Wordsmith

Reader

Read the latest posts from Wordsmith.

from aerkiaga's blog

This week, along with the usual physician-interviewing activity, I've set out to try something new. I've been learning some concepts in analytical finance, with the help of a loved one who is an expert in the field and was eager to teach me, as well as a thorough use of the Internet.

Now I can solve some problems using things like the Black-Scholes framework or Nash bargaining equilibria. I've been writing a financial calculator program in Rust to get a better grasp of all of it and other things like Monte Carlo valuation. This is also a great opportunity to try out some programming stuff, like attempting to make a nice CLI interface, using an internationalization crate or introducing dimensional analysis in calculations.

If the calculator turns out good, I will surely publish it on my Github. Nonetheless, I would advice anyone up front against using it for anything other than experiments or learning; I'm not a financial advisor, just a medical doctor having some fun on my spare time (I might be lying though, so don't take medical advice from me either, or anyone on the Internet for that matter).


I've also begun taking driving lessons. The reasons I've waited for so long are twofold: I wanted to focus on studying during my university years, and I have never had a compelling reason to drive (public transport is great here). But that might change in one or two years, when I'm sent to different hospitals and other mental institutions to complement my specialized training.

I want to enroll in a Master's Degree in Biomedical Engineering this month. Becoming an engineer is in some way a goal for me, and would allow me to formally claim some of the skills I've learnt along the years. I secretly feel like one day some game-changing invention will shape the way we interact with our brains; something like an improved brain-computer interface, or a revolutionary imaging technique, maybe something else entirely... And, when that happens, I want to be right in the middle of the fun! All of that medicine, psychiatry, electronics, programming, and formal verification will finally converge on something (just pipe dreaming...).

 
Read more...

from JazzyExpert

How Slot Developers Are Changing the Game with New Features

striving to area winning mixtures of icons on predefined paylines. The end result of each spin is decided with a Arbitrary Number Turbine (RNG), ensuring that the overall game remains good and unpredictable.

The wonder of Slot On the web is based on their simplicity. Players don't require sophisticated methods or complicated principles to enjoy the overall game; it's available to both novices and experienced gamblers alike.

The joy of expectation because the reels spin and the enjoyment of striking a winning combination are general, making slots an enduring favorite among casino enthusiasts.

One of the primary reasons for the enduring popularity of Slot On the web is its uncleempire. Unlike table activities such as for instance poker or blackjack, slots need number particular skills or knowledge. Players can just choose their chosen game,

regulate their guess size, and start rotating the reels. That accessibility makes slots a nice-looking choice for these looking to rest and have a great time without the pressure of learning complex strategies.

Also, the wide variety of slot themes and types keeps players involved and entertained. Whether you're in to ancient civilizations, mythology, pop lifestyle, or traditional fresh fruit symbols, there is a slot game designed to your interests. This diversity assures that participants may generally look for a sport that resonates with their preferences.

The possibility of considerable payouts is still another appealing aspect of Slot Online. Gradual jackpot slots, particularly, offer the chance to win life-changing sums of money with a single spin. That tantalizing possibility maintains participants coming back for more, wanting that they would be the fortunate one to hit the jackpot.

While gambling is usually viewed as a solitary task, Slot Online has incorporated cultural components to enhance the player experience. Many on line casinos today provide chat features and multiplayer choices,

letting players to interact together and reveal their excitement throughout gameplay. That cultural element assists recreate some of the camaraderie present in old-fashioned casinos, even yet in the virtual world.

In the ever-evolving landscape of online gambling, Slot On the web continues to stand out as a favorite and enduring type of entertainment. Its simplicity, availability, diverse subjects, and prospect of big wins have solidified its place in the minds of gamblers worldwide.

Whether you're a veteran person or even a newcomer trying to soak your toes in to the entire world of online gaming, Slot On line offers an exhilarating and fascinating experience that is sure to captivate you from the very first spin of the reels.

In the electronic era, the world of gambling has undergone a significant transformation. Removed are the occasions when people had to visit brick-and-mortar casinos to enjoy their favorite slot machines. Today, the introduction of engineering has ushered in a brand new age of gambling through on line casinos,

and slot on the web has surfaced as a well known selection for both amateur and experienced gamblers. In this short article, we will delve in to the world of on line slots, exploring the causes behind their reputation, methods for success, and the benefits they give over old-fashioned slots.

 
Read more...

from Almost ☑

Semenjak Ara hamil tuh dia jadi ngerasa gak bisa jauh-jauh dari Julian, pokoknya banyak banget hal-hal dalam diri dia yang aneh banget deh. Kalo buat morning sick kaya kebanyakan ibu hamil sih dia enggak, tapi manja dan maunya dekat-dekat Julian ini loh yang gak tahan.

Sampai-sampai Ara jadi lebih suka pakein baju-bajunya Julian, dia gak mau pake bajunya sendiri. Menurutnya baju Julian tuh wangi nya Julian banget, padahal menurut Julian wanginya sama aja orang mereka kalo nyuci pun pakai detergen dan pewangi pakaian yang sama kok.

Dan yang lebih anehnya lagi adalah, Ara tuh suka banget nyiumin keringet nya Julian. Ya emang Julian bukan yang bau badan gitu sih, wangi nya pun kecampur sama wangi parfum dia tapi menurut Julian tetap aja aneh. Dia udah sering banget cerita ke Arial, Januar sama Kevin yang Istri-Istrinya lebih dulu hamil.

Tapi mereka tuh ngidam sewajarnya aja, tapi ngeliat Ara yang manja dan gak bisa jauh darinya bikin Julian senang sekaligus ngerasa repot, ya kaya sekarang ini. Dia lagi nyalain saklar di garasi rumahnya karena tiba-tiba aja listrik di rumah mereka turun pas mereka lagi nonton. Dan Ara udah...

“Abang??? Ihhh kemana sih?” rajuk Ara, Julian bisa dengar dari garasi rumah mereka.

“Iya sebentar sayang, ini aku lagi ngecek ada yang konslet atau enggak,” teriak Julian.

“Cepetan ihhhhh lama banget.”

Julian menghela nafasnya pelan, setelah memastikan aliran listrik di rumahnya sudah kembali normal dia masuk lagi ke dalam dan berjalan menuju ruang TV.

“Cuma di tinggal kedepan aja juga.”

“Tapi lama banget udah kangen ih.” Ara melambai-lambaikan tangannya, begitu Julian duduk di sebelahnya. Wanita itu langsung memeluk lengan Julian dan mengusap wajahnya di bahu Julian. “Gemes, kangen. Pokoknya gak boleh jauh-jauh!”

“Lebay, jauh-jauh apa orang aku cuma nyalain saklar doang loh.”

“Jauh itu nama nya.”

Julian geleng-geleng kepala aja, heran banget liat kelakuan Istrinya itu akhir-akhir ini. Tapi Ara yang liat Julian geleng-geleng kepala gitu malah tersinggung, dia jadi mikir Julian kesal sama dia. Ara akhirnya melepaskan pelukannya dari lengan Suaminya itu.

Pokoknya dia sedih banget kalo Julian ngerasa kaya nolak dia gini, hatinya sakit banget ngerasa gak di inginkan. Walau sesudahnya Ara juga ngerasa dia berlebihan, tapi tuh emang rasanya sedih banget. Pokoknya sedih seh, susah di jelasin.

“Kenapa?” tanya Julian waktu Istrinya itu ngelepas pelukannya dan ngeliatin Julian yang lagi sibuk makanin cheese ball di toples.

“Abang udah gak sayang aku?”

“Hah?” Julian bingung, ya gimana gak bingung kalau tiba-tiba Ara nanya begitu. Gimana gak sayang, apapun yang Ara mau juga Julian turutin kok. “Kok nanya gitu? Ya sayang lah, Bun.”

“Tapi tadi kamu ngatain aku lebay!!” Ara merajuk gak lama kemudian dia nangis sesenggukan, persis banget kaya anak kecil lengkap dengan ngucek-ngucek matanya terus nutupin wajahnya.

Kalau udah begini Julian jadi pening sendiri kan, “sayang, maksud aku gak gitu.”

Julian bawa Ara ke pelukannya dan dia usap-usap punggung kecil Istrinya itu, “maaf ya ngatain kamu lebay, kan aku niatnya cuma bercanda. Aku sayang kamu kok, sayang banget malahan.”

“Tapi kalau sayang kan harusnya kamu gak bilang lebay.”

“Iya maaf yahhh, maaf.” bisik Julian, dia ciumin pucuk kepala Istrinya itu sampai Ara gak nangis lagi. Setelah jauh lebih tenang, mereka lanjut nonton TV lagi sambil sesekali Ara minta kaki nya di pijitin.

“Bang?” panggil Ara, yang bikin Julian menoleh ke arahnya.

“Hm?”

“Kalau Ibu liat kamu mijitin aku gini, Ibu marah gak?”

“Marah?” Julian ngerutin dahinya bingung, sementara Ara mengangguk sebagai jawaban. “Marah kenapa?”

“Iya, kan aku punya teman yah, dia lagi hamil juga pas Suaminya lagi mijitin Istrinya terus masakin buat temenku, Ibu dari Suaminya dateng terus marah-marah. Katanya jangan jadiin Suaminya pesuruh katanya gak sopan, gitu.”

“Kok aneh,” Julian cuma mikir itu kan suatu hal yang wajar, lagi pula hamil pasti sulit dan gak ada salahnya Suami ngelayanin dan ngerawat Istrinya kan, toh Istri adalah teman hidupnya. Wanita yang rela meninggalkan kedua orang tua demi mengabdi sama Suaminya.

“Enggak sih, Ibu malah nyuruh aku buat jagain kamu terus, ngebawelin aku bilang kamu jangan capek-capek. Malah Ibu tuh nawarin tau ngirimin makanan atau suruh aku nyari asisten rumah tangga buat bantu-bantu kamu.”

“Iya?” pekik Ara, dia senyum sumringah banget. Ibu mertua nya emang baik banget, malah Julian suka cemburu karna semenjak menikah Ibu lebih perhatian sama Ara. “Ibu tuh emang mertua paling baik!!”

“Ibu tuh ngarep cucu banget dari kita, dia pasti ngejaga kamu banget kalau dekat.”

“Maaf ya aku suka mikir yang jelek-jelek cuma karena teman-teman aku suka cerita perlakuan buruk keluarga Suaminya ke dia.” Ara jadi ngerasa bersalah banget, padahal dia tuh beruntung banget di terima dan di sayang banget sama keluarga dari Suaminya. Terutama sama Ibu mertua nya itu.

“Ibuku tuh dulu puas banget di manja, di layanin, di sayang sama Bapak juga. Makanya dia berharap anak laki-lakinya juga bisa seperti itu sama Istrinya, makanya kehadiran kamu sama sekali bukan menjadi saingan buat Ibu karena aku jadi lebih perhatian ke kamu.”

“Bunda juga suka bilang gitu ke aku, aku harus nurut sama kamu, dengerin ucapan kamu.”

Julian senyum, gak lama dia ngecup bibir Istrinya itu dengan gemas. Kalau liat Ara senyum gini tuh rasanya dunia lagi berbaik hati banget sama dia, “mana yang pegal lagi? Aku pijitin.”

“Mau kelonan aja.”

Julian menaikan sebelah alisnya dan menyeringai. “Di kamar?”

Ara hanya mengangguk dan senyum malu-malu sampai ada semburat kemerahan di pipinya, “um.”

Tanpa mematikan TV di ruang tamu, Julian langsung menggendong Istrinya itu dan membawa nya ke kamar. Meniduri Ara di atas ranjang dan menarik selimut hingga menutupi keduanya.

