orang yang jagain anak bunda.”

“Hm bunda kayanya udah dulu ya untuk sekarang? Bella pamit sekarang, udah sore juga nih bun. Dah bunda.”

Tak lama Bella pun pergi, namun ketika dalam perjalanan menuju parkiran tiba-tiba saja ada tangan yang memegang pundaknya.

Batin Bella “Nah loh sapa nih?”

“Bang Jev kan udah disana, tadi juga ga liat ada orang pas gue balik kesitu, terus ini siapa dong?”

“Mba, mas, atau siapapun kamu yang dari alam lain, tolong jangan ganggu saya.”

Batin Bella “Eh ini kalo gue pake bahasa indonesia dia ngerti kagak ya? Secara makamnya masih lengket banget sama modelan jaman Belanda. Apa mba mba noni Belanda ya? Duh gimana dong? Apa pake bahasa inggris ya? Tapi bahasa inggris gue ga sebagus itu, ntar kalo dikoreksi sama dia gimana? Eh bagus dong nambah pengetahuan gue juga.”

Namun melihat Bella yang sepertinya mulai ketakutan dan sedikit agak panik Jevera memutuskan untuk mengatakan pada Bella kalo lengan tersebut adalah miliknya.

“Ini gue Bella.” Ucap Jevera yang kemudian mensejajarkan dengan Bella.

“Boong. Pasti lo mas mas alam lain, tapi ko suaranya mirip sama bang Jev ya? Tapi kalo mas mas alam lain ko bisa megang barang si?” Ucap Bella setelah melihat 2 buah minuman dilengan Jevera.

“Tapi kakinya napak ditanah ko.” Tambahnya.

“Ini beneran gue elah, nih minuman lo.” Ucapnya pada Bella yang kemudian diambil oleh Bella.

“Lagian ngapain tiba-tiba ada dibelakang gue si? Kalo gue jantungan gimana coba?”

Namun ocehan ocehan Bella tak dihiraukan oleh Jevera, tak lama keduanya pun pergi keparkiran mobil dan melanjutkan perjalanan menuju kost Bella, namun ditengah perbincangan keduanya, tiba-tiba saja perbincangan berubah menjadi serius.

“Bang, kalo misalkan gue lakuin hal yang ibu ga suka atau bahkan ibu benci, menurut lo ibu masih anggap gue anak ga ya?”

“Maksud lo?”

“Ga jadi deh bang.”

“Contohnya?”

“Skip skip.” Ucap Bella yang kemudian menyeruput minuman yang ada digenggamannya walaupun sudah habis.

Sekitar pukul 11 sabtu siang, Bella masuk ke dalam kelas karena ada jadwal presentasi hari ini, namun terlihat Jevera yang sudah ada dikelas Bella, Bella pun sampai keheranan melihat Jevera yang sudah stand by duduk dikursi cheetos di barisan paling depan.

“Lah bang ko lo ada disini?” Ucap Bella yang kemudian menghampiri Jevera yang sedang duduk.

“Laptopnya mau dipake ya? Yaudah tunggu bentar, gue mau pindahin PPT nya dulu.” Tambah Bella.

“Kagak usah Bell, gue kesini bukan buat ngambil laptop lagian.”

“Terus mau ngapain?”

“Pengen aja gue.”

“Lah.”

Kehadiran Jevera pun sampai dipertanyakan oleh asisten dosen yang menggantikan dosen yang ada kepentingan lain pada saat ini, karena tahu bahwa Jevera bukanlah siswa dari kelas A. Jevera pun mulai menjelaskan alasan mengapa ia masuk ke dalam kelas A, dan pada akhirnya Jevera pun diizinkan masuk oleh asisten dosen dengan alasan ada beberapa materi yang tidak dipahami oleh Jevera.

Kini Bella sedang menunggu gilirannya untuk melakukan presentasi. Namun sebelum itu dia terlebih dahulu pergi ke toilet dan menitipkan laptop milik Jevera pada seorang temannya yang akan membantu Bella untuk memindahkan slide pada saat nanti akan presentasi.

