supr1ng3r

Ketemuan

Setelah Reiner sampai di rumah Historia, dia melihat gadis itu. Gadis itu sangat cantik sekali hari ini, mengenakan dress panjang berwarna hijau dan rambut pirangnya yang dia gerai.

“Buset cakep amat bu,” puji Reiner sambil membuka kan pintu mobil untuknya.

“Yaa makasih pak,” balas Historia.

Gadis itu bukannya malah duduk di bangku depan yang sudah di buka kan pintu oleh Reiner, tetapi malah duduk di bangku belakang.

“Woy lo ngapain disitu buset”

“Lah mang kenapa sih, kan yang penting gue duduk”

“Ya jangan di belakang lah, lo kira gue supir lo kah”

Historia akhirnya berpindah ke kursi depan, di sebelah Reiner. Lalu Reiner pun menghidupkan mobilnya, dan melaju menuju rumahnya.

“Eh ntar kalo kita ditanyain ketemu nya dimana, bilang aja di Paris ya,” ucap pria blonde tersebut.

“Paris darimana, kita aja ketemu pertama kali di warung mba Pieck? Gue ingat banget waktu tuh gue disuruh beli gula, disitu ada lo lagi makan gorengan mana gorengannya ngutang lagi”

“Sttt elahh lo diem dah, gausah membahas masa lalu. Lagian itu gorengannya udah gue bayar juga”

“Oke, tapi kenapa harus Paris sih? Jauh banget kenapa ga yang lokalan aja”

“Yaudah first meet di Jogja aja”

“Mang lo ngapain di Jogja”

“Yaelah His katanya tadi suruh lokalan aja”

“Ya kan gue cuma nanya? Kalau ditanya ntar kita di Jogja ngapain lo emang mau jawab apa? Kalau gue sih masih bisa bilang mba Frieda tinggal di Jogja, karena emang dia tinggal disana”

“Ya gue alasan aja sih liburan”

“Ohh iya bisa juga”

“Btw mba Frie apa kabar?”

“Ya ga kenapa napa sih, dia baik baik aja”

“Ohh dia di Jogja sama siapa deh?”

“Sama suami nya lah?? Bang Zeke? Lo nih lupa apa gimana sih pengen gue pukul”

“Ya gue lupa elah maap, tapi ini kenapa kita jadi bahas Mba Frieda deh”

“Ya lo duluan bahas bahas Jogja, kan gue keinget mba Frieda”

“Yaudah, terus ini kita kalau ditanya pacaran udah berapa lama gimana?”

“Ya sesuai sama kita temenan aja ga sih?”

“8 tahun?? Lama banget buset”

“Yaudah 4 tahun aja kalo gitu”

Setelah mengobrol lama tentang pertemuan nanti, tak terasa mereka berdua sudah tiba di rumah Reiner. Mereka pun turun dari mobil, dan berjalan masuk ke rumah Reiner.

“Ini kita harus gandengan banget nih?” Tanya Historia sambil berbisik saat melihat Reiner menggandeng tangannya.

“Yaiyalah ntar kalo ga begitu nanti dicurigain lagi,” balas Reiner sambil berbisik.

Di dalam sana sudah ada keluarga jauh Reiner dan juga mama nya Reiner yang sedang menunggu mereka. Mama nya menatap Reiner dan Historia dengan tatapan bingung, perasaan tadi Reiner izinnya pergi jemput pacarnya kok yang datang malah Historia?. Begitu kira-kira ekspresi mama Reiner, menyadari ekspresi mama Reiner yang bingung Historia menoleh dan mengedipkan matanya sebelah. Seakan-akan dia berkata “ini cuma bohongan”, mama Reiner langsung paham dengan kode dari Historia tersebut dia segera mengangguk-angguk an kepalanya sambil tersenyum.

“Ehm, halo om tante ini dia pacarnya Rei,” ucap Reiner memperkenalkan Historia kepada keluarganya.

“Halo om tante, salam kenal saya Historia,” ucapnya sambil melemparkan senyum manis miliknya.

Tiba-tiba seorang perempuan maju ke depan dan memeluk Historia, dia mengusap-usap rambut Historia. Historia yang sedikit terkejut itupun langsung membalas pelukan sang wanita tersebut.

“Ya ampun ternyata ini pacarnya Reiner cantik banget ya,” pujinya.

“Hehe iya tante, makasih banyak. tante juga cantik kok,” puji Historia balik.

Setelah itu mereka semua berkumpul di meja makan, Historia duduk di sebelah Reiner. Mereka berbincang-bincang sambil menikmati hidangan yang telah di sediakan.

“Jadi kalian ini sudah berapa lama Pacaran?” Tanya Pria di depannya.