“Abang geli ihhh!” teriak Ara dari dalam selimut waktu Julian nyiumin lehernya dengan gemas, mereka gak ngapa-ngapain kok cuma cuddle aja.


“Jo, kamu inget gak sih temen deket kamu waktu kuliah itu?” tanya Kamila sama Jonas yang lagi sibuk sama kerjaanya yang numpuk itu.

Oiya, Jonas juga sudah tunangan, rencana nya tahun depan juga dia akan menikah dengan tunangannya ini. Namanya Kamila, mereka bertemu karena bekerja di satu kantor yang sama. Dulu tuh Jonas pernah pacaran sama Adik tingkat kan? Nah sayangnya hubungannya kandas.

Ada tembok tinggi yang membentang di antara mereka, begitu kokoh sampai Jonas dan pacarnya dulu berdamai dan memutuskan untuk berpisah baik-baik. Ya meski pun belum menikah, Jonas sama Kamila ini sudah memutuskan untuk tinggal bersama.

Mereka mau coba saling mengenal lebih dalam karakter masing-masing agar lebih kenal sebelum akhirnya mantap untuk lanjut kepernikahan, ya kira-kira alasan Jonas sih begitu kalau teman-temannya dan Julian kadang meledeknya dengan sebutan 'kumpul orang' ya bukan kebo, mereka gak mau nyalahin kebo.

“Siapa? Ijul?” tebak Jonas.

“Yang istrinya Youtuber itu namanya Ijul?”

Jonas mengangguk, “iya si Ara, yang dulu sempet aku taksir, Bi. Kenapa dah?”

“Anjir lu, gak usah di perjelas bagian yang naksir. Gue udah gak cemburu sih tapi sebel aja dengernya,” Kamila menepuk pundak Jonas dengan kesal. Sok ganteng banget si Jonas ini, cintanya bertepuk sebelah tangan aja bangga, Pikir Kamila.

“Hehe,” Jonas nyengir. “Kenapa-kenapa sama Ijul?”

“Kemarin aku ketemu dia waktu habis dari rumah temenku.”

“Terus?”

“Ada yang aneh, dia nganterin cewek pulang.”

“Cewek? Bini nya kali?” tebak Jonas.

“Bukan, Bi. Kalau kata temen aku si Miranda, cewek itu janda punya anak 1. Terus Julian juga sempat masuk ke rumahnya dan gendong anaknya si itu cewek. Terus si anaknya ini juga manggilnya pake sebutan Papa.”

“HAH???” pekik Jonas kaget, agak lebay tapi dia tuh beneran kaget banget. Dia mau mikir yang enggak-enggak sama Julian seperti laki-laki itu selingkuh dan punya anak sama wanita lain, tapi sejauh yang ia kenal Julian bukan laki-laki seperti itu. “Kamu salah dengar gak?”

“Enggak, Bi. Serius. 3 hari yang lalu juga aku liat Julian lagi nganterin itu cewek, mobilnya Julian Hyundai Ioniq 5 warna silver kan?”

Jonas mengangguk, “iya.”

“Nah, mobil itu ada lagi. Tapi kali ini Julian enggak turun.”

“Masa sih, Bi?” Jonas agak gak percaya sama Kamila, tapi buat apa Kamila bohong? Jonas jadi mikir ada hubungan apa Julian sama cewek itu. Apalagi dari yang Jonas liat di akun instagram milik Ara, wanita itu baru mengumumkan kehamilannya harusnya hubungan mereka makin harmonis kan? Pikir Jonas.

“Buat apa aku bohong jir, aku cuma takut si Ara di selingkuhin dah.”

“Gak lah,” Jonas mengibaskan tangannya ke Kamila, dia coba mikir positif dulu. “Gak mungkin Ijul begitu, orang bucin banget dia sama bini nya.”

“Dih siapa tau aja? Mama sama Papaku juga kelihatan bucin banget, gak taunya Mama selingkuh.”

Mendengar ucapan Kamila itu, Jonas jadi mikirin Julian dan Ara. Dia gak yakin Julian kaya gitu, tapi dia sendiri takut enggak benar-benar mengenal temannya itu. Sekarang, Jonas jadi menimang-nimang dia harus cerita hal ini ke Ara atau enggak, tapi kalau cerita bagaimana kalau justru memicu renggangnya hubungan rumah tangga keduanya?

Tapi kalau Julian benar selingkuh, masa iya dia harus diam saja mengetahui hal itu padahal dia kenal Ara, itu sama aja dia mendukung perselingkuhan Julian dan menutupinya kan? Pikir Jonas.

 
Read more...

from Almost ☑

Selama lima bulan terakhir ini, sejak kejadian Bella memanggil Julian dengan sebutan Papa. Liliana berusaha sebisa mungkin menghindari interaksi dengan Julian jika tidak ada pekerjaan yang mendesak, hari-hari berjalan selalu membosankan baginya.

Ia akan datang ke kantor, makan siang di meja nya sembari bekerja, kemudian pulang menunggu hingga kemacetan mereda. Begitu terus, tidak ada satu hari pun spesial di harinya, ngomong-ngomong soal Bella. Bocah itu udah enggak marah lagi sama dia, Bella udah seperti biasanya meski sering kali Bella selalu bertanya kapan Papa nya akan datang ke rumah.

Jika Bella sudah bertanya seperti itu, Liliana hanya bisa mengalihkan pikiran bocah itu dengan bermain. Untungnya Bella itu gampang di alihkan.

Sedang sibuk berkutat dengan pekerjaannya, Monika yang duduk di sebelah Liliana itu menyentuh punyak Liliana. Liliana memang memakai earphone, dia ngerasa bisa lebih fokus bekerja jika sambil mendengarkan lagu.

“Ya?” tanya Liliana.

Monik memberikan kotak berisi 4 cup cakes untuk Liliana, bentuknya cantik karna di hias dengan pita berwarna merah muda dan juga ada kartu ucapan di selipkan di antara pita nya. Bentuk cupcakes nya pun cantik dan lucu-lucu menurut Liliana.

“Buat lo,” jawab Monik.

“Makasih yah.”

“Bukan dari gue, Li.”

Liliana mengerutkan keningnya bingung, “dari siapa?”

“Dari Mas Ijul, semua anak-anak kantor dapet.”

Liliana mengangguk, mengambil kotak berisi cupcakes itu dan menaruhnya di meja. “Ulang tahun?” tebaknya.

“Istrinya hamil,” bisik Monik. “Akhirnya yah, Mas Ijul seneng banget tuh makanya sampe bagi-bagi cupcakes buat anak-anak, Gue juga dengarnya senang.”

Liliana menelan saliva nya, setelah menjenguk Ara terakhir kali lima bulan yang lalu. Ia memang enggak bertukar kabar apa-apa lagi pada Ara meski wanita itu sering menanyakan kabarnya lewat pesan singkat, Liliana gak pernah menjawab pesan itu.

“Um.”

Liliana bukan enggak senang mendengar kabar bahagia itu, dia senang. Hanya saja dia enggak tahu harus bereaksi seperti apa, lagi pula rasanya ia masih merasa bersalah pada Julian meski keesokannya ia sempat meminta maaf.

Setelah jam pulang kantor tiba, Liliana enggak langsung pulang seperti karyawan yang lain. Ia masih duduk mengerjakan pekerjaannya sembari menghitung tabungannya dari gaji nya sendiri, kalau di hitung-hitung dia sudah bisa membawa Bella ke psikolog anak untuk dapat terapi agar sikap Bella bisa lebih terarah dan fokus pada pelajaran di sekolahnya.

Liliana senyum, menurutnya enggak sia-sia dia selama ini hidup hemat dengan membawa bekal makanan ke kantor dan enggak ikut hangout bersama teman-teman kantor nya ketika di ajak, meski Liliana akui jika hidupnya memang agak membosankan.

“Belum pulang, Li?” tanya Ferdy.

“Ah,” Liliana buru-buru melepas earphone nya dan berdiri. Ada atasannya ternyata, tapi Ferdy enggak datang sendiri di belakangnya ada Julian yang menatap Liliana tanpa ekspresi sedikit pun. “Se..bentar lagi, Pak.”

“Lembur?”

Liliana menggeleng, “enggak, lagi nunggu sampai enggak macet aja.”

“Oalah kirain lembur, yaudah saya duluan ya.”

Setelah mengatakan itu, Ferdy dan Julian pergi lebih dulu meninggalkan ruangan itu. Lampu-lampu gedung juga mulai di redupkan oleh security yang berjaga, kalau sudah begini Liliana mulai membereskan barang bawaannya dan mulai merapihkan meja nya sendiri.

Melihat ekspresi wajah Julian yang datar, Liliana sadar jika Julian tidak seramah dulu dia kecewa akan sikap nya terakhir kali yang di rasa kurang pantas. Ya meski Julian sendiri bersikap profesional, jika mereka sedang mendiskusikan perihal pekerjaan sikapnya akan seperti biasanya.

Di dalam bus yang membawanya menuju ke rumahnya, Liliana melamun sembari memperhatikan cupcakes yang berada di pangkuannya. Ia memikirkan Bella yang pasti akan senang melihatnya pulang membawa makanan manis yang bentuknya cantik ini, namun tidak lama kemudian bus yang di tumpangi Liliana berhenti. Dan pramuniaga nya membuka pintu bagian depan dan belakang bus, sepertinya terjadi sesuatu? Pikir Liliana.

“Maaf sebelumnya, bus mengalami pecah ban. Jadi terpaksa kami harus menurunkan penumpang di halte ini sampai bus selanjutnya datang,” ucap pramuniaga itu yang kemudian mendapat sorakan dari beberapa penumpang lainnya.

Mau enggak mau Liliana harus turun dan menunggu di halte, meski tidak lama kemudian bus yang menuju ke rumahnya datang. Namun sayangnya bus itu penuh dan Liliana terpaksa harus menunggu bus selanjutnya, kalau Liliana lihat dari aplikasi bus di ponselnya sih sekitar 20-30 menit lagi. Cukup lama menurutnya, namun tidak apa. Liliana sedang tidak buru-buru, dari pada dia harus pesan ojek online dan memakan biaya lebih dari pengeluaran harian yang sudah di tentukannya hari ini.

Tidak lama kemudian, sebuah mobil Hyundai Ioniq 5 berwarna silver berhenti tepat di depannya. Liliana sempat mengerutkan keningnya sampai akhirnya kaca mobil itu turun dan memperlihatkan siapa orang di dalamnya.

“Pak Julian?” gumam Liliana.

“Ngapain disitu, Li?”

“Nunggu bus, Pak.”

Julian sempat melihat arloji miliknya, sudah jam 8 malam ternyata. “Bus ke arah rumah kamu masih 30 menit lagi, bareng sama saya aja rumah kita searah.”

Liliana tampak bingung namun pada akhirnya ia mengangguk dan masuk ke dalam mobil seniornya itu, Liliana anggap ini bentuk menghilangkan perasaan bersalahnya. Dan memperbaiki hubungannya dengan Julian, Liliana enggak mau hubungan dengan rekan kerjanya canggung.

“Makasih yah, Pak.”

“Sama-sama, Li.”

Di dalam mobil Liliana sempat canggung, ia hanya mendengarkan radio dari mobil sambil sesekali memikirkan pertanyaan basa basi yang harus ia lontarkan, ya setidaknya dia harus yang memulai lebih dulu.

“Ngomong-ngomong, selamat atas berita baiknya ya, Pak. Saya dengar Mbak Ara hamil ya?” Liliana bernapas lega, dia akhirnya kepikiran hal ini juga untuk memecahkan hening di antara mereka.