15 menit sudah Bella pun kembali dan kini sudah gilirannya untuk melakukan presentasi. Bella dan ketiga teman kelompoknya telah siap di depan, tinggal menunggu power point tampil didepan layar.

Namun ketika akan memperkenalkan diri mereka dan menjelaskan sedikit apa saja isi power point yang akan dijelaskan selama presentasi, tiba-tiba saja Jevera membuat pernyataan.

“Bu izin, Sebella presentasinya sendirian aja bu, temen yang lain pada ga kerja, cuma numpang nama doang. PPT sama makalahnya aja Bella sendiri yang kerjain.”

Seketika Bella dan beberapa teman sekelompoknya menoleh ke arah dinding yang sudah tersorot dari proyektor dan terlihat nama Bella saja yang tertera disana. Setelah melihat itu seketika Bella memejamkan mata dan mengigit bibir bawahnya.

Batin Bella “Bang, kenapa lo lakuin ini?”

Teman teman sekelompoknya pun seketika menatap Bella. Namun Bella buru buru menyanggah itu, tapi pada akhirnya asisten dosen memutuskan Bella untuk melakukan presentasi sendirian, dan meminta teman kelompok lainnya untuk duduk.

Selama hampir 1 jam Bella melakukan presentasinya sendirian yang dicecar banyak pertanyaan dan ada sedikit perdebatan, Bella akhirnya mampu melakukan presentasi itu sendirian dengan sedikit bantuan dari asisten dosen dan juga Jevera.

Walaupun Bella sudah melakukan presentasinya, ia tidak diperbolehkan pulang sebelum presentasi semua kelompok selesai dan dengan terpaksa ia harus menunggu jeda waktu sembari menunggu presentasi selanjutnya.

Setelah presentasi itu, Bella pun meminta maaf dan mengembalikan semua uang teman teman sekelompoknya yang sudah diberikan pada Bella.

Namun masih tetap saja Bella disindir oleh beberapa teman dikelasnya. Tapi sama sekali tak Bella hiraukan, ia pun sengaja memakai earphone dengan menonton konten WayV agar tak mendengar apa yang diobrolkan oleh beberapa temannya itu.

Dan tiba-tiba saja ketika sedang asik menonton konten dari boyband korea favoritnya, Jevera bersikap jahil pada Bella. Padahal tidak biasanya Jevera seperti ini, mungkin maksud Jevera jika melakukan cara ini membuat Bella tidak marah lagi padanya.

Jevera pun mengambil handphone yang sedang dipegang oleh Bella, dimana Bella yang awalnya sedang tersenyum seketika menanggahkan kepalanya dan menatap tajam Jevera, dimana Bella berbeda 20 cm dengan Jevera yang tingginya 180 cm.

“WayV mulu.” Ucap Jevera sembari mengangkat handphone Bella tinggi tinggi.

“Gausah rese, balikin hp gue.” Ucap Bella ketus.

Ya setelah kejadian tadi Bella marah sekali pada Jevera. Karena ulahnya nilai Bella dikurangi, karena kurangnya kekompakan dalam kelompok.

Dan ketika Bella akan mengambil handphonenya yang adandi tangan Jevera dimana Jevera sudah berjalan beberapa langkah didepannya. Tiba-tiba saja seorang teman laki-laki menghalangi jalannya dan itu membuat Bella akan jatuh. Namun disaat yang bersamaan juga Jevera sedang membalikkan tubuhnya hingga akhirnya keduanya terjatuh.

Bruk

Bella dan Jevera terjatuh dengan posisi Jevera yang terlentang dan memegang kedua lengan Bella. Posisi saat ini Bella sedang berada diatas tubuh Jevera dengan posisi tengkurap hingga membuat kedua bibirnya saling bertemu, tak sengaja bibir keduanya saling bersentuhan. Seketika kelas pun dipenuhi sorak dari teman teman di kelasnya.

“Woilahhhhhhhh anjing Tom and Jerry cipokan.” Teriak salah satu teman lelaki di kelas Bella.