“Sudah 4 tahun om,” jawab Reiner.

“Ohh lama juga ya, boleh tau pertama kali ketemuannya di mana?” Tanya wanita di sebelah pria tadi.

“Di Jogja tante, kebetulan kakak aku tinggal disana. Pas itu aku lagi di Jogja, lagi jalan jalan. Eh ketemu Reiner yang lagi liburan di sana juga,” jawab Historia sambil tersenyum lembut.

“Wahh, oh iya kalian kan sudah lama pacaran nih. ga ada niatan lanjut?”

“Maksudnya Tante?” Tanya Reiner.

“Kalian kapan tunangannya?”

Historia langsung terbatuk mendengar hal tersebut, Reiner yang panik langsung memberikan air kepadanya.

“Kamu gapapa sayang?” Tanya Reiner kepada Historia.

“Gapapa kok hehe cuma kesedak aja tadi,” jawab Historia.

“Jadi.. soal yang tadi kalian kapan mau tunangan?” Tanya tante Reiner lagi.

“Ehm.. ya ga tau kapan sih tante, di tunggu aja,” balas Reiner.

“Secepatnya aja Rei, pacarmu cantik loh ga takut di embat orang? Mending kamu cepat cepat lamar dia”

Reiner dan Historia keduanya saling bertatapan saat mendengar ucapan wanita di depan mereka.

“Ya mungkin secepatnya tan, di tunggu aja”

Setelah selesai acara makan malam bersama tersebut, Reiner memutuskan untuk mengantar Historia pulang. Hanya sedikit percakapan keduanya selama perjalanan, mereka berdua masih agak canggung setelah momen “kapan tunangan” tadi. Sesudah mengantar Historia pulang, Reiner pun memutuskan untuk langsung kembali ke rumahnya.

Petasan

Sepulang dari tarawih Gabi berpamitan kepada sang kakak untuk pergi bermain sebentar bersama Falco, gabi sekarang berada di warung mbak Pieck sambil menunggu Falco.

Tidak lama kemudian Falco datang membawa korek kayu di tangannya, setelah membeli beberapa macam petasan Falco dan Gabi memutuskan untuk pergi ke rumah Gabi.

“Co kita hidupin yang kecil kecil dulu aja” ucap Gabi sambil mengeluarkan petasan bawang dari saku nya.

Falco dan Gabi mulai melempar-lemparkan petasan tersebut ke tanah hingga berbunyi. Setelah selesai memainkan petasannya, sekarang hanya tersisa 1 petasan. Yaitu petasan kupu-kupu. Sebenarnya mereka takut untuk menyalakan petasan tersebut, karena petasan itu bisa terbang kemana mana. Apalagi rumah Gabi dan Falco berada di dalam gang, bisa bisa orang orang satu gang keluar semua.

“Kamu yakin mau nyalain yang ini Co?” Tanya gabi menatap Falco ragu.

“Aku ngikut aja Gab” jawab Falco yang juga sama ragunya dengan Gabi.

“Yasudah terserah”

“Okee...”

Sebelum menyalakan petasan tersebut Falco mencari batok kelapa terlebih dahulu.

“Kamu nyari apa?”

“Batok kelapa,” ucapnya sambil mencari batok kelapa di sekeliling rumah Gabi.

“Untuk apa?”

“Ya biar nda terbang,” balasnya lagi.

Setelah mendapat batok kelapa tersebut, Falco menyalakan petasan itu dan cepat cepat menutupnya dengan batok kelapa. Gabi segera berlari menjauh dari sana sambil menutup telinga nya, begitu juga Falco.

Petasan itu menyala, dan dia tetap terbang. Walaupun Falco sudah menutupnya dengan batok kelapa, tapi batok kelapa itu malah terbalik. Dan petasan itu terbang ke arah Gabi, Gabi menunduk sambil berteriak kencang.

“AAAAAAAAAA ABANGGG”

tidak lama kemudian petasan itu mati, Reiner segera keluar dari rumah nya tergesa-gesa.

“APA ITU HAH” Tanya Reiner sambil menatap Falco dan Gabi di depannya.

Gabi dan Falco terdiam melihat Reiner keluar sambil marah marah.

“Itu... Petasan” jawab Gabi sambil menundukkan kepalanya.

“Kamu main petasan? Darimana dapat koreknya?” Tanya Reiner sambil membelalakkan matanya.

“Dari Falco bang..” ucap Falco yang juga sedang menundukkan kepalanya.

Keduanya hanya bisa pasrah di depan Reiner, mereka hanya bisa terima nasib saja kalau sehabis ini koreknya disita.

“Sini koreknya” ucap Reiner sambil mengulurkan tangannya meminta korek tersebut.

Gabi dan Falco hanya diam tidak menjawab Reiner.