“Makasih yah, Li. Iya Istri saya hamil, senang banget saya. Oiya, dia nanyain kamu terus.”

Liliana mengangguk, “kapan-kapan saya hubungin Mbak Ara, Pak. Terima kasih juga cup cakes nya.”

“Loh boleh dong, kapanpun juga gapapa. Dia tuh orangnya asik, Li. Jadi jangan sungkan ya.”

“Saya cuma malu aja, Pak. Enggak sih lebih ke apa yah grogi? Karna saya susah banget beradaptasi sama orang baru apalagi Mbak Ara orang terkenal, jadi kaya ngerasa enggak pantas aja bergaul sama dia.”

Liliana itu emang berubah drastis sejak ia di usir dari keluarganya dan berseteru dengan keluarga Suaminya. Liliana jadi lebih pendiam, menarik diri dari banyak orang dan jadi sering merasa rendah diri. Liliana yang dulu itu sebenarnya gadis yang ceria, mudah bergaul dan banyak di sukai orang lain karna cara bicaranya pintar.

“Kenapa emangnya? Dia juga orang biasa, Li. Ara itu enggak pernah milih-milih teman. Dia juga kelihatan nyaman banget ngobrol sama kamu, jadi jangan sungkan juga dia malah senang banget kalau bisa temanan sama kamu.”

Liliana mengangguk, mungkin kali ini dia bisa berubah. Bisa menemukan dirinya yang dulu dan mulai keluar dari zona nyamannya, Liliana juga ingin bahagia seperti memiliki teman dekat misalnya. dulu, Liliana punya teman dekat. tapi sejak ia menikah dan sibuk mengurus Bella entah kenapa perlahan teman-temannya menjauh.

Obrolan yang lumayan panjang itu membuat keduanya tidak sadar jika akhirnya sudah sampai depan rumah Liliana saja.

“Sampai sini aja, Pak. Terima kasih sekali lagi.”

“Sama-sama, Li. Ah iya, Li. Bella gimana kabarnya?” Julian jadi kepikiran Bella kalau ingat depan rumah Liliana, Bella yang di seret oleh Bu Ijah seperti yang terakhir dia lihat.

“Baik, Pak. Mari Pak.” Liliana turun, kemudian berjalan masuk ke dalam rumahnya. Dia gak mau Bella melihat Julian atau ada tetangga nya yang melihatnya pulang di antar oleh Julian, dia benar-benar menghindari hal-hal seperti itu.


“Cobain ini juga deh, Ra. Ini enak gue yang masak!” Elara memberikan sosis bakar dan menyuapinya ke mulut Ara yang masih agak penuh dengan makanan itu.

“Udah aahh sumpah ini gue dari tadi di suruh makan mulu, udah kenyang please.” protes Ara.

Hari ini anak-anak kosan Abah kumpul di kosan Abah yang dulu mereka tinggali. Teman-temannya membuat pesta kecil-kecilan untuk merayakan berita baik yang di bawa Julian sama Ara, ya sekaligus berkumpul bersama toh ini weekend kan.

di lantai satu dekat kolam renang, Januar dan Elara sibuk membakar sosis, ikan, bakso dan ada beberapa kepiting yang di bawa oleh Kevin dan Yves. oiya ini juga untuk merayakan hari ulang tahun Chaka meski sudah lewat.

laki-laki di sana itu sedang asik mengobrol di pinggir kolam, ada Januar dan Kevin juga yang sedang merokok. dan yang perempuan sedang duduk di ruang TV sembari menikmati makanan dan sedikit ngobrol-ngobrol.

“Nanti lo baliknya bawa ini lauk ya, Ra. Ada menu baru juga dari cafe Mama nya Mas Ril, sekalian lo cobain juga.” Gita nata kotak makan berisi lauk-lauk buatannya dan juga cake dengan rasa klepon, menu baru di cafe Tante Riani. ah semua teman-temannya dapat kok, enggak cuma Ara saja.

“Git, banyak banget siapa yang mau makan? Gue cuma berdua sama Mas Ijul.”

“Ya lo sama Juleha lah, biar lo gak usah masak lagi, angetin aja di microwave. Trimester pertama tuh lagi mabuk-mabuknya, Ra. Lo gak boleh kecapekan oke? Kalau perlu Juleha suruh belajar masak.” Gita ini jadi strict banget ke Ara semenjak tahu Ara hamil, ya Gita cuma mikir kalau Ara ini jadi agak ringkih semenjak operasi.

“Ih dia bisa masak tau,” Ara membela Julian, Julian bisa masak kok walau yah menu nya itu itu aja. Oseng-oseng kangkung, ayam goreng dan sup tahu.

“Menu yang lain jangan masak kangkung mulu! elu bukan kambing.” pekik Gita, yang membuat Ara terkekeh.

“Eh tapi, Ra. Kamu sama Julian tuh ada kepengen jenis kelamin anak kalian apa gitu?” tanya Teh Niken tiba-tiba, biasanya kan pasangan yang baru menikah atau hamil anak pertama tuh suka mengidam-idamkan jenis kelamin anak mereka, seperti ingin punya anak pertama laki-laki supaya bisa melindunginya adik-adiknya. Pokoknya gitu deh,

Yah Teh Niken penasaran aja. walau belum menikah sama Chaka dia tuh udah merencanakan kalau kelk ingin memiliki anak perempuan untuk anak pertama mereka.

Ara menggeleng, “enggak ada sih, Teh. Apa aja, sedikasihnya aja.”

“Gue juga dulu kaya gitu, Ra. Tapi Janu tuh kepengen punya anak cowok pokoknya harus cowok kalo pertama, Katanya kalo cewek dia takut.”

“Soalnya Bapaknya begajulan dulu sih yah,” gumam Gita.

“Kevin juga gitu, tapi yah akhirnya dia pasrah aja. Mau anaknya cewek atau cowok yang penting sehat katanya,” samber Yves.

“Lagian yah, bisa-bisa nya mereka yang brengsek mereka juga yang overthinking kalo apa yang mereka perbuat ke mantan-mantan mereka dulu anak mereka yang bakalan nanggung karma nya, mana ada yang begitu.” menurut Elara kata-kata orang lain soal hal itu enggak masuk akal aja baginya, bagaimana bisa anak mereka yang menanggung karma buruk dari Ayahnya?

“Iya aku juga gak percaya kaya gitu sih, El. Karma emang ada, tapi masa iya anak yang gak tau apa yang di perbuat orang tua nya yang nanggung sih.”

Elara menjentikkan jarinya ke Niken, “ya kan, Teh.”

“Terus, soal Budhe nya Juleha yang nyinyir itu gimana, Ra? Reaksi dia pas tau?” tanya Gita, Ara sempat cerita ke Gita kalau dia pernah dapat ucapan enggak enak dari Budhe nya Julian.

“Ya dia ikut senang kok, Git. Terus gue di kasih nasihat-nasihat gitu. Sama pantangan-pantangan apalah, tapi ya yang baik-baik gue dengerin kok.”

“Syukur deh, pokoknya lo harus jaga kesehatan yah. Kalo butuh apa-apa, atau mau nanya apa-apa. Gue sama yang lain siap bantu kok.”

“Makasih yah, Git.”

 
Read more...

from kenanyildiz1

Turkish Citizenship by Investment

Turkish Citizenship by Investment has become one of the most attractive programs for individuals looking for a second passport with financial security, global mobility, and investment opportunities. Turkey offers a fast-track citizenship process, allowing investors to obtain a Turkish passport within 3 to 6 months by making a qualifying investment.

https://www.pilc.law/turkish-citizenship-by-investment/

Why Choose Turkey for Citizenship by Investment?

Turkey is a strategic bridge between Europe and Asia, providing a strong economy, a booming real estate market, and visa-free travel to over 110 countries. Unlike other programs, Turkey citizenship by investment does not require applicants to reside in Turkey before or after obtaining citizenship. Investors can maintain their existing nationality as Turkey allows dual citizenship.

Investment Options for Turkish Citizenship

To qualify for Turkish citizenship by investment, individuals can choose from several options:

 Real Estate Investment: Purchase property worth at least $400,000 and hold it for 3 years.  Bank Deposit: Deposit $500,000 or more in a Turkish bank for 3 years.  Fixed Capital Investment: Invest $500,000 in a Turkish business.  Government Bonds & Securities: Purchase bonds worth $500,000, held for 3 years.  Job Creation: Employ at least 50 Turkish citizens in a business.

Step-by-Step Guide to Applying for Turkish Citizenship

 Choose an investment option that meets the program requirements.  Complete your investment and register it with Turkish authorities.  Obtain a residence permit (required before citizenship application).  Submit your citizenship application with all necessary documents.  Wait for approval (3-6 months) while the government verifies the investment.  Receive your Turkish passport & ID card and enjoy your new citizenship!

Key Benefits of Turkey Citizenship by Investment

✔ Fast & Simple Process – Citizenship approval within 3-6 months. ✔ No Residency Requirement – No need to live in Turkey. ✔ Dual Citizenship Allowed – Maintain your original nationality. ✔ Strong Real Estate Market – Invest in a growing property sector. ✔ Visa-Free Travel – Access to 110+ countries without a visa. ✔ Tax & Business Advantages – Turkey offers various investment incentives.

Final Thoughts: Is Turkish Citizenship Worth It?

For those seeking a secure second passport, profitable investment opportunities, and global business advantages, Turkish Citizenship by Investment is an excellent choice. With flexible investment routes, a straightforward process, and a strong legal framework, Turkey stands out as one of the best citizenship-by-investment programs in the world. Interested in applying? Get expert guidance from a trusted Turkish citizenship law firm today!

 
Devamını oku...

from Almost ☑

Sembari menerawang pada lampu ruang rawat Istrinya itu, Julian berusaha memejamkan matanya di atas sofabed untuk penunggu pasien. Matanya belum juga mengantuk meski kini sudah hampir pagi, kepalanya terus berputar pada kejadian semalam di rumah Liliana yang terus menganggu pikirannya.

Bella yang di seret oleh Ibu-Ibu berbadan gempal kemudian bocah itu yang tiba-tiba memanggilnya dengan sebutan Papa, Liliana sudah memberikan penjelasan. Julian juga sudah melihat foto mendiang Suami Liliana, kalau Julian perhatiin memang ia dan mendiang Suami Liliana itu sekilas agak mirip jadi wajar saja kalau Bella mengira ia adalah Papa nya.

“Bella, jangan manggil Paman pakai sebutan Papa. Paman ini temannya Mama bukan Papa nya Bella,” Jelas Liliana pada Bella.

“Tapi mukanya mirip Papa, Mah. Ini Papa kan?” bocah itu mengambil bingkai foto milik Ayahnya kemudian mendekatkannya ke wajah Julian “Tuh kan, mirip.”

Julian yang menyaksikan itu hanya bisa tersenyum, dia mau menolak pun enggak enak biar sudah di jelaskan, Bella tetap kekeuh untuk memanggilnya dengan sebutan Papa. Menurut Julian pun enggak masalah kayanya untuk sementara ini, toh besar nanti Bella akan paham jika ia memang bukan Ayah kandungnya.

“Gapapa, Li. Saya enggak keberatan kok di panggil gitu,” ucap Julian.

“Jangan, Pak. Saya enggak enak.”

Julian hanya menggeleng, mengisyaratkan dia baik-baik saja dengan panggilan itu. Bella yang duduk di sebelahnya itu Julian pangku, bocah itu tampak tenang dalam pangkuan Julian bahkan Bella memeluknya. Seperti memeluk Ayahnya sendiri, bocah itu benar-benar merindukan Ayahnya? Pikir Julian.