Teriakan itu membuat keduanya sadar dan lantas dengan cepat keduanya pun berdiri. Bella buru buru berjalan dan akan pergi meninggalkan kelas, namun tidak dengan Jevera yang akan menghampiri teman kelas Bella dimana ia yang satu kelompok dengan Bella, yang bernama Daniel.

“Anjing. Lo bisa aja nyelakain Bella, brengsek.” Ucap Jevera sembari menarik kerahnya.

“Bukan urusan gua.” Balas lelaki didepan Jevera pada saat ini.

Mendengar itu membuat Jevera marah dan melayangkan satu pukulan dipipi teman seorganisasinya ini.

Bug

Melihat itu membuat Bella kembali menghampiri keduanya.

“Bang, lo apa apaan si.” Ucap Bella sembari menarik lengan Jevera yang masih memegang kerah baju teman kelasnya itu.

“Soal tadi gue bener bener minta maaf sama lo Niel, gue yang salah, gue yang hapus nama lo semua dari PPT, dan sekarang gue akan tanggung jawab, gue akan buat PPT lagi untuk kalian presentasi, lo tenang aja nanti malem gue kirim ke email lo.”

“Lo apa apaan si Bell, itu tugas mereka bukan tugas lo. Biarin mereka sendiri yang ngerjain.”

Namun perkataan itu sama sekali tak Bella hiraukan. Dan memutuskan untuk pergi dari kelas, tapi tiba-tiba saja temannya itu membuat pernyataan.

“Tapi gue maunya lo tanggung jawab dengan ngasih tubuh lo buat gue, Bella. Gue juga mau ngerasain, jangan ngasih buat Malvynn sama bang Jev doang.” Ucap Daniel sembari tertawa.

“Anjing brengsek.” Teriak Jevera dan kembali memukul temannya lagi.

Dengan cepat Bella kembali dan menarik lengan Jevera lalu membawanya keluar dari kelas. Bella membawa Jevera ke belakang gedung bisnis, dan kini keadaan tempat terlihat sangat sepi.

“Lo apa apaan si bang? Kenapa lo selalu aja ikut campur sama urusan gue? Urusan lo banyak kan yang lebih penting?”

“Mulai sekarang lo bisa berenti mikirin orang lain? Tolong, utamain diri lo sendiri dulu Bella. Itu biar jadi urusannya mereka, jadi gue minta sama lo, jangan kerjain tugasnya mereka.”

“Ini bukan urusan lo bang Jev.” Ucap Bella sembari menatap marah Jevera namun tak lama kemudian Bella pergi meninggalkan Jevera.

“Bella.” Panggil Jevera.

Namun panggilan panggilan Jevera sama sekali tidak dihiraukan oleh Bella. Tatapan marah Bella benar-benar membuat Jevera sedikit terkejut dan Jevera tak berani mengejar Bella pada saat ini, karena Jevera tak mau jika nantinya Bella akan lebih marah lagi padanya. Bahkan ini pertama kalinya Jevera ditatap seperti itu oleh Bella setelah beberapa tahun Jevera berteman dengan Bella.

ANak TOngkrongan SEblak Mak itOK

Jevera sudah menunggu Bella didepan gerbang, setelah berpamitan pada mpok Julia yakni security di kost-annya, Bella pergi menghampiri Jevera. Namun Bella datang dengan keadaan yang ngos ngosan.

“Lo lari?”

“Iya buruan bang, gue takut telat.”

“Lagian lo begadang mulu.”

“Udah ayo buruan.”

“Nih sarapan lo.”

“Thanks bang Jeprot.” Ucap Bella sembari mengambil tote bag yang diberikan oleh Jevera.

Namun Jevera tak menghiraukannya, dan mulai melanjutkan kendaraannya menuju kampus. Hanya membutuhkan waktu 10 menit saja keduanya pun sampai dikampus. Jevera mulai memarkirkan mobilnya didekat lapangan basket.

“Bang, itu bu Amelie bukan si?” Tanya Bella pada Jevera.