“Sini koreknya” ulangnya lagi.

“Kasih aja” ucap Gabi sambil menoleh ke arah Falco.

Akhirnya Falco pun memberikan sekotak korek kayu tersebut kepada Reiner.

“Bisa bisanya kalian dapat korek ini, awas aja nanti abang liat kalian main korek lagi ya! Apalagi main petasan, sana masuk” Perintah Reiner sambil menggenggam sekotak korek tersebut di tangannya.

Akhirnya Gabi pun masuk ke dalam rumahnya dengan perasaan takut karena habis di marahi dan juga kesal karena koreknya di ambil oleh sang kakak, Falco pun akhirnya memutuskan untuk kembali kerumahnya.

Zoom

Historia masuk ke dalam ruang zoom nya, dia menatap layar laptop nya bingung. Kamera Reiner menyala tetapi layarnya hitam mic nya juga menyala tapi tidak ada suara.

“Halo? Rei? Kok layar hitam?” Tanya Historia.

Tiba tiba kamera Reiner mati, hanya mic nya saja yang menyala.

“Loh? Kok kameranya mati”

Tidak lama kemudian Historia mendengar suara seperti barang barang jatuh, suara gedebak-gedebuk nyaring.

“Rei?” Panggil nya sekali lagi.

Mic Reiner masih menyala, hanya saja kameranya mati. Daritadi Historia memanggil pun tidak ada respon. Tidak biasanya seperti ini, biasanya Reiner sudah stay di depan kameranya dengan buku miliknya.

Tiba-tiba Historia mendengar suara bentakan yang agak jauh dari seberang sana, tapi masih bisa terdengar olehnya.

“Goblok lo!”

“Lo yang goblok, dimana lo taruh nya”

“Ya tadi gue taruh di meja sini!”

“Yaudah cari disitu lah jangan ngata-ngatain dong”

“Aelah anjrit anjrit”

Historia yang panik mendengar suara pertengkaran itu segera menoleh ke sebelah nya, menghadap gadis yang sedang berbaring santai di kasur Historia. Gadis itu adalah Ymir, yang saat ini sedang berada di rumah nya.

“Ini gimana?” tanya nya sambil berbisik kepada Ymir.

“Apanya gimana?” tanya Ymir balik sambil berbisik.

“Itu Reiner kameranya mati tapi mic nya nyala, suara orang berantem”

Ymir terdiam beberapa saat dia yang tadi sedang baring di atas kasur Historia lalu bangkit dan duduk.

“Ya.. coba lu panggil dia dah”

“Udah tapi daritadi ga ada respon”

Lalu tidak lama kemudian kamera Reiner menyala, disana terlihat seorang pria dengan penampilan yang berantakan.

“Hey, halo his” sapa nya sambil tersenyum kikuk.

“Halo Rei” balasnya.

Mereka berdua diam beberapa saat, hingga akhirnya Historia membuka suaranya.

“Rei, kamu gapapa?”

“Hah? Gapapa gimana?”

“Itu tadi kamera mu gelap tiba tiba jadi mati aku panggil panggil ga nyahut terus maaf aku tadi ga sengaja denger suara orang berantem”

Reiner terdiam sejenak lalu dia tertawa, “Ah itu ya... Itu gapapa his hahahaha” balas Reiner sambil tertawa.

Historia bingung dengan orang yang berada di depannya ini, katanya gapapa tapi kok tadi suara berantem? Mana sekarang orangnya ketawa ketawa lagi.

“Hm... His?” Panggil Reiner.

“Iya?” Historia mengangkat kepalanya menghadap ke Reiner.

“Maaf gue tiba tiba ngirim link zoom, disini itu gue bukan mau minta ajarin lu, tapi gue mau ngomong sesuatu”

“Ohh ya? Apa itu?” Tanya Historia sambil memindahkan buku miliknya kesamping yang tadi berada di depannya.

“Lihat gue dulu sini dong, masa ngurusin buku”

“Eh iya maaf maaf, ini aku liat”

“Jadi gini His, kita udah temenan berapa lama ya? Dari kelas 10 kita udah sekelas sampe sekarang kita kelas 12 akhir nih. Maaf nih tapi gue suka sama lo semenjak kelas 10, lo... mau ga jadi pacar gue? Ya kalo gamau juga gapapa sih”

Historia terdiam sejenak mendengar ucapan Reiner, dia tidak menyangka jika Reiner menyukai nya selama ini. Selama 3 tahun ini. Historia menoleh ke sebelahnya menatap ke arah Ymir. Dia menoleh dengan tatapan seolah-olah berkata gimana ini?

“Ya udah terserah lu aja mau di terima apa ngga” balas Ymir sambil berbisik.