“Papa malam ini bobo sama Bella sama Mama kan? Bella kan nunggunya lama banget.” mata bocah itu berkedip, tangan kecilnya memainkan tangan Julian yang besar itu.

“Maaf yah, Papa gak bisa bobo di sini.”

“Kenapa?”

“Karena Papa punya rumah sendiri. Nanti kapan-kapan Papa main lagi.”

Bella yang mendengar itu mengerutkan keningnya bingung, ia melihat ke arah Liliana yang tengah menunduk. Liliana benar-benar tidak enak dengan seniornya itu, kalau Ara tahu pun Ara pasti akan marah Suaminya di panggil seperti itu oleh anak orang lain.

Belum lagi omongan tetangga sekitar rumah Liliana, Buk Ijah saja sudah mengira Julian ini adalah pacarnya. Liliana cuma enggak mau ada rumor yang tidak-tidak mengenai dirinya disini.

“Tapi kan ini juga rumah Bella sama Mama, Papa kan Papa nya Bella harusnya juga boleh bobo di sini. Ya kan, Mah?” Bella menuntut jawaban dari Ibu nya itu namun reaksi Liliana justru berbeda dari yang Bella harapkan, wanita itu berdiri dan mengambil alih Bella dari pangkuan Julian.

“Mah, Bella mau sama Papa!!” pekik Liliana.

Tanpa memperdulikan teriakan Bella dan ayunan kakinya, Liliana membawa Bella masuk ke dalam kamarnya dan ia kunci bocah itu di dalam. Sejujurnya hati Liliana sakit harus bersikap kasar pada Bella lagi, tapi ia sungguh tidak ingin Bella benar-benar beranggapan jika Julian adalah Ayahnya. Liliana gak mau mempersulit keadaan.

“MAH BUKAIN MAH!! BELLA MAU SAMA PAPA!!” teriak Bella dari dalam kamarnya.

“Pak, Maaf sebelumnya atas perilaku Bella ke Pak Julian. Terima kasih juga sudah bantu saya hari ini dan anterin pulang, saya janji begitu gajian saya bakalan ganti semuanya,” ucap Liliana tanpa melihat wajah Julian dia benar-benar tidak enak.

“Li, saya gak masalah.” Julian menggeleng kepalanya, dia gak nyangka Liliana bisa bersikap kasar kaya gitu sama Bella. “Li, kasian Bella. Harusnya kamu gak bersikap kaya gitu ke dia—”

“Bella anak saya, Pak. Saya yang tau dia bagaimana dan saya yang paham harus melakukan apa untuk Bella, sekali lagi terima kasih, Pak Julian. Kalau sudah tidak ada yang ingin Bapak bicarakan lagi sama saya, Bapak bisa pulang, Pak.”

Hati dan pikiran Liliana sangat bertentangan dengan ucapan yang ia keluarkan, ia merasa sudah sangat tidak sopan dan tidak tahu diri atas kebaikan yang Julian lakukan untuknya hari ini. Namun rasanya semua semakin sulit untuknya karena Bella mengira Julian adalah Ayahnya.

Biar besok Liliana akan meminta maaf pada Julian tentang hari ini, yang terpenting sekarang adalah Julian harus segera meninggalkan rumahnya dan ia harus menenangkan Bella di kamar.

Julian yang di bilang seperti itu hanya bisa menggeleng pelan, ia berdiri dan meninggalkan rumah Liliana tanpa sepatah katapun lagi. Ia agaknya kecewa dengan sikap Liliana yang kasar sama anaknya sendiri.

Julian membalikan badannya, ia mengusap wajahnya dengan gusar. Ia benci melihat anak kecil mendapatkan perlakuan kasar seperti itu, Julian hanya berpikir ia pernah ada di posisi Bella dulu. Saat dirinya benar-benar merindukan mendiang Bapaknya, Julian juga pernah bertemu dengan orang lain yang mirip dengan Bapaknya.

Om Sagara, Ayahnya Gita. Bahkan saat berada dalam pelukan pria itu Julian bisa merasa seperti Bapaknya juga sedang memeluknya. Dan itu cukup mengobati kerinduan Julian dengan mendiang Bapaknya.

“Bang?” panggil Ara, dia terbangun karena ingin ke kamar mandi dan kebetulan malah melihat Julian yang masih sibuk membolak balikan badannya di atas sofa bed.

Julian yang mendengar Istrinya bangun itu spontan langsung duduk, dan kemudian berjalan ke arah ranjang Istrinya itu. “Kenapa, sayang?”

“Kamu belum tidur?”

Julian menggeleng, “enggak bisa tidur.”

“Kenapa? Ada yang di pikirin?”

Julian diam, dia menimang-nimang untuk bercerita soal kejadian tadi di rumah Liliana atau tidak. Namun pada akhirnya Julian memilih untuk merahasiakannya, dia enggak mau Ara banyak pikiran dulu. Ara itu mudah iba dengan cerita-cerita seperti ini, Julian tahu banget. Selain hewan, anak-anak juga menjadi salah satu kelemahan Ara.

“Enggak, sayang. Lagi gak bisa tidur aja, gatau kenapa.” Julian terkekeh. “Kamu kenapa bangun?”

“Mau pipis.” Ara nyengir dan mengalungkan tangannya di leher Suaminya itu dengan manja.

“Aku anterin yah, manja banget Istriku. Mau di gendong aja apa ya?”

“Ih gak usah, infusan aku gimana kalo di gendong?”

“Oiya aku lupa,” Julian nyengir, kemudian membantu Ara untuk berdiri dan mengantarnya ke kamar mandi sembari memegangi tiang infusan nya.


Paginya, Liliana tengah bersiap-siap untuk berangkat ke kantornya. Ia sudah memeriksa kotak bekal miliknya, milik Bella dan juga buku-buku yang harus di bawa Bella hari ini, Kebetulan Bi Narsih juga sudah datang. beliau lagi menyuapi Bella yang asik bermain di ruang TV.

Liliana tahu Bella masih marah dengannya, bahkan saat melihatnya dengan kemeja kerja dan tasnya. Bocah itu membuang pandangannya ke arah lain, ia enggan melihat Liliana pagi ini.

“Non Bella, salam dulu sama Mama. Mama mau kerja tuh,” kata Bi Narsih.

“GAK MAU! MAMA JAHAT!” teriak Bella.

Hati Liliana sakit sebenarnya mendengar Bella berucap seperti itu, namun dia bisa memaklumi sikap Bella pagi ini. Semalam Liliana juga merasa dia sudah keterlaluan sama Bella, Liliana akui itu.

Liliana berjongkok, sedikit merangkak mendekati Bella yang sedang duduk di karpet bulu dengan boneka-boneka miliknya. “Bella?”

“Sana pergi!! Bella gak mau sama Mama, Mama jahat. Mama gak sayang sama Bella, Mama usir Papa nya Bella!” pekik bocah itu.

“Maafin Mama ya.”

“Gak mau!”

Liliana menunduk, ia melirik foto Suaminya itu yang ada di meja dekat TV. “Tapi Paman Julian kan bukan Papa nya Bella.”

“Itu Papa nya Bella! Mukanya mirip Papa, dia Papa nya Bella!!” teriak Bella, bocah itu membuang mainannya dan mengenai bingkai foto Liliana dan Bella yang sedang ada di taman bermain. Bingkai itu jatuh ke lantai, untung saja tidak pecah.

“Non Bella, gak boleh begitu sama Mama, Non.” Bi Narsih memperingati. Beliau juga mengambil bingkai foto yang sempat jatuh itu dan menaruhnya lagi di meja.

Liliana hanya menggeleng, dan memberi isyarat pada Bi Narsih bahwa dia bisa menghandle Bella. “Gapapa, Bi.”

“Mama kenapa usir Papa?”

“Karena Paman bukan Papa nya Bella. Papa nya Bella sudah enggak ada, sudah bersama Tuhan,” jelas Liliana.

Salahnya sendiri dari dulu dia selalu menjelaskan pada Bella jika Papa nya sedang bekerja dan suatu hari nanti akan pulang ke rumah. Jadi, wajar sebenarnya Bella beranggapan Julian adalah Papa nya terlepas dari wajah mereka memang agak mirip.

“BOHONG!! PAPA MASIH ADA YANG SEMALAM ITU PAPA!” Bella yang kepalang kesal, mengambil boneka barbie miliknya dan melemparnya ke arah Liliana dan mengenai kening wanita itu. Kening Liliana merah dan terasa sangat ngilu, setelah itu Bella lari keluar dari rumahnya dan di kejar oleh Bi Narsih.

“Non Bella, mau ke mana, Non? Jangan lari-lari!!” teriak Bi Narsih, sementara Liliana memejamkan matanya bersamaan dengan air matanya yang kembali turun ke wajahnya.

 
Read more...

from Almost ☑

Liliana berjalan di lorong kamar rawat dan mencari nomer kamar yang di kirimkan oleh temannya itu, hari ini dia menjenguk Istri senior nya itu sendirian setelah pulang bekerja, Liliana juga bawa buah-buahan yang sempat ia beli dulu sebelum ke rumah sakit.

“Kamar 201,” gumam nya.

Ia sempat mengintip dulu dari celah kaca yang ada di pintu kamarnya. Dan ternyata benar itu kamar rawat Istri senior nya itu, karena di depan pintu nya enggak ada nama pasien. Jadi Liliana mau memastikan saja dia enggak salah masuk kamar.

Liliana membuka pintunya, tersenyum manis dan mendapatkan sapaan hangat dari senior nya itu. Ternyata Julian sedang menyuapi Istrinya makan malam, terlihat sangat manis menurut Liliana.

“Malam, Pak, Buk.” Liliana menundukan kepalanya kecil, mendekat ke ranjang Ara dan menaruh buah yang ia beli di meja samping ranjangnya.

“Malam,” balas Ara dan juga Julian bersamaan.

“Datang sendiri, Li?” tanya Julian.

Liliana mengangguk, “iya, Pak. Kemarin kan anak-anak yang lain sudah jenguk duluan. Kebetulan saya bisa nya sekarang jadi saya sendirian deh.”

“Makasih udah jenguk yah, Li.” ucap Ara, dia senang banget karna teman-teman kantor nya Julian tuh perhatian banget buat jengukin dia dari kemarin, semuanya datang bergantian.

“Sama-sama, Buk.”

“Jangan manggil, Ibu, Li. Panggil Mbak aja ya.” menurut Ara panggilan Ibu tuh agak aneh aja buat dia, toh Liliana tidak bekerja dengannya. Lain hal nya dengan Julian yang bekerja dengannya dan Julian adalah senior nya di kantor.

“Iya, Mbak. Oiya, Mbak Ara gimana kondisinya? Udah baikan?”

Kondisi Ara di hari ketiga pasca operasi tuh benar-benar membaik, dia udah bisa duduk dan jalan-jalan sebentar, ya masih di kamar sih. Pusing dan mualnya juga sudah hilang walau bekas sayatan di perutnya masih suka ngilu, oiya Ara juga dapat nasihat dari dokter Irene soal program hamilnya. Dokter Irene nyaranin Ara buat jaga pola makan dan berat badan jika ingin hamil.

Intinya sih dia harus jaga badannya biar bugar terus, selain itu juga dokter Irene ngasih tips buat Julian sama Ara. Ya setelah Ara pulih nanti mereka baru bisa menjalankan tips dari dokter Irene dan juga saran-saran lainnya.

“Udah mendingan kok, Li. Udah bisa jalan juga udah gak lemas, tapi yah bekas sayatannya masih agak ngilu dikit.” Ara sedikit mendekatkan ibu jari dan telunjuknya itu, membentuk huruf C kecil sebagai isyarat sedikit.