Namun belum sempat Jevera menjawab, tiba-tiba saja Bella heboh sendiri. Mengingat peraturan dari dosen mata kuliah, dimana dosen tersebut melarang keras untuk mahasiswa mendahuluinya, kalaupun berjalan dibelakangnya akan tetap diboloskan dan tidak diperkenankan untuk masuk kedalam kelas.

“Aelah bang gimana dong?”

“Tanya gue. Pikirlah.”

“Bantuin napa.”

Jevera tak menjawab apapun lagi pada Bella, ia keluar dari mobil.

“Buru.” Ucap Jevera sembari menoleh kedalam kearah Bella.

“Buru apaan?”

“Keluar, lo mau diem disini terus?”

“Ya itu gimana bua Amelie nya?”

“Urusan gue.”

Bella pun keluar dari mobil, namun Jevera pergi meninggalkannya.

“Ish si bang Jev, malah ditinggalin begini.”

Jevera sedikit berlari menuju dosen yang dimaksud. Tak lupa Jevera memberi kode pada Bella untuk cepat cepat masuk kedalam kelas. Tanpa berpikir panjang Bella pun sedikit berlari dan ketika melewati punggung dosen, Bella memberikan 2 jempol pada Jevera.

Setelah lebih dekat dengan kelas, Bella masih saja sesekali menoleh ke arah belakang, namun Jevera masih berbincang dengan dosen itu. Namun ketika Bella akan berbalik badan kakinya tak sengaja menendang sebuah batu, untung saja ada seseorang yang menahan lengannya, dan tak jadi terjatuh.

Seketika Bella ingin berucap terimakasih kasih padanya, namun setelah mengetahui siapa orangnya, seketika senyumannya hilang begitu saja.

“Thanks Lang.”

“Hati-hati Bell.”

Bella pun buru buru melepaskan tangan Gilang dari lengannya. Tak lama Malvynn berlari menghampiri Bella dan Gilang.

“Kenapa lagi? Kakinya kelipet lagi?”

“Ish.” Balas Bella yang kemudian memukul lengan Malvynn.

“Hahahaha. Udah ayo masuk, bu Amelie nya lagi jalan kesini tuh.”

Mendengar itu membuat Bella menoleh kebelakang dan ternyata Jevera sudah tidak ada disana.

2 jam sudah Bella duduk didalam kelas, Bella pun memutuskan pergi ke tempat makanan favoritnya setelah dosen keluar dari kelasnya. Kali ini Bella tak pergi bersama Malvynn, karena Malvynn ada urusan di sekre.

Disebuah kedai kecil yang bertuliskan warung mak Itok didepannya. Bella sedang duduk seorang diri sembari memainkan ponsel untuk menunggu pesanannya datang. Tak lama setelah datang Bella pun memutuskan untuk memakan makanan favoritnya.

Tak berapa lama setelah Bella menghabiskan makanan favoritnya Jevera menghampiri Bella dengan membawa ice coffe, dan juga sepiring pisang bakar keju ditangannya. Yang juga disusul oleh Malvynn dengan membawa sepiring batagor ditangan kanannya dan minuman dingin ditangan kirinya.

“Lah udah abis aja.” Ucap Malvynn yang kemudian duduk disamping kanan Bella karena disamping kiri Bella sudah terisi oleh Jevera.

Sebenarnya warung mak Itok ini hanya menyediakan seblak dan minuman seduh saja. Namun Malvynn dan Jevera selalu saja menghampiri Bella dimanapun itu ketika ketiganya sedang beristirahat. Namun Bella lebih sering berdiam diri di warung mak Itok ini, jadi Malvynn dan Jevera tak perlu bertanya pada Bella lagi dimana dia berada. San tempat ini menjadi salah satu tempat favoritnya Bella, dimana ketika sedang istirahat dia selalu berdiam diri di tempat ini.

Bahkan ketiganya selalu melakukan hal apapun di warung mak Itok ini, entah untuk makan, berbincang bincang, berdiskusi ketika sedang ada tugas individu maupun kelompok, ataupun berdiskusi hal lain.