“His? Gimana?” Panggil Reiner.

“Em? Eh itu.. makasih ya Reiner sudah suka sama aku. Maaf juga kamu jadi nunggu sampai 3 tahun, Rei... aku terima” Ucap Historia sambil tersenyum malu malu.

“Terima apa?” Tanya Reiner.

“Ihh.. ya ituu”

“Hahahaha okee terimakasih ya Mba pacar” ucap Reiner sambil menekan kata Pacar.

Historia rasa wajahnya sudah seperti kepiting rebus sekarang, wajahnya memerah malu.

Tidak lama kemudian muncul pemuda jangkung dari belakang Reiner, itu adalah Bertholdt sahabat Reiner.

“Ciee selamat yaa kalian berdua” ucapnya.

Ymir juga tiba tiba muncul dari sebelah Historia sambil bertepuk tangan.

“Jiakh selamat Rei His. Selamat ya Rei rencana nya berhasil”

“Jadi.. ini rencana kalian bertiga?”

Sedangkan yang ditanya hanya cengar-cengir saja.

“Terus yang berantem tadi? Itu rencana kalian juga”

“Iya his, maaf ya yang tadi itu boongan aja gue eh aku berantem sama Bertholdt”

“Cieee aku kamu an” Ucap Bertholdt dan Ymir bersamaan.

Sedangkan keduanya yang di cie-cie in salting sendiri.

Cari pacar lagi

Bertholdt pemuda bertubuh jangkung itu baru saja tiba di sebuah desa, di mana dia lahir dan tumbuh disana. Setelah beberapa tahun tidak kembali ke desa karena dia harus berkuliah di kota, dia akhirnya memutuskan untuk pulang kembali ke desa. Dan bertemu sang kekasih, Annie.

Bertholdt kini sedang mencari ojek untuk menuju ke rumah Annie, saat dia baru saja mau menaiki ojeknya tiba tiba seorang pemuda bertubuh lebih pendek darinya dan berambut blonde menerobosnya dan duduk di atas motor si tukang ojek.

“Mas ini kan ojek saya?” Tanya Bertholdt bingung.

“Yaelah bang gue buru buru nih mau ketemu pacar gue etdah,” ucap pemuda blonde itu.

“Ya tapi ga bisa begitu dong? Ini kan saya duluan yang bayar,” balas Bertholdt tak terima.

“Emang lo bayar berapa deh? Bang nih gue bayar 50 rebu,” ucap si pemuda itu sambil menyodorkan uang 50 ribu ke si tukang ojek.

“Mas tapi abang ini duluan yang bayar saya,” ucap si tukang ojek.

“Ya udah deh kita gonceng tiga aja bang,” usul si pemuda blonde tersebut.

Akhirnya mau tidak mau Bertholdt bergonceng tiga dengan si pemuda blonde dan tukang ojek tersebut. Ternyata mereka sampai di tempat yang sama. Rumah Annie.

“Akhirnya setelah beberapa tahun ga pulang, waktunya ketemu neng Annie dulu,” gumam Bertholdt sambil merapihkan pakaiannya.

Bertholdt baru saja akan berjalan menuju ke rumah Annie, tiba tiba dia sudah melihat sang pujaan hati berdiri di depan rumahnya sambil tersenyum dan melambaikan tangannya.

Bertholdt pikir sang kekasih sedang menyapa dirinya, Annie berlari keluar rumahnya sambil merentangkan tangannya. Bertholdt dengan penuh percaya dirinya pun merentangkan tangannya juga, bersiap memeluk sang gadis.

Tetapi tiba-tiba Annie malah memeluk pemuda berambut pirang yang tadi satu ojek dengannya, ternyata pemuda ini daritadi sudah berdiri di dekat Bertholdt tapi dia tidak menyadarinya.

“Neng Annie...?!” Ucap Bertholdt terkejut melihat Annie yang sedang memeluk pria berambut pirang di depannya.

Annie yang merasa namanya di panggil pun menoleh, dan betapa terkejutnya dia melihat Bertholdt yang sudah berdiri di dekatnya sambil membawa tas dan kotak cincin di tangannya. Kotak cincin yang berada di genggaman nya itu langsung terlepas saat melihat Annie memeluk pria lain di depan matanya.

“A Bertholdt...???”

“Neng kamu selingkuh dari saya??”

“Ngga A... bukan begitu–”

“Tega kamu Neng, Aa diluar kota lagi kuliah biar bisa dapat kerjaan biar bisa nikahin kamu eh saya pulang ternyata kamu selingkuh neng?? Tega kamu neng”

“A.. neng pikir Aa ga bakal pulang lagi soalnya udah berapa tahun Aa ga balik aku pikir kamu udah lupa sama aku... Maaf A”

Bertholdt yang mendengar jawaban Annie langsung terdiam.