“Syukur deh, Mbak. Saya senang dengar nya kalau Mbak Ara udah membaik. Cepat sembuh yah, Mbak.”

“Makasih yah, Li.” Ara senyum.

Cukup lama Liliana berada di ruang rawat itu, dia juga lebih banyak ngobrol sama Ara dari pada sama Julian. Menurutnya Ara ini orangnya ramah banget, pintar mencari topik obrolan dengan orang yang baru di kenalnya.

Bahkan Liliana sudah merasa nyaman dan banyak bercerita, apalagi soal Bella. Sembari bercerita, sesekali Liliana menyimak apa yang Julian lakukan untuk Istrinya itu. Seperti mengupasi jeruk, mengusap sela bibirnya yang terkena makanan, memperbaiki tinggi ranjang agar istrinya terlihat nyaman.

Pokoknya ada saja yang di lakukan Julian, Liliana cuma mikir senior nya itu lebih manis dari yang dia duga. Dia jadi kepikiran, apa jika mendiang suaminya itu masih ada. Liliana bisa merasakan hal seperti itu juga ketika sakit? Kadang, ada hari dimana ia ingin di perlakukan seperti itu juga. Ia ingin bahagia lagi dan memiliki sandaran hidup lagi.

“Aku gak nyangka ngobrol sama kamu senyaman ini, Li. Padahal aku pikir kamu tuh pendiam loh kalo di kantor.”

Ara sempat mikir gini, beberapa kali dia ke kantor Liliana itu selalu terlihat sendirian. Bahkan saat jam makan siang sekalipun, Ara pernah beberapa kali memergoki Liliana makan di meja kerjanya sementara kebanyakan karyawan lain keluar makan siang. Ara sempat bilang ke Julian buat sesekali ngajak Liliana makan bersama teman-temannya yang lain.

Ara tuh cuma gak tega aja kalau liat orang sendirian, ya Ara sempat berpikir kalau Liliana kurang di terima baik di kantor. Karna beberapa kali teman-teman Julian pun suka berbicara mengenai Liliana yang memang memiliki sifat tertutup dan pendiam.

“Emang pendiam banget, sayang. Lili tuh beneran ngomong yang penting-penting aja,” celetuk Julian. Sementara Liliana hanya tersenyum kecil.

“Kapan-kapan kita hangout bareng yuk, Li. Nanti aku kenalin ke teman-temanku.” Ara genggam tangan Liliana, entah kenapa Ara bisa lihat ada celah kesepian dan kerapuhan di raut wajah dan pancaran mata Liliana. Apalagi wakti Ara tahu kalau Liliana enggak punya Suami dan harus membesarkan anaknya sendiri, Ara berpikir dia cuma mau jadi teman Liliana aja.

Liliana mengangguk, ini untuk pertama kalinya setelah Bella lahir ada seseorang yang meminta dirinya untuk menjadi temannya. “Boleh, Mbak.”

Setelah berbincang banyak hal dan sempat mengambil foto bersama Liliana, wanita itu melirik jam yang ada di tangannya. Sudah nyaris pukul 8 ternyata, dia harus segera berpamitan sebelum Bella mencari nya.

“Yaudah, Mbak. Saya pamit dulu yah, udah malam kasian Bella di rumah.” Liliana mengambil tas miliknya dan memakai nya.

“Makasih sekali lagi yah, Li. Ingat yah, kamu boleh kok ajak Bella ketemu aku siapa tau kalau aku kasih sedikit terapi buat dia, dia bisa lebih terarah lagi kan.”

Liliana mengangguk kecil, “iya, Mbak. Makasih yah.”

“Bang, anterin Liliana turun ke bawah ya, kayanya staff rumah sakit udah pada keliling kamar rawat buat berganti shift.” lorong kamar rawat nya Ara itu punya pintu yang hanya bisa di akses oleh staff rumah sakit dan keluarga pasien, biasanya keluarga pasien yang berjaga akan di beri kartu untuk akses keluar masuk.

“Iya, yaudah aku anterin Liliana dulu yah, sayang.”

Sebelum mengantar Liliana, Julian sempat mengambil topi miliknya dulu dan mengecup kening Istrinya. Liliana yang menyaksikan itu hanya bisa menunduk dan salah tingkah sendiri. Dia canggung, di perjalanan menuju lobby rumah sakit Julian sempat mengajak Liliana bicara soal pekerjaan karena Liliana itu lebih banyak diam, Julian cuma enggak suka aja ada suasana yang canggung di antara mereka berdua.

“Kamis ini saya juga udah masuk kok, Li. Nanti saya cek semua ya design dari kamu,” ucap Julian.

“Iya, Pak. Kalau ada yang harus di revisi. Bilang saya secepatnya yah, Pak.”

“Pasti.”

Begitu mereka sampai di lobby rumah sakit, ternyata di luar hujan deras. Julian sempat menemani Liliana dulu untuk memesan taksi online namun sayangnya semua orderannya di tolak. Julian cuma mikir dia agaknya sedikit kasihan sama Liliana kalau harus naik bus sendirian, apalagi dari rumah sakit ke halte bus itu lumayan jauh.

“Saya anterin aja yah, Li.” tanya Julian.

“Engg..gak usah, Pak. Saya bisa naik bus, nanti juga hujannya reda.”

“Gapapa, nanti malah kemaleman kasian Bella.”

Liliana sempat menimang-nimang penawaran dari senior nya itu, Julian benar, kasian Bella jika ia pulang lebih malam lagi karena hujan. Dan biasanya juga Bibi yang mengasuhnya itu sudah bersiap-siap akan pulang.

“Mbak Ara gimana, Pak? Kasihan sendirian kalau Bapak anterin saya.” Liliana cuma enggak enak aja sama Ara karena sendirian di ruang rawatnya kalau Julian anterin dia pulang.

“Ada Mas sepupu nya yang mau anterin makan malam buat saya, Li. Udah naik di lift, emang enggak ketemu sama kita tadi soalnya dia ke kafetaria dulu.”

Arial memang datang untuk mengantar makanan buat Julian, beberapa hari ini antara Arial, Chaka, Kevin dan Januar sering bergantian buat bawain makan malam buat Julian. Karena hanya Julian yang berjaga sendirian, sebenarnya bisa sih Julian order makanan lewat layanan pesan antar atau makan di kantin rumah sakit. Tapi teman-temannya itu yang berinisiatif untuk membawakan makanan.

Liliana akhirnya mengangguk, enggak ada pilihan lain karena rasanya hujannya semakin deras. “Yaudah, Pak.”

“Kamu tunggu disini yah, saya izin istri saya dulu sekalian ambil mobil.” setelah mengatakan itu, Julian berlari kecil masuk ke dalam lobby lagi. Kebetulan ada jalan masuk ke basement parkiran lewat dalam rumah sakit.

Di perjalanan, Liliana cukup merasakan kecanggungan di antaranya dan Julian. Karena enggak tercipta obrolan lagi di antara mereka, Julian sibuk fokus pada kemudinya karena malam itu hujan cukup deras hingga kabut.

Tapi beruntunglah mereka karena jalanan tidak macet, 20 menit perjalanan akhirnya mobil yang Julian kendarai sampai di depan pekarangan rumah Liliana. Hujan nya juga sudah reda, namun ada yang aneh dari rumah yang terlihat seperti bangunan lama itu.

Di depan pintu ada seorang Ibu-Ibu berbadan gempal yang seperti sedang marah-marah sembari menyeret anak kecil perempuan di depan rumah Liliana, ada Ibu-Ibu lain juga yang seperti sedang berusaha melepaskan anak perempuan itu dari cengkraman Ibu-Ibu yang menyeretnya.

Dari samping, Julian bisa melihat raut wajah Liliana yang terlihat panik ketika melihat pemandangan itu. Tidak lama kemudian Liliana membuka seatbelt nya dan turun dari mobil.

“Ada apa, Li?” tanya Julian bingung.

“Astagaa, Bella!!” pekik Liliana, tanpa menjawab pertanyaan dari Julian itu. Liliana buru-buru keluar dari mobil dan menghampiri Bella yang sudah menangis di depan pintu rumahnya.

“Mama!!” begitu melihat Ibu nya itu pulang, Bella menangkis tangan Ibu-Ibu yang mencengkram baju nya dan berlari ke arah Liliana.

Julian yang melihat itu akhirnya turun dari mobilnya dahulu, dia ngerasa ada yang enggak beres. Dan benar saja kan, Ibu-Ibu yang menyeret seorang anak kecil tadi kelihatan benar-benar marah. Dan ternyata anak itu adalah Bella, anaknya Liliana yang selama ini seperti Liliana sembunyikan.

“Eh Mbak Lili, ajarin anaknya buat enggak ngelempar-ngelemparin kerikil ke jendela rumah orang!” pekik Ibu-Ibu berbadan gempal itu.

“Maksud nya, Buk? Bi? Ini ada apa sebenarnya?” tanya Liliana sama Bi Narsih yang mengasuh Bella.

“Ini, Buk. Ibu Ijah marah-marah dan tiba-tiba aja nyeret non Bella, dia bilang kalau non Bella ngelemparin kerikil kecil ke jendela rumahnya dari dalam kamar non Bella, Buk. Bibi lagi nyuci piring bekas non Bella makan, Bibi juga udah pastiin non Bella tidur. Ternyata non Bella belum tidur dan buka jendela kamar nya sambil lemparin batu kerikil ke jendela kamar nya Ibu Ijah,” jelas Bi Narsih.

“Gara-gara anak kamu yang kelakuannya kaya setan ini, jendela kamar saya pecah tau gak?!” sentak Bu Ijah naik pitam.

“Nanti saya ganti yah, Buk. Maafin Bella.”

“Kemarin nyabutin tanaman saya, sekarang mecahin jendela rumah saya, besok apa lagi? Kalau kamu gak bisa didik anak kamu dengan benar, mendingan pindah rumah aja. Anak kamu ini sudah menganggu tau gak? Mau saya laporin polisi?”

“Saya ganti kaca jendela Ibu sama besok pagi saya kirim tukang kebun buat perbaikin tanaman-tanaman Ibu.”

Suara halus yang berasal dari seorang laki-laki itu berhasil membuat atensi Liliana, Buk Ijah dan Bi Narsih teralihkan. Itu Julian, dari kejauhan dia merasa tidak nyaman mendengar bentakan serta perilaku kasar Buk Ijah ke Bella dan juga Liliana.

Bella mungkin salah, tapi haruskah Bu Ijah menyeret anak itu sampai-sampai kaki Bella pun saat di seretnya tidak menapak ke tanah, dan lagi Bella sampai nangis ketakutan.

“Siapa kamu? Pacarnya Liliana?” Bu Ijah menelisik penampilan Julian dari atas sampai bawah, menerka-nerka berapa uang yang bisa ia hasilkan dari laki-laki yang siap mengganti rugi ini. “Anaknya bikin susah tetangga, Mama nya malah asik-asikan pacaran sampai pulang malam.”

“Saya teman kerjanya Liliana, Buk. Besok pagi saya bawa tukang buat beresin rumah Ibu ya.” Julian enggak banyak bicara, dia cuma mempertegas ucapannya saja jika ia yang bersedia bertanggung jawab.

“Awas aja yah sampai bohong saya tunggu!! Saya mau uang kompensasi juga karena bukan sekali dua kali Bella kaya guni.” setelah mengatakan itu Buk Ijah pergi dan masuk ke dalam rumahnya.

“Pak, saya jadi enggak enak. Gapapa, Pak biar saya aja nanti yang ganti. Ini kan salahnya Bella dan Bella itu anak saya.” Liliana cuma enggak mau berhutang apa-apa sama orang lain. Ini bukan pertama kalinya Bella seperti ini, dulu saat mengajak Bella berbelanja baju di mall. Liliana juga pernah ganti rugi karena Bella tidak sengaja memecahkan meja kaca yang ada di departeman store, meja itu di gunakan untuk mendisplay sepatu.