Saat ini ketiganya sedang asik berbincang-bincang sembari memakan makanan yang sudah dipesan oleh masing-masing. Tidak dengan Bella yang berbincang dengan melihat tulisan yang ada ditembok.

Posisi ketiganya saling berjajar, dengan mengambil meja yang menempel pada tembok, dimana Bella berada ditengah, diantara Jevera dan Malvynn.

“Biasanya selalu berempat tapi sekarang jadi bertiga. Duh jadi kangen sama Sere sekarang.” Ucap Bella sembari melihat 4 nama yang tertulis ditembok yang ada didepannya kini.

“Anak tongkrongan seblak mak Itok. Jerryprot, Opomalvynn, Sere, Tombella. Untung mak Itok nya baik ga ngapus tulisan gue ini.” Ucap Bella yang kemudian mengusap tulisan yang ada ditembok.

“Ih si bang Jev kagak tanda tangan tanda tangan sampe sekarang? Ini gue buat dari 2017, sampe warna tembok beberapa kali berubah belum tanda tangan aja. Bang, buruan tanda tangan.”

“Ngapain si tanda tangan tanda tangan.”

“Apa susahnya sih tinggal nanda tangan doang.”

“Tangan tangan elah bang. Asal aja kali, gausah tanda tangan ktp lo.” Ucap Malvynn pada Jevera.

“Heem paraf aja udah.”

Namun Jevera tak menghiraukan keduanya.

“Ngomong-ngomong Sere disana lagi ngapain ya sekarang?” Tanya Bella tanpa melirik Malvynn dan Jevera.

Namun keduanya tak merespon apapun, dan hanya melihat ke arah Bella.

Setelah beberapa saat ketiganya berbincang soal seseorang yang pernah menjadi bagian dari hidup ketiganya, tak lama ketiganya mulai membahas hal lain.

“Ini kertas apaan Bell? Ko dijadiin gantungan gini?” Tanya Malvynn sembari memegang gantungan pada tas Bella.

“Hahahaha belum gue pindahin ternyata.

“Emang apa itu?” Tanya Malvynn lagi.

“Kartu peserta waktu gue tes disalah satu SMK kesehatan.”

“Rajin banget dijadiin gantungan gini.”

“Biar jadi kenangan buat gue aja sih.”

“Ga lolos ya waktu itu?”

“Lolos ko, jadi salah satu peserta terbaik gue disana, udah masuk malah di jurusan farmasi, udah dinyatakan lulus juga sama sekolahnya, tinggal dilanjut ke tahap berikutnya, tapi ya gitu deh.”

“Kadang kaya sayang banget ga gue ambil kesempatan itu, padahal disana banyak anak yang ga lolos, dan gue adalah salah satu orang yang beruntung karena bisa masuk di salah satu SMK yang diminati banyak siswa. Tapi ya mau gimana lagi, ada problem dirumah, jadi gue masuk disekolah lain.” Jawab Bella sembari membuka sebuah permen dan kemudian melahapnya.

“Gue boleh tau ga Bell? Kenapa lo ga kejar setelah keluar dari SMA? Dan kenapa juga lo kosong dulu selama dua tahun?” Tanya Malvynn.

“Hmmm.....”

Setelah beberapa saat Bella terdiam, Bella mulai bercerita kembali.

“Gue baru sadar sekarang, ternyata udah berkali kali gue disuruh ngalah sama ibu, ayah. Pertama, saat gue mau masuk farmasi, dan kedua ketika ibu udah janji sama gue buat nguliahin gue kalau gue mau turutin apa yang ibu mau, yaitu masuk SMA negeri. Tapi lagi dan lagi terpaksa gue harus menerima keadaan, dan akhirnya gue nyerah sama impian gue, impian gue buat jadi apoteker ternyata pupus gitu aja.”

“Gue tuh tipean orang yang kalau udah ada yang buat sedih atau sakit hati bawaannya males aja gitu, ga tau kenapa.”