“Maaf neng Aa ga sempat pulang beberapa tahun karena memang lagi sibuk banget disana uangnya juga saya tabung neng buat kamu.. Maaf ini salah saya jadinya kamu selingkuh, yasudah gapapa neng kalau kamu mau sama dia, kita udahan aja ya neng,” Ucap Bertholdt sambil mengusap-usap rambut gadis didepannya.

Annie hanya terdiam mendengar ucapan Bertholdt, hingga akhirnya Bertholdt pergi dari hadapannya menjauh. Dia masih terdiam dan tidak menyangka dengan apa yang baru saja terjadi.

Di sini Bertholdt sekarang, sedang duduk di pinggir danau sambil melempar-lempari kerikil ke danau, perasaannya benar benar kacau sekarang. Niat hati pulang ke kampung untuk menemui sang kekasih, tetapi malah kandas karena sang kekasih sudah bersama orang lain.

Saat Bertholdt sedang melempar-lempari kerikil ke danau, muncul seorang gadis berikat rambut asal mengenakan rok selutut berwarna hitam dan baju lengan panjang berwarna putih. Gadis itu memiliki beberapa bintik-bintik di wajahnya.

“Neng,” panggil Bertholdt melihat ke arah gadis tersebut.

“Saya?” Tanya nya sambil menunjuk dirinya sendiri dan melihat ke kiri dan kanan.

“Iya siapa lagi memang nya coba kesini dulu”

“Ada apa ya mas?” Tanya nya sambil berjalan mendekati Bertholdt.

Tiba tiba Bertholdt mengeluarkan kotak cincin dari saku celananya dan memasangkan cincin tersebut di jari manis sang gadis, gadis itu terkejut melihat apa yang di berikan oleh Bertholdt.

“Neng kamu jadi pacar saya aja ya?”

“Hah...”

“Oke neng berarti kamu mau ya jadi pacar saya, nama nya siapa neng”

“Ymir..”

“Oke neng Ymir sekarang udah jadi pacarnya saya Aa Bertholdt, satu kampung harus tau ini mantan saya juga harus tau neng!” Ucap Bertholdt tiba tiba menggendong Ymir ala bridal style.

Ymir yang terkejut refleks mengalungkan tangannya di leher Bertholdt, dia memukul mukul bahu Bertholdt.

“Mas turunin saya malu kita juga baru ketemu ini mah,” Ucap Ymir sambil memukul-mukul bahu Bertholdt.

Tapi Bertholdt tidak mendengarkan nya, dia mengambil tasnya dan berlari sambil menggendong Ymir.

“Woy warga warga saya nih udah punya calon istri! Cantik, namanya Ymir,” teriaknya sambil berlari menggendong Ymir mengelilingi Kampung.

Ymir yang hanya bisa menahan malu menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

“Beneran malu banget” batin Ymir.

Bertholdt dan Ymir tiba di depan rumah Annie, disana masih ada Annie dan pemuda berambut blonde yang bernama Armin yang sedang mengobrol berdua.

“Woy neng Annie lihat ini saya udah punya calon istri yang baru! Bakal saya bawa dia ke kota,” ucap Bertholdt sambil kembali berlari menuju Stasiun.

“A Bertholdt??!! A tunggu...” Teriak Annie sambil berlari mengejar Bertholdt. Tetapi di tahan oleh Armin.

“Kamu mau kemana Ann?”

“Aku mau ngejar A Bert”

“Tapikan kita udah mau nikah 1 minggu lagi?!”

Armin terus berusaha menahan Annie yang ingin berlari mengejar Bertholdt, sedangkan Bertholdt dan Ymir kini sudah berada di dekat stasiun.

“Woy woy turunin saya! Kamu ini gila ya”

“Saya ngga gila, saya beneran mau menikah sama kamu neng”

“Tapi kita baru kenal? Kamu juga belum ketemu abah saya”

“Itu urusan gampang neng, nanti kita ketemu Abah kamu. Tapi sekarang kamu ikut saya dulu pulang ke rumah, ketemu emak sama abah saya,” Bertholdt lalu kembali membawa Ymir menuju kerumahnya.

Ymir hanya bisa pasrah dengan pemuda di hadapannya ini.

Confess?

Bertholdt bangkit dari tempat tidurnya dia menarik nafasnya dalam dalam lalu di hembuskan secara perlahan, dia menatap ke arah cermin di depannya.

“Oke calm.. ayo beraniin diri lo, kalau ga sekarang mau kapan lagi? Mau sampe lo tua? Ayo ayo semangat” gumamnya menyemangati diri sendiri.