“Gapapa, Li. Santai aja yah, saya cuma enggak suka aja Bella di seret kaya gitu. Dia masih kecil terlepas dari Bella memang salah.”

Setelah di rasa cukup tenang, Bella baru berani melepaskan pelukannya dari tubuh Ibu nya itu. Begitu melihat Julian dan Julian tersenyum saat mata mereka bertemu, kedua mata Bella membulat. Sosok laki-laki di depannya itu sekilas mirip seseorang yang selalu Liliana kenalkan pada Bella lewat foto jika itu adalah Papa nya.

“Papa? Mah, itu Papa kan? Papa nya Bella kan?”

“Pa..papa?” gumam Julian bingung.

Bella yang tadinya berada pada rengkuhan Liliana kini berlari ke arah Julian dan memeluk kaki Julian erat. Julian yang di panggil seperti itu hanya bisa menatap Liliana dengan wajah bingungnya, sekaligus ia menuntut penjelasan.

“Papa.. Kenapa Papa baru pulang sekarang? Bella sama Mama kan nungguin Papa pulang,” ucap Bella yang berhasil membuat pertahanan Liliana runtuh.

 
Read more...

from kenanyildiz1

Company Formation In Turkey

Establishing a company in Turkey presents a strategic opportunity for investors aiming to capitalize on the nation’s dynamic economy and advantageous geographical position. The process of company formation in Turkey involves several critical steps, each designed to ensure compliance with local regulations and promote a successful business venture.​

Legal Framework and Company Types

The primary legislation governing company registration in Turkey is the Turkish Commercial Code (Law №6102). This code outlines various legal structures available for business entities, with the most common being:​

Joint Stock Company (JSC): Requires a minimum capital of 50,000 Turkish Liras and allows for the issuance of both bearer and registered shares. Shareholders’ liability is limited to their subscribed capital.

Limited Liability Company (LLC): Requires a minimum capital of 10,000 Turkish Liras and can have between 1 to 50 shareholders. Similar to a JSC, the liability of shareholders is confined to their capital contributions.​

Both structures provide limited liability protection, making them attractive options for foreign investors. Steps for Company Establishment in Turkey

The procedure for company establishment in Turkey encompasses several key stages:

Drafting the Articles of Association: This foundational document outlines the company’s purpose, structure, and operational guidelines.​

Notarization: The Articles of Association, along with signature declarations and other requisite documents, must be notarized to ensure legal validity.​

Capital Deposit: A fraction of the company’s capital (typically 0.04%) is deposited to the Competition Authority. Additionally, at least 25% of the subscribed capital should be deposited into a bank prior to registration, with the remaining balance payable within 24 months.

Trade Registry Application: Submission of all necessary documents to the local Trade Registry Office is essential for official registration. Upon approval, the company gains legal personality.​

Tax and Social Security Registration: Following registration, the company must obtain a tax identification number and enroll with the Social Security Institution to comply with fiscal and employment obligations.​

Considerations for Foreign Investors

Turkey’s regulatory environment is conducive to foreign investment, permitting 100% foreign ownership in most sectors. However, investors should be mindful of specific considerations:​

Residency Requirements: While there are no mandatory residency requirements for shareholders or directors, appointing a local representative can facilitate smoother operations.​

Work Permits: Foreign nationals intending to work in Turkey must secure appropriate work permits, which are typically linked to the company’s activities.​

Incentives: The Turkish government offers various incentives, including tax reductions and exemptions, particularly for investments in designated sectors or regions.​

Post-Establishment Obligations

After successfully establishing a company, adherence to ongoing compliance requirements is crucial:​

Accounting and Reporting: Maintaining accurate financial records and submitting periodic reports in accordance with Turkish accounting standards is mandatory.​

Corporate Governance: Companies must hold regular shareholder and board meetings, documenting decisions as stipulated by law.

Licenses and Permits: Depending on the industry, additional licenses or permits may be required to operate legally.​

Engaging a local legal advisor or consultancy experienced in Turkish corporate law can significantly streamline the company formation in Turkey process, ensuring compliance with all legal requirements and facilitating a successful business launch.​

 
Devamını oku...

from kenanyildiz1

Vergi Hukuku ve Bilinmesi Gerekenler

Vergi hukuku, devletin mali faaliyetlerini düzenleyen ve bireylerin, işletmelerin vergiyle ilgili yükümlülüklerini belirleyen hukuki bir alandır. Vergi mevzuatına uygun hareket etmek, olası cezaları ve mali kayıpları önlemek açısından kritik bir önem taşır. Bu noktada, bir vergi hukuku avukatı, mükelleflerin haklarını koruyarak onlara hukuki rehberlik sağlar.

Vergi Hukuku Nedir?

Vergi hukuku, bireylerden ve tüzel kişilerden alınan vergilerin tahsil edilmesi, denetlenmesi ve uyuşmazlıkların çözülmesi ile ilgilenen bir hukuk dalıdır. Gelir vergisi, kurumlar vergisi, KDV, ÖTV gibi farklı vergilendirme türlerini kapsar ve vergi mükelleflerinin yükümlülüklerini belirler.

Anayasa’nın 73. maddesi gereğince herkes, mali gücüne göre vergi ödemekle yükümlüdür. Ancak, yanlış hesaplanan vergiler, vergi incelemeleri veya hatalı tahakkuklar nedeniyle bireyler ve işletmeler zor durumda kalabilir. Böyle durumlarda, hukuki destek almak büyük avantaj sağlar.

Vergi Avukatı Nedir ve Ne İş Yapar?

Bir vergi avukatı, bireylerin ve işletmelerin vergi ile ilgili hukuki süreçlerini yönetir. Vergi davalarında mükellefleri temsil eder, cezalarla ilgili itiraz süreçlerini takip eder ve vergi incelemeleri sırasında hukuki destek sunar. Vergi hukukunun karmaşıklığı nedeniyle, alanında uzmanlaşmış bir Ankara vergi avukatı, özellikle büyük şehirlerde faaliyet gösteren işletmeler için kritik bir rol oynar.

Vergi avukatlarının başlıca görevleri şunlardır: ✅ Vergi cezalarına ve usulsüzlüklere itiraz süreçlerini yürütmek ✅ Vergi mahkemelerinde dava açmak ve mükellefleri savunmak ✅ Vergi denetimlerinde şirketlerin hukuki haklarını korumak ✅ Vergi affı, matrah artırımı ve vergi yapılandırmaları konusunda danışmanlık yapmak Vergi Uyuşmazlıkları ve Çözüm Yolları

Vergi mükellefleri, bazen vergi idaresiyle uyuşmazlık yaşayabilir. En sık karşılaşılan problemler arasında, yanlış hesaplanan vergiler, hatalı vergi tahakkukları, yüksek cezalar ve usulsüzlük suçlamaları yer alır. Bu gibi durumlarda vergi hukuku avukatı, mükellefin haklarını koruyarak sürecin doğru ilerlemesini sağlar.

Vergi uyuşmazlıklarını çözmek için kullanılan yöntemler: Uzlaşma: Vergi idaresi ile mükellef arasında anlaşma sağlanarak uyuşmazlık giderilebilir. İtiraz ve Düzeltme Talebi: Hatalı tahakkukların düzeltilmesi için resmi başvurular yapılabilir. Vergi Davası Açma: Uzlaşma sağlanamazsa, vergi mahkemelerine dava açılarak mükellefin hakkı aranır.

Özellikle, büyük şehirlerde faaliyet gösteren işletmelerin, vergi incelemelerine tabi tutulma ihtimali daha yüksektir. Ankara vergi avukatı, mükelleflerin inceleme sürecinde yasal haklarını savunmalarına yardımcı olur ve haksız cezaların önüne geçer. Vergi İncelemelerinde Avukat Desteğinin Önemi

Vergi incelemeleri sırasında yapılan en küçük hata bile yüksek cezalarla sonuçlanabilir. Vergi müfettişleri tarafından yapılan denetimlerde, mükelleflerin beyanları detaylı şekilde incelenir ve hatalı bir işlem tespit edilirse ciddi mali yaptırımlarla karşılaşılabilir.

Bu süreçte bir vergi avukatı, mükellefin haklarını koruyarak şu konularda yardımcı olur: ✅ Vergi müfettişleriyle müzakere süreçlerini yönetir ✅ Tüm hukuki belgelerin eksiksiz hazırlanmasını sağlar ✅ Mükellefin haklarını savunarak hukuki destek sunar

Vergi denetimlerinden olumsuz etkilenmemek için vergi hukuku avukatı ile çalışmak, işletmelerin ve bireylerin maddi kayıplarını önlemesine yardımcı olur.

Vergi Cezalarına İtiraz Süreci

Vergi cezalarına maruz kalan mükellefler, cezaların haksız veya hatalı olduğunu düşünüyorsa belirli süre içinde itiraz edebilirler. Vergi idaresi tarafından kesilen cezalar; usulsüzlük, vergi ziyaı, eksik beyan veya kaçakçılık suçlamaları gibi farklı nedenlere dayanabilir.

İtiraz sürecinde izlenmesi gereken adımlar: Vergi idaresine başvuru: Tebliğ edilen cezaya, belirlenen süre içinde itiraz dilekçesi ile başvurulur. Uzlaşma talebi: Vergi idaresi ile mükellef arasında anlaşma sağlanarak uyuşmazlık mahkemeye taşınmadan çözülebilir. Vergi mahkemesinde dava açma: İtiraz reddedilirse, vergi mahkemesine dava açılarak yasal süreç başlatılır.

Vergi cezalarına karşı etkili bir savunma yapabilmek için bir Ankara vergi avukatı ile çalışmak büyük avantaj sağlar. Hukuki prosedürlerin eksiksiz yürütülmesi ve itiraz sürecinin doğru yönetilmesi, mükelleflerin hak kaybı yaşamasını önler.

Vergi Davalarında Avukatın Rolü

Vergi davaları, mükellefler ile vergi idaresi arasındaki uyuşmazlıkların çözümünde önemli bir yer tutar. Vergi hukuku avukatı, mükelleflerin haklarını koruyarak sürecin hukuka uygun bir şekilde ilerlemesini sağlar.

Vergi davalarında avukatın sunduğu hizmetler şunlardır: Vergi mahkemelerinde mükellefi temsil etmek Dava sürecinde hukuki savunma hazırlamak Haksız veya usulsüz vergi cezalarına karşı dava açmak

Vergi davaları, teknik bilgi ve hukuki uzmanlık gerektirdiğinden, profesyonel bir Ankara vergi avukatı ile çalışmak süreci hızlandırır ve olumlu sonuç alınma ihtimalini artırır.

Sonuç: Vergi Avukatı ile Çalışmanın Avantajları

Vergi hukuku, bireyler ve işletmeler için karmaşık ve dikkat gerektiren bir alandır. Vergi incelemeleri, cezalar, yapılandırmalar ve mahkeme süreçleri gibi konularda bir vergi avukatı ile çalışmak, mükelleflerin haklarını koruma konusunda büyük avantaj sağlar.

Vergi mevzuatına uygun hareket etmek Vergi cezalarına karşı etkili savunma sağlamak Vergi incelemelerinde hukuki destek almak Vergi davalarında profesyonel temsil edilmek

Vergi hukuku konusunda sorun yaşayan bireyler ve işletmeler için en iyi vergi avukatı ile çalışmak, maddi kayıpları önleyerek sürecin hukuka uygun ilerlemesini sağlar. Eğer siz de vergi hukuku ile ilgili profesyonel destek arıyorsanız, alanında uzman bir avukattan danışmanlık almanız büyük önem taşır.