“Bahkan setelah tau gue harus ngalah lagi, saat itu juga gue ga ada niatan untuk berusaha lebih lagi buat gapai impian gue. Yaudah gitu aja, gue ga punya tujuan apa-apa setelahnya.”

“Tapi disaat kosong selama dua tahun gue nemuin sesuatu yang buat gue akhirnya mutusin buat ambil jurusan bisnis. Dari SMP sebenernya udah suka jualan jualan gitu, tapi kerasanya ya pas kosong dua taun itu. Ternyata gue ngerasa seneng kalo lagi jualan, gue seneng kalo lagi packing atau apapun yang berkaitan sama jualan. Rasanya tuh kaya seneng aja gitu, kaya buat gue senyum terus kalo lakuin suatu hal yang berbau bisnis.” Lanjut Bella.

Bella juga sedikit bercerita mengenai keluarganya dimana sang ayah merupakan seorang PNS TNI AD, dan juga beberapa hal lain mengenai keluarganya. Entah mengapa jika bercerita pada Malvynn dan Jevera sangat membuatnya nyaman, karena keduanya selalu mendengarkan apa yang ia ceritakan sampai habis tanpa memotong.

Karena biasanya yang Bella rasakan selama ini ketika bercerita itu jika tidak dipotong dan dipindahkan ke topik lain, ya diacuhkan seperti tidak disimak oleh pendengar. Namun jika dengan kedua teman disampingnya ini benar benar didengar, walaupun kadang ketika Bella bercerita keduanya sedang melakukan kegiatan seperti sekarang ini yaitu makan.

Setelah mendengar sedikit cerita tentang kehidupan Bella, itu membuat Malvynn sedikit mengingatkan apa yang sudah dilaluinya juga. Entah mengapa beberapa kejadian yang sudah dilalui oleh Bella juga dirasakan olehnya, dimana sang papah juga merupakan seorang PNS TNI AD.

Bahkan kedua ayahnya pun sama sama sudah pensiun dan mempunyai ibu sebagai ibu rumah tangga. Mempunyai kaka, dan merupakan anak bungsu, namun bedanya Malvynn yang mempunyai kaka laki-laki dan Bella yang mempunyai kaka perempuan.

“Gue ga tau harus ngomong apa Bell, tapi untuk sekarang kayanya kata semangat udah bukan lagi kata yang pengen lo denger. Tapi pokoknya lo hebat banget Bella udah lewatin ini semuanya sampe sekarang.” Ucap Malvynn sembari mengacungkan dua jempol pada Bella.

“Hahahaha thanks coklat.” Balas Bella sembari mengusap punggung Malvynn.

Setelah mendengar cerita dari Bella, Jevera masih saja sibuk dengan pisang bakar keju yang sedang dimakan olehnya. Dia tak memberi respon apapun setelah mendengar cerita dari Bella. Namun sedari tadi Jevera benar benar mendengarkan dan menyimak apa yang diceritakan oleh Bella.

“Lo fokus amat sama pisang bakarnya bang. Lagian tenang aja kali bang, gue sama Malvynn ga bakal minta ko.” Ucap Bella sembari sedikit tertawa dan juga sedikit menyenggol tubuh Jevera, tepat berada disebelah kirinya.

“Sampe ga disisain buat gue sama Bella bang hahahaha.” Ucap Malvynn pada Jevera sembari menoleh kearah kiri untuk melihat Jevera yang berada di sebelah kiri Bella.

“Lah lo berdua mau? Tadi gue tawarin pada kagak mau, yaudah gue abisin. Nih kalo lo berdua mau.” Ucap Jevera sembari menyodorkan piring di meja ke hadapan Bella namun keadaan piring itu sudah kosong.

Malvynn dan Bella hanya tertawa setelah melihat apa yang Jevera lakukan.

“Oh iya bang gue mau tanya dong.”

