Catatan: Aku saranin sambil muter ini lagu di bawah:
Ada keluarga Park serta Minji yang menemani Jimin dan Corbyn menunggu keberangkatan pesawat di bandara, namun Jungkook tak kunjung datang meskipun sudah dikirimi pesan. Jimin gelisah, pun Corbyn merengek karena ingin bertemu ayahnya sebelum pulang ke California. Jimin tak habis pikir bila nanti Jungkook benar-benar tidak datang.
Catatan: Aku saranin bacanya sambil puter ini biar agak ngefeel.
Jungkook berdiri mematung ketika tiba di depan kafe milik Jimin—yang sekarang dikelola oleh kerabat Jimin. Sudah lama sekali ia tak ke sini, tempat dirinya dan Jimin dulu merajut kasih. Benak Jungkook tiba-tiba dipenuhi bayangan ketika selesai melakukan pekerjaan di rumah sakit, ia akan datang ke kafe ini, kemudian tertawa bersama Jimin, lalu ketika sudah larut pulang ke apartemen mereka. Jungkook tersenyum getir, andai waktu bisa diulang, ia akan lebih memilih menjadi anak durhaka daripada harus merelakan kebahagiannya bersama Jimin sirna.
Alasan Jungkook tak bisa bertemu dengan Jimin siang ini karena ia akan menemui Minji. Ia berusaha membuat Minji untuk merelakan Corbyn diasuh Jimin, mengingat bahwa keadaan mereka berdua yang tak siap merawat si buah hati. Saat tiba di kamar rawat Minji, mata Jungkook menatap sendu wanita yang tengah duduk melamun ke arah jendela.
Jimin berjalan melewati lorong rumah sakit jiwa dengan tangannya yang menggandeng Corbyn. Di belakang ada pengasuh yang mengikuti. Ia mendengus pelan melihat putranya yang berjalan sembari melompat-lompat kecil. Ia berpikir, nampaknya Corbyn sudah sangat dekat dengan ibunya.
Satu setengah bulan berlalu, keadaan Minji semakin membaik karena ia sering menghabiskan waktu bersama Corbyn. Wanita itu berhasil meraih kesadarannya kembali lantaran merasakan hidupnya yakni Corbyn bersamanya lagi. Meskipun begitu, keadaan Minji belum sembuh total, sehingga ia masih dirawat di rumah sakit jiwa.
Corbyn menunggu papanya dengan sabar di tempat tunggu kedatangan penumpang pesawat. Mata anak itu berbinar ketika akhirnya melihat sosok yang dirindukannya. Ia berlari kecil menghampiri papanya, “papa!” pekiknya riang.
Jungkook sedang berada di rumah sakit dan bersiap untuk shift malam. Saat akan keluar dari ruang kerja, ponsel pria itu berbunyi, layarnya menunjukkan ‘Papa Corbyn is calling...’ maka ia segera mengangkatnya.
Jimin memilih pulang dari kantor lebih awal karena khawatir Corbyn rewel, mengingat kedua orang tuanya sedang tak ada di rumah. “Bocil mana, sus?” Ia bertanya pada pengasuh Corbyn ketika sudah berada di dalam rumah.
Jimin hanya melihat layar ponselnya yang menyala karena pemberitahuan pesan dan panggilan dari Jungkook. Ia tak berniat untuk membalas pesan maupun mengangkat panggilan itu, lantaran tidak mau berinteraksi lebih dengan pria Jeon tersebut. Ya, ia bertekad untuk tetap menjaga jarak dengan ayah kandung Corbyn dan akan berinteraksi seperlunya saja.
Jungkook memutuskan untuk berhenti menerima perawatan di rumah sakit, meskipun sebenarnya tubuhnya masih membutuhkan itu. Pria Jeon itu memilih pergi dari rumah sakit untuk menuju ke suatu tempat dengan wajah pucatnya. Dalam perjalanan, ia masih menangis dalam diam sembari memikirkan betapa terlukanya Jimin selama ini karena perbuatannya.