 
Devamını oku...

from kenanyildiz1

Aile ve Boşanma Davalarında Hukuki Süreç

Boşanma süreci, çiftler için hem duygusal hem de hukuki açıdan zorlu bir dönemdir. Bu süreçte, hakların korunması ve adil bir sonuca ulaşılması için uzman bir Ankara boşanma avukatı ile çalışmak büyük önem taşır. Özellikle kadın müvekkiller için Ankara kadın boşanma avukatı tercih etmek, empati ve anlayışla yaklaşan bir profesyonelden destek almak anlamına gelir.​

Boşanma Nedir?

Boşanma, evlilik birliğinin mahkeme kararıyla yasal olarak sona erdirilmesidir. Bu süreç, tarafların anlaşmasına bağlı olarak “anlaşmalı boşanma” veya anlaşmazlık durumunda “çekişmeli boşanma” şeklinde ilerleyebilir. Her iki durumda da hukuki prosedürlerin doğru bir şekilde yönetilmesi, tarafların hak kaybı yaşamaması için esastır.​

Anlaşmalı Boşanma

Anlaşmalı boşanma, her iki tarafın da boşanma ve bunun koşulları konusunda mutabık kaldığı durumlarda gerçekleşir. Bu tür davalar genellikle daha hızlı ve sorunsuz bir şekilde sonuçlanır. Ancak, anlaşmalı boşanma protokolünün doğru ve eksiksiz hazırlanması, ileride doğabilecek sorunların önlenmesi açısından kritik öneme sahiptir. Bu noktada, deneyimli bir Ankara boşanma avukatı ile çalışmak faydalı olacaktır.

Çekişmeli Boşanma

Çekişmeli boşanma davaları, tarafların boşanma veya boşanmanın koşulları konusunda anlaşmazlık yaşadığı durumlarda söz konusudur. Bu tür davalar, mal paylaşımı, nafaka, velayet gibi konularda uyuşmazlıklar içerdiğinden daha uzun ve karmaşık bir süreç gerektirir. Bu nedenle, sürecin doğru yönetilmesi ve hak kaybının önlenmesi için uzman bir Ankara boşanma avukatı ile çalışmak önemlidir.

Boşanma Sürecinde Dikkat Edilmesi Gereken Hususlar

Nafaka: Boşanma sonrası eşlerden birinin maddi desteğe ihtiyaç duyması durumunda nafaka talep edilebilir. Nafaka miktarı, tarafların ekonomik durumuna ve yaşam standartlarına göre belirlenir.​ Velayet: Çocukların kiminle yaşayacağı ve bakımının nasıl sağlanacağı konusu, boşanma davalarının en hassas noktalarından biridir. Mahkeme, çocuğun üstün yararını gözeterek velayet kararını verir.​ Mal Paylaşımı: Evlilik süresince edinilen malların nasıl paylaşılacağı konusu, taraflar arasında anlaşmazlığa neden olabilir. Bu nedenle, mal rejimi ve paylaşımı konularında uzman bir avukattan destek almak önemlidir.​

Ankara'da Boşanma Avukatı Seçimi

Ankara'da boşanma avukatı seçerken dikkat edilmesi gereken bazı önemli noktalar şunlardır:​ Deneyim ve Uzmanlık: Boşanma davaları karmaşık ve duygusal süreçlerdir. Deneyimli bir avukat, süreci daha etkili bir şekilde yönetebilir ve olası sorunları önceden tespit ederek çözümler üretebilir.​ İletişim Becerileri: Avukatınızın sizinle açık ve dürüst bir iletişim kurabilmesi, sürecin her aşamasında sizi bilgilendirmesi önemlidir. Bu, sürecin daha az stresli geçmesini sağlar.​ Referanslar ve Müşteri Yorumları: Daha önceki müvekkillerinin deneyimleri, avukatın çalışma tarzı ve başarısı hakkında bilgi verir. Olumlu referanslar, avukatın güvenilirliği konusunda fikir sahibi olmanıza yardımcı olur.

Ankara Kadın Boşanma Avukatı

Boşanma sürecinde, özellikle kadın müvekkiller için bir kadın avukatla çalışmak, duygusal destek ve empati açısından faydalı olabilir. Ankara'da kadın boşanma avukatı arayışında olanlar için Avukat Yasemin Berna Aslanbay, aile hukuku ve boşanma davalarında deneyimli bir profesyoneldir. 2015 yılında Gazi Üniversitesi Hukuk Fakültesi'nden mezun olan Aslanbay, Aslan & Duran Hukuk Bürosu'nun kurucu avukatlarından biridir ve Adalet Bakanlığı Arabuluculuk siciline kayıtlıdır.

Aslan & Duran Hukuk Bürosu

Ankara'da faaliyet gösteren Aslan & Duran Hukuk Bürosu, aile ve boşanma hukuku başta olmak üzere birçok hukuk alanında hizmet vermektedir. Kurucu ortaklarından biri olan Avukat Şerife Duran, 1999 yılında Ankara Üniversitesi Hukuk Fakültesi'nden mezun olmuş ve hakimlik deneyiminin ardından avukatlık yapmaya başlamıştır. Büro, müvekkillerine profesyonel ve güvenilir hukuki destek sunmayı amaçlamaktadır. ​

Sonuç

Boşanma süreci, hukuki prosedürlerin yanı sıra duygusal zorlukları da beraberinde getirir. Bu nedenle, süreci doğru yönetmek ve hak kaybı yaşamamak için uzman bir avukatla çalışmak esastır. Ankara en iyi boşanma avukatı olarak hizmet veren birçok deneyimli profesyonel bulunmaktadır. Doğru avukatı seçmek, sürecin daha az stresli ve daha başarılı geçmesini sağlar. Unutulmamalıdır ki, bu zorlu süreçte yanınızda güvenilir bir hukuk danışmanının olması önemlidir.

 
Devamını oku...

from Almost ☑

Ara bisa rasain ada bau obat bercampur dengan pewangi ruangan yang di setel setiap 5 menit sekali itu bercampur memenuhi rongga hidungnya, kepalanya masih pening dan tubuhnya lemas bukan main. Selain itu dia juga merasakan mual seperti ada sesuatu yang ia ingin muntahkan namun sulit.

Dengan kondisinya yang masih sangat lemah, ia membuka matanya perlahan-lahan. Yang ia lihat pertama kali adalah Julian yang sedang memejamkan mata sembari menggenggam tangannya, Ara sudah selesai di operasi dia juga sudah keluar dari ruang observasi dan sudah kembali ke ruang rawatnya.

Rasanya ia kedinginan tapi mau menarik selimut hingga menutupi dada nya pun sulit, ia masih sangat lemas. Sembari merasakan tubuhnya yang enggak karuan rasanya, Ara tersenyum. Julian benar-benar menepati janjinya untuk berada di sebelahnya saat ia selesai operasi. Dan Julian lah orang pertama yang Ara lihat saat anestesi nya itu berangsur-angsur menghilang.

“Bang?” panggil Ara lirih, suaranya terdengar seperti bisikan. Namun karena hening di ruang rawat itu, Julian jadi langsung membuka matanya.

“Sayang, udah bangun? Maaf yah aku ketiduran.” Julian mau menekan nurse bell samping ranjang Ara namun Istrinya itu menahannya. “Kenapa?”

“Haus..”

Julian tersenyum, “aku ambilin minum dulu yah, sebentar.”

Di ruang rawat itu ada dispenser, jadi Julian mengambil gelas dan menekan tombolnya untuk mengambilkan air buat Istrinya itu minum. Ara minum agak banyak, dari gelas panjang yang Julian berikan, setengahnya tandas. Benar-benar kering tenggorokannya.

“Ada yang sakit gak?” Julian mau mastiin kalau Istrinya itu baik-baik saja. Waktu di ruang operasi Ara sendirian, Julian enggak di perbolehkan masuk dan cuma menunggu di depan ruang operasinya saja.

“Pusing, mual sama lemas aja, Bang.”

“Efek anestesi nya udah hampir hilang ya? Aku panggilin perawat yah?”

Ara menggeleng, “gausah. Nanti aja.”

Walau badannya enggak karuan, Ara ngerasa dia masih bisa nahan kok. dia gak mau dikit-dikit pakai pain killer dia gak mau ketergantungan sama obat itu. lagi pula efek seperti ini saat operasi wajar, waktu operasi usus buntu juga gini kok. tapi tiba-tiba Ara tuh jadi kepikiran, itu artinya ada 2 luka sayatan di perutnya. tubuhnya jadi enggak semulus dulu lagi, kira-kira Julian bakalan ilfeel liat dia gak ya?

“Bang?”

“ya, sayang?”

“berarti sekarang di perut aku tuh bakalan ada 2 luka sayatan ya? bekas aku operasi usus buntu dan miom. kamu gapapa?”

Julian sempat mengerutkan keningnya bingung, kok bisa-bisa nya dia nanya kalau Julian gapapa. padahal harusnya Julian yang bertanya seperti itu, mendapatkan 2 luka sekaligus rasanya pasti sakit. dan apakah nantinya Ara bakalan percaya diri sama luka-luka itu? kalau Julian sendiri sih enggak masalah, kalau kata Gita, Julian itu udah bulol banget. Ara mau gak mandi-mandi pun kayanya sayangnya Julian gak bakalan luntur. ya paling dia ajak mandi bareng doang sih, Pikir Julian.

“kok kamu nanya nya gitu? emang aku kenapa?” tanya Julian bingung.

“ya, gapapa. aku takut kamu ilfeel aja badan aku banyak luka gini.”

“kamu nih, habis operasi mikirnya berat banget.” Julian geleng-geleng kepala, beneran heran sama isi kepala Istrinya itu.

“emang kenapa kalau ada bekas luka? luka sekarang ini tuh nunjukin perjuangan kamu tau gak? ada atau enggaknya luka ini tuh sayang aku ke kamu gak pernah berubah.”

dengerin Julian ngomong gitu rasanya bikin Ara jadi gak karuan banget, rasa nyeri di tubuhnya jadi hilang gara-gara dia salting.

“gombal yah kamu?”

“enak aja, omongan aku emang kedengeran kaya gombal tapi aku tuh serius. kamu kalo tau isi kepala aku, kalo udah mikirin kamu tuh beneran pasti mikirnya aku kecintaan banget, tapi beneran itu adanya.” Julian tuh beneran sayang banget sama Ara, walau Ara suka mikir Julian kaya laki-laki di luar sana yang banyak nuntut Istrinya supaya bisa sempurna. pada kenyataanya, Julian cuma mau Ara bahagia dan sehat. 2 hal itu saja sudah cukup selain terus menemani Julian selamanya.

“kamu ih.” Ara senyum-senyum sendiri.

“kamu tau gak? tiap liat kamu sakit tuh, rasanya aku sedih banget pengen banget ngambil rasa sakit kamu terus pindah ke aku aja, kaya lebih baik aku yang sakit dari pada Istri aku.”

“kamu juga jangan sakit ih!” rajuk Ara. ini kalau anak kosan dengar percakapan mereka pasti pada muntaber berjamaah deh.

gak lama kemudian pintu ruang rawat Ara terbuka, ada Gita sama Arial yang baru saja datang setelah menitipkan si kembar dulu di rumahnya Elara sama Janu. ya mereka gantian jengukin Ara karena bawa anak-anak ke ruang rawat tuh kan enggak boleh.