Bertholdt akhirnya memutuskan untuk mengungkapkan perasaan yang sebenarnya kepada sahabatnya itu, dia tidak perduli dengan apa jawaban yang akan dia terima nanti. Itu urusan belakangan yang penting sekarang hatinya lega.

Bertholdt sekarang berdiri di depan pintu apartemen Ymir, sudah 5 menit dia berdiri disana tanpa mengetuk pintu. Dia merasa gugup, tiba-tiba pintu di depannya terbuka menampilkan gadis berikat rambut ikat asal.

“Bert lo ngapain disini? Gue kaget tiba tiba lo muncul di depan sini”

“Eh maaf anu Ymir aku mau ngomong sesuatu”

“Apaan?” Tanya Ymir menaikan sebelah alisnya.

“Oke.. jadi begini terimakasih banyak sudah mau jadi teman ku sudah mau kenal dekat sama aku terimakasih banyak ya Ymir aku bener bener berterimakasih sama kamu, dari kamu aku banyak belajar hal hal baru. Jadi aku mau bilang kalau aku selama ini nyaman sama kamu aku ga mau lihat kamu sedih aku gamau kehilangan aku, aku s-suka sama kamu Mir”

Ymir ternganga mendengar ucapan pria di depannya, jantungnya berdetak kencang. dia sangat sangat deg-degan sekarang.

“Terserah kamu mau jawab apa aku cuma mau ngomong ini supaya perasaan aku lega aja Mir, maaf ya aku suka sama kamu”

“Bert... Lo serius?”

“Iya.. maaf ya kalau kamu risih ma–”

“Bert gue juga suka sama lo”

Kini giliran Bertholdt yang tercengang mendengar ucapan dari Ymir.

“Jadi...?”

“Iya jadi lo mau ga pacaran sama gue?”

“Kok jadi kamu yang nembak sih”

“Ya emang kenapa sih, yaudah lah tinggal jawab aja bert”

“Iyaa aku mau kamu mau ga?”

“Menurut lo gue mau ga? Ya mau lah”

“Makasih ya Ymir aku sayang banget banget banget sama kamu,” ucap Bertholdt sambil memeluk Ymir.

“Iya bert sama sama, gue juga sayang sama lo,” Ymir membalas pelukan Bertholdt.

Keduanya tertawa-tawa sambil menatap satu sama lain.

Teman

Semakin hari Bertholdt dan Ymir semakin dekat, mereka kemana-mana selalu berdua. Bertholdt dan Ymir juga suka menghabiskan weekend mereka berdua saja. Entah itu pergi ke mall, pantai, atau hanya berkeliling-keliling saja, atau bahkan hanya diam di apartemen seharian sambil menonton film atau series.

Sore ini Ymir dan Bertholdt memutuskan untuk jalan bersama berkeliling-keliling di taman. Cuaca hari ini cukup dingin, Ymir kebetulan lupa membawa jaket sedangkan baju yang dia kenakan cukup tipis. Angin berhembus cukup kencang membuat Ymir sedikit merasa kedinginan, dia menyilangkan kedua tangannya dan mengusap-usap lengannya.

Bertholdt yang menyadari hal itu melepaskan jaket miliknya dan memakai kan nya kepada Ymir.

“Lah bert, lu gimana dong masa dikasih ke gue nih pake aja dingin tau,” ucap Ymir melepaskan jaket milik Bertholdt yang dia kenakan.

“Justru harusnya aku yang ngomong begitu, gapapa pake aja. aku tahan kok, kamu ini sudah tau cuaca lagi dingin malah ga bawa jaket dan paket baju tipis,” balas Bertholdt sambil kembali memakai kan jaketnya kepada Ymir.

Ymir hanya tersenyum mendengar ucapan Bertholdt, salahnya memang tidak membawa jaket di cuaca dingin seperti ini. Lalu Bertholdt dan Ymir memutuskan untuk membeli kopi dan duduk di bangku taman.

“Bert kalau seandainya waktu itu lo ga denger gue nangis tengah malem dan lo ga nge chat gue gimana ya”

“Ya mungkin kita ga bakal sedekat sekarang?”

“Makasih banyak ya bert”

“Yaa makasih juga ya mir”

“Tumben lo ga ngomong santai aja kali kayak sama siapa aja”

“Hahaha kamu sampai hapal gapapa tapi aku beneran makasih juga deh karena udah mau kenal sama aku”

“Iya bert sama sama lo tuh emang teman terbaik bert, makasih juga ya”

Bertholdt terdiam sejenak mendengar kata teman terbaik, Ymir menyadari Bertholdt daritadi berdiam pun menoleh ke arah Bertholdt.

“Woy Bert lo gapapa?” tanya Ymir sambil menyenggol tangan Bertholdt.