“Eh bentar gue mau mikir dulu sekarang, 2015 lo lulus kan ya? Tapi ngomong ngomong kenapa lo ga ambil S2 aja bang? Terus kalo mau ambil jurusan bisnis kenapa lo ga ambil diluar? Secara lo udah punya gelar S.Mb kan bang, mana ngambilnya juga diluar, cum laude pula. Pasti ada dong rekomendasi dari kampus lo disana? Emang kemarin ga ada pertimbangan waktu lo mau masuk ke kampus swasta ini?”

“Udah jalannya dari Tuhan kaya gini.”

“Lah masa gitu doang jawabannya? Alasan yang lebih spesifik gitu bang elah.”

“Takdir dari Tuhan kali.” Jawab Jevera sembari menoleh ke arah Bella dan menatapnya.

“Yeee bang yang bener kenapa.”

“Eh tapi kalo dipikir-pikir iya juga si. Kalo gue, lo, Malvynn, sama Sere ga masuk sini, mungkin kita ga akan pernah ketemu, apalagi kenal. Terlebih lagi lo Malvynn, kalo lo tetep keukeuh buat ga ngikutin apa kata mamah dan nolak buat kuliah, gue rasa kita ga akan pernah ketemu atau temenan sama lo Vynn.” Tambah Bella setelah beberapa detik diam.

“Maka dari itu gue selalu berterima kasih sama mamah setiap hari. Berterima kasih karena mamah terus terusan maksa gue buat kuliah disaat gue udah males banget buat mikir mikir soal ilmu.”

“Vynn, sayang banget tau beasiswa setelah lo keluar dari SMA waktu itu kenapa lo tolak? Padahal mamah udah maksa maksa lo buat terima, eh tapi lo nya malah milih buat kerja. Kalo aja kita ketemu sebelum SMA Vynn, gue bakal minta lo buat pindahin otak lo ke gue. Terus gue manfaatin buat ngejar mimpi gue, secara nilai ujian nasional mata pelajaran kimia lo lebih gede daripada gue hahahaha.”

“Kalo waktu itu gue ambil beasiswanya, gue ga akan pernah ketemu sama lo, dan gue juga ga akan pernah bisa sedeket ini sama lo Bella.” Gumam Malvynn sembari menoleh ke arah kanan.

“Hah? Apaan Vynn? Lo ngomong apaan barusan?” Ucap Bella yang awalnya melihat tembok didepannya kini beralih ke arah Malvynn.

“Gue ga ngomong apa apa ko. Oh iya Bell, sekarang aja nih pindahin otaknya.” Ucap Malvynn sembari sedikit memiringkan kepalanya kearah Bella.

“Sini sini Vynn. Tunggu sebentar.” Ucap Bella sembari beranjak dari duduknya, kemudian mengambil dua buah sedotan plastik yang ada dimeja yang tidak jauh dari Malvynn, lalu menyatukan sedotan tersebut. Setelah itu menarik lengan Malvynn dan menaruhnya di atas meja, yang kemudian sedotan itu disimpan dilengan Malvynn dan juga dilengannya.

“Sebentar. Ceritanya yang diminta otak kan Bell? Terus sekarang yang gue liat, lo lagi transfer darah? Ini konsepnya gimana Sebella Jehan?” Ucap Jevera.

“Biarin lah bang, suka suka si Bella hahahaha.”

“Heem, iyain aja kenapa, bikin gue seneng sekali sekali apa bang.” Ucap Bella sembari mengerutkan keningnya.

Tingkah Bella membuat Malvynn tertawa, namun dibalik tubuh Bella yang sedang membelakangi Jevera sekarang ini, Jevera sedang tersenyum setelah melihat apa yang Bella lakukan pada saat ini.

“Ayo Bell, kita ada tambahan kelas sekarang.”

“Loh iya ya?”

“Kebiasaan deh lupaan.”

“Hehehe, yaudah ayo.”

Bella dan Malvynn pun pergi meninggalkan Jevera seorang diri, dan ketika keduanya sudah pergi dari hadapannya, buru buru Jevera mengeluarkan sebuah spidol dan membuat tanda tangan tepat disebelah panggilan yang dibuat oleh Bella.