“duhilehhh baru juga sadar bini lu Juleha udah di gombalin aja, ini pasangan emang gak berubah ya dari dulu,” celetuk Gita, pas mau masuk tadi dia gak sengaja dengar percakapan pasutri itu samar-samar.

“mulut lu manis banget, Jul. dasar pasangan alay,” Arial terkekeh. walau ngatain tapi dalam hati tuh dia seneng banget Julian bisa jagain Ara dan sayang sama adeknya itu. Arial ngerasa Julian emang tepat banget buat Ara.

“kamu emang gak kaya gitu? sama aja, cuma caranya yang beda.”

Julian yang dengar itu cuma bisa cengar-cengir aja Gita kaya lagi belain dia secara gak langsung, tapi emang bener deh dari dulu Gita selalu belain Julian terus tiap kali Arial mulai jutek atau ngeledekin Julian.

“sayang jangan ngumbar nanti aku di cengin iJul gimana?” Arial agak panik walau dia tau Julian juga gak bakalan berani ngeledekin dia.

“lagian, kenapa sih manis-manis sama Istrinya aja kudu malu? kalian tuh gak akan di cap kaya banci cuma karena manis banget ngurus Istrinya tau, malah orang yang dengar dan liat tuh pasti ikut senang juga, iya kan, Ra?” oceh Gita panjang lebar.

Ara yang masih lemas cuma ngangguk aja, “benar.”

karena ada Gita dan Arial, Julian berdiri membiarkan kursi yang ia duduki di pakai Gita untuk duduk. “Duduk, Git.”

“gimana, Ra? udah mendingan?” tanya Gita khawatir.

“lumayan, Git. masih lemas aja sih gak tahannya.”

Gita ngusap-ngusap pergelangan tangan Ara yang kurus itu, Ara tuh emang kurus dari dulu. Dulu emang Ara suka diet walau suka di omelin Julian tapi gak tau kalau sekarang, harusnya kalau enggak diet-diet sih enggak sekurus ini. Yuda dan Reno aja berisi banget, genetiknya Ara tuh gak sekecil ini harusnya. Beda sama Gita.

“Gue bawain sup ayam kampung, jeruk sama ada yogurt juga nanti di makan ya.”

Ara mengangguk, “thanks ya, Git, Mas Iyal juga. Maaf aku ngerepotin terus.” Ara tuh agak gak enak banget rasanya harus ngerepotin Gita sama Arial terus.

“Apa sih, Dek. Sembuh dulu aja ngerepotin apaan orang gini doang.” Arial ngusap-ngusap pucuk kepala Adiknya itu.

“Si kembar di titipin siapa, Mas?” tanya Julian.

“Sama Elara, nanti malem mereka kesini kok. Kalau Niken sama Chaka kesini nanti habis selesai praktiknya Niken,” jelas Arial.


by the way, Li. Lo mau bareng sama anak-anak yang lain gak buat jenguk Istrinya Pak Julian?” tanya teman satu divisi nya Liliana itu

Liliana yang gak tau tentang kondisi Istri seniornya itu mengerutkan keningnya bingung, ia tahu Julian enggak masuk ke kantor cuma dia juga enggak nanya-nanya senior nya itu kemana. Bingung juga mau tanya siapa, dan lagi dia belum ada urusan kerjaan lagi dengan Julian yang membuatnya harus bertemu Julian.

“Emangnya Istrinya kenapa, Mon?”

“Istrinya Pak Julian abis operasi, kalau enggak salah operasi pengangkatan miom deh.”

Liliana mengangguk, dia baru tau hal ini. “Di rumah sakit mana?”

“Di rumah sakit Antam Medika, gue sama yang lain abis balik ngantor mau jenguk nih. Lo mau bareng gak?”

Liliana menggeleng, dia bukan enggak mau jenguk Istri senior nya itu di hanya sudah berjanji pada Bella akan pulang tepat waktu untuk makan malam dan menonton film bersama anaknya itu.

“Kalian duluan aja, Mon. Gue besok aja kayanya, udah janji sama anak gue mau balik cepat.”

Monik akhirnya mengangguk, “yaudah.”

 
Read more...

from LizaHadiz

The theme of International Women’s Day (IWD) for March 8th, 2025 is “Accelerate Action for Gender Equality”. How can this be achieved? The IWD website highlights several key areas for action to accelerate gender equality. One important area is economic empowerment for women, and another is legal and policy reform. These areas are interconnected through labor rights, reproductive rights, and unpaid care work, among other issues. Looking back: over a century ago, these issues prompted the need for an international day dedicated to women.

Key milestones in the history of the establishment of International Women’s Day (IWD) include the alleged all-women garment workers' strike in New York City on March 8th, 1857, which addressed demands for shorter working hours, better working conditions, and equal pay. Another significant event occurred on March 8th, 1908, when women workers in the needle trades marched through New York City. In 1909, the Socialist Party of America organized the first National Women’s Day, celebrated on February 28th. The idea of an International Women’s Day was proposed by Clara Zetkin in 1910 at the Second International Socialist Women's Congress. Subsequently, the first IWD was observed on March 19th, 1911, in Austria, Denmark, Germany, and Switzerland. In 1921, Zetkin proposed March 8th as the official date of IWD to commemorate the Petrograd women workers' strike on that day in 1917, an event marking the beginning of the Russian Revolution. Although the historical validity of the 1857 and 1908 New York events in connection to IWD remains questionable, they continue to be cited in some narratives.

Zetkin, a renowned German socialist of the 20th century—often referred to as the mother of International Women’s Day—was not only a staunch advocate for women’s labor rights, but also recognized that women’s oppression was deeply connected to motherhood and unpaid domestic labor. Zetkin argued that the sexual division of labor, women’s reproductive roles, and domestic responsibilities were key sources of inequality in the home, which, in turn, limited women’s full labor participation and hindered their full emancipation.

Zetkin advocated for child-rearing practices that are free from gender roles, emphasizing the importance of teaching domestic responsibilities to both boys and girls. She believed that raising and educating children should be the shared responsibility of both parents, not solely the mother's role. To enable both parents to participate fully in public life, Zetkin called for state intervention in domestic life, such as the provision of state-supported daycare.

Throughout history, IWD celebrations have spotlighted critical issues, including labor protections (such as equal pay for equal work, labor protection laws, and minimum wage standards), women’s political rights (the right to vote), equal access to education, reproductive rights, and protections for mothers and children (e.g., maternity leave and healthcare). According to IWD 2025, accelerating gender equality includes promoting women’s economic empowerment through paid maternity and paternity leave, improved access to financial services for women, and the recognition, redistribution, and reduction of women’s unpaid care work. This includes advocating for flexible work policies and childcare support. So here we are today with many of the same issues.

In terms of policy reforms, there have been successes; however, the outcomes remain insufficient.

For example, Sweden is a pioneer in parental leave, introducing state-mandatory paternity leave as early as 1974. Decades of government initiatives in Sweden have narrowed gender inequality in the workplace, increased gender equality in childcare at home, and established Sweden as one of the world’s most egalitarian countries. Nevertheless, statistics reveal that women still perform a larger proportion of unpaid care work. In Sweden, women spend about 3.7 hours on unpaid care work (including housework), while men spend around 2.9 hours (OECD Stats, 2023).

Furthermore, while these policy reforms have advanced gender equality, they have not adequately addressed protection against gender-based violence.

Iceland, for example, has closed more than 90% of its gender gap through significant reforms in health, education, political empowerment, economic participation, and other sectors, earning its reputation as one of the safest countries in the world. Ironically, women are not safe inside the home. Data from 2023 reveals a concerning rise in domestic violence in Iceland over recent years (Statista, 2024). In fact, the country’s rate of gender-based violence surpasses the European Union (EU) average.

The IWD website highlights combating gender-based violence as a step toward accelerating gender equality. However, the reality remains that even important advancements in gender equality have often fallen short of ensuring a safe environment for women.

While celebrating achievements and milestones is undoubtedly important, we also need dedicate more time to reflecting on what still isn’t working. It’s discouraging that, over a century since the inception of International Women’s Day, we are still struggling with many of the same issues. Women have come a long way, but at times, we have been running in place. Unfortunately, this condition has been exacerbated in recent years by political changes that have created more challenges for gender equality.

-Some Thoughts from the Cappuccino Girl- (2025)

Updated on March 10th, 2025 to include explanation of key milestones

Image: Statute of Clara Zetkin in Leipzig (via Pinterest)
Sources:
Amnesty International (2009) Women make history. https://www.amnesty.org/en/latest/news/2009/02/mujeres-hacen-historia-20090227/ [7 March 2025].
BBC News (2024) Is Iceland the best place in the world to be a woman? https://youtu.be/h_y4xMOKWUM?si=Ehja0Pb25tikVKRs [21 December 2024].
Encyclopedia Britannica (n.d.) Why Is Women’s History Month Celebrated in March? https://www.britannica.com/story/why-is-womens-history-month-celebrated-in-march [8 March 2025].
International Women's Day (2025) What are some key ways to ACCELERATE ACTION for gender equality? https://www.internationalwomensday.com/Missions/20724/key-ways-to-ACCELERATE-ACTION [7 March 2025].
Johannes Kepler Universität Linz (n.d.) The History Behind March 8. JKU. https://www.jku.at/en/department-for-equality-equitable-opportunities-and-diversity/gender-diversity-management-unit/the-advancement-of-women-at-the-jku/march-8-international-womens-day/a-history-of-the-advancement-of-women/ [8 March 2025].
OECD Stats (2023) Time spent in paid and unpaid work, by sex. stats.oecd.org [18 December 2023].
Statista (2024) Number of domestic conflicts and violence in Iceland from 2015 to 2023. https://www.statista.com/statistics/1463279/number-of-domestic-violence-cases-in-iceland/ [22 December 2024].
The Hindu (2025) ‘International Women’s Day: when women marched for Bread and Roses.’ https://www.thehindu.com/news/international/international-womens-day-2025-history-of-womens-day-when-women-marched-for-bread-and-roses/article69302167.ece [8 March 2025].
 
Read more...

from small medic mini-blog

regional teaching today. being for novices, it meant that “airway day” was all about the basics of induction of anaesthesia and extubtation.

they got a consultant to talk about front of neck access, a very rare event overall in most anaesthetists' careers, which my colleagues found super interesting, and I found devoid of self-reflection

in contrast the talks about ventilation and preoxygenation which people usually zone out at – I found really interesting. proper applied physiology, that. and extubation – the boring bits that people tend to overlook because it's not as flashy as intubation, but is equally a high-risk event.

#anaesthetics

 
Read more...

from aerkiaga's blog

This week I've given a good cleanup to my digital life. First, I purchased a backup drive; I transferred much unnecessary data from my devices and freed up space, then did backup copies of all of them and scheduled further, periodic backups.

I also downloaded and deleted all my data from the cloud, including photos and emails, and stored two copies of said data in different drives. I deleted any social media accounts I was no longer using and removed all comments from the ones I was using.

Finally, I installed a password manager; locked it with a very strong master password and changed many of my online passwords to randomly generated ones stored locally. Then I backed up the database to two other drives and two different devices.


Of course, I've kept interviewing local doctors to get an idea of what each hospital is like from their perspective.

Regarding Nacre, I've done small incremental changes to data type-related code generation. Now all kinds of structs can be constructed and their fields accessed. Only recursive types are left.

I have created a Github roadmap for the first release. It will probably take a lot to finalize, but most of the work is already done.

Here are the mutation testing-measured scores for the different components:

  • nacre_ast: 59 %
  • nacre_cache: 100 %
  • nacre_compiler: 76 %
  • nacre_kernel: 85 %*
  • nacre_parser: 48 %

*nacre_kernel additionally has a fuzz testing suite.

 
Read more...