“Hm? Ngga papa kok” jawabnya setelah tersadar dari lamunan.

Setelah selesai meminum kopi di taman, Bertholdt dan Ymir kembali ke apartemen mereka.

Bertholdt memasuki apartemen nya dan membaringkan tubuhnya di atas kasur miliknya, dia menatap langit langit kamarnya sambil menghembuskan nafasnya kasar.

“Ini gue beneran suka sama dia ya? Gue udah nyaman banget sama dia, ini bahkan sudah lebih dari 2 bulan dari yang porco bilang. Dan gue beneran nyaman banget sama dia gue gamau dia sedih gue gamau kehilangan dia,” gumam Bertholdt.

Sakit

Bertholdt kembali beberapa saat setelah mencari makan diluar, dia segera mengetuk pintu apartemen Ymir. tapi tidak ada jawaban

“Ymir? Halo? Kamu di dalem?”

Tetap tidak ada jawaban dia sudah mengetuk pintu daritadi, sudah 20 menit dia di depan pintu apartemen milik Ymir tapi tidak ada jawaban. Awalnya dia berpikir mungkin Ymir sudah tertidur, tetapi tiba-tiba dia kepikiran bagaimana jika di dalam terjadi hal yang tidak diinginkan. Bertholdt tanpa pikir panjang langsung mendobrak pintu apartemen Ymir dan dia melihat gadis itu tergeletak di ruang tamu dalam keadaan tidak sadarkan diri, Bertholdt yang melihat hal itu panik langsung menaruh makanan yang dia bawa tadi di atas meja dan segera menggendong Ymir menuju rumah sakit.

Sangking paniknya dia menggendong Ymir sambil berlari mencari rumah sakit terdekat, dia bahkan tidak menaiki motor miliknya. Tetapi berlari sambil menggendong Ymir, dia berlari sambil menggendong Ymir dari lantai 3 menuju rumah sakit terdekat. Untung lah tidak jauh dari apartemen mereka ada rumah sakit, Bertholdt segera membawa Ymir ke UGD.

“Mba tolong ini teman saya pingsan,” ucap Bertholdt sambil ngos-ngosan karena daritadi berlari-lari sambil menggendong Ymir.

Para suster dan dokter yang ada di sana langsung segera mengurus Ymir, dan Bertholdt sedang mengurus biaya administrasi. Setelah melakukan pembayaran, Bertholdt menemui dokter yang tadi mengurus Ymir.

“Jadi keadaan teman saya gimana dok?”

“Teman anda hanya kelelahan sepertinya dia belum makan ya, biarkan dia beristirahat dulu setelah sadar dia sudah boleh pulang”

“Baik dok, terimakasih banyak ya kalau begitu saya izin permisi dulu,” ucap Bertholdt lalu pergi ke ruangan Ymir.

Disana ternyata ada suster dan Ymir yang masih belum sadar, Bertholdt lalu menghampiri Ymir sebentar.

“Suster saya izin permisi sebentar ya mau ngambilin pakaiannya dulu”

“Oh iya mas, tenang aja saya jagain kok”

Setelah itu Bertholdt pergi kembali ke apartemen nya untuk mengganti pakaiannya yang sudah basah karena keringatnya berlari-lari tadi, sekaligus mengambilkan pakaian milik Ymir.

Bertholdt memasuki apartemen Ymir, dia jujur saja merasa tidak enak karena masuk ke apartemen orang lain. Tapi ya mau bagaimana lagi mau tidak mau dia harus masuk untuk mengambil pakaian Ymir, setelah mengambil pakaian tersebut Bertholdt langsung pergi kembali ke rumah sakit tapi sebelum itu dia pergi dulu mencarikan bubur untuk Ymir.

Di rumah sakit, Ymir sudah sadar dia membuka matanya perlahan-lahan. Dia melihat seisi ruangan, ini bukan apartemennya. Ini bukan kamarnya.

“Ini dimana? Bukan kamar gue deh,” gumam Ymir sambil berusaha untuk duduk. Kepalanya terasa sedikit pusing, tiba tiba suster masuk ke dalam ruangannya.

“Akhirnya mba nya sudah sadar”

“Hah? Ini dimana ya mba?”

“Mba ini sekarang lagi di rumah sakit tadi dibawa sama pacarnya di gendong sampai kesini soalnya mba pingsan tadi”

“Pacar..?”

“Iya mas mas tinggi rambut hitam, orangnya sekarang lagi pergi katanya mau ngambil pakaian dulu”

“Ohh..”

Ymir kembali diam tidak ada pembicaraan lagi, lalu tidak lama kemudian pintu ruangan terbuka menampilkan seorang pria bertubuh tinggi dan berambut hitam seperti yang di bilang suster tadi. Orang itu adalah Bertholdt. Setelah Bertholdt masuk, suster pun keluar dari ruangan itu.

“Ymir kamu udah sadar?” Tanya Bertholdt. Ymir hanya menjawab dengan anggukan kepala.

“Ymir gimana keadaannya? Udah enakan? Mau makan dulu? Ini aku tadi beliin makanan buat kamu, aku beliin bubur. Kamu ini belum makan, jadi ini dimakan dulu ya. Aku tadi panik banget soalnya pas aku ke apartemen mu ga ada jawaban aku panggil panggil pas aku dobrak pintunya eh ternyata–”

Ymir tidak mendengarkan ucapan Bertholdt lagi dia sibuk menatap pria di depannya.

“Bertholdt baik banget.. dia mau nolongin gue yang bahkan kita baru dekat beberapa bulan, dia rela bawa gue ke rumah sakit tengah malam begini beliin gue makanan, banyak banget hal yang udah dia lakuin buat gue tapi gue nya malah cuma ngerepotin dia gue yang selalu galau galau an sedih sedangkan dia selalu ngehibur gue, gue bahkan gatau sama apa yang Bertholdt rasain selama ini. Maaf ya bert gue cuma nyusahin lo doang tapi makasih banyak sudah mau perduli sama gue,” batin Ymir.

Bertholdt daritadi sibuk menata makanan dan juga pakaian milik Ymir sambil berbicara, saat dia mengangkat kepalanya dia melihat gadis dihadapannya ini daritadi hanya menatapnya tanpa bersuara.

“Ymir..?” Panggil nya sambil melambaikan tangannya di depan wajah Ymir.

“Hah eh kenapa bert?” Ymir lalu tersadar dari lamunannya.

“Kamu daritadi ga dengerin aku... Kamu masih ngerasa gaenak?”

“Eh maaf ngga kok gue udah enakan, makasih banyak ya bert udah mau nolongin gue maaf gue cuma ngerepotin lo selama ini”

“Apaansi ngomong nya, ngga kok santai aja kayak sama siapa aja deh kamu ngomong begitu, yaudah nih ganti dulu pakaiannya terus makan”

Ymir pun segera menuju ke dalam kamar mandi untuk mengganti pakaiannya, setelah itu Bertholdt menyuapi Ymir bubur yang dia beli tadi. Bertholdt tahu Ymir pasti tidak mau makan jadi dia menyuapi bubur tersebut ke Ymir.

Setelah beres beres Ymir dan Bertholdt memutuskan untuk pulang, kali ini mereka pulang menaiki motor. Karena Bertholdt sudah membawa motornya saat kembali dari apartemen.

“Bert kata suster tadi lo gendong gue ya ke rumah sakit?”

“Hah.. iya soalnya tadi aku udah panik banget..”

“Hahaha ya ampun bert, gue pasti berat deh. Maaf ya”

“Ngga kok”

“Jangan gitu dong kalau lo mau menghibur gue, gue tau gue berat bert”

“Ngga kok beneran deh, kamu ga berat”

“Iya deh iya gue ga berat, sekali lagi makasih banyak ya Bert”

“Iyaa udah di bilang gausah makasih-makasih”

Ribut

Ymir dan Bertholdt saat ini sedang berkeliling-keliling mencari makan. Hingga akhirnya mereka tiba di warung makan tersebut. Baru saja memasuki warung itu Bertholdt dan Ymir melihat dua orang yang sedang berbincang-bincang sambil tertawa di dalam warung tersebut.

Ymir langsung menghampiri mereka berdua, Bertholdt juga menyusul di belakang Ymir.

Plak!!

Satu tamparan keras mendarat di pipi pria blonde di depannya.

“Brengsek lo”

Bertholdt, Historia dan Reiner sangat terkejut dengan apa yang dilakukan Ymir. bahkan orang orang didalam warung tersebut langsung menatap ke arah Ymir.

“Oh ini sibuk lo ya hisu? Sangking sibuknya selingkuh lo sampe gabisa pergi jalan sama gue”

“Ymir aku pikir kamu ga bakal kesini...”

“Jadi kalo gue ga bakal kesini lo bisa enak selingkuh gitu? Iya?”

“Bukan begitu..”

“Alah his gausah alasan lah”

Reiner terdiam melihat Ymir yang sedang marah di depannya, dia tidak bisa mengeluarkan sepatah kata pun.

Tiba tiba Ymir melayangkan tinjunya ke wajah Reiner, membuat pria itu terdorong kebelakang dengan hidung yang mengeluarkan darah.

Bertholdt dan Historia yang melihat hal itu langsung memisahkan Ymir dan Reiner

“Udah mir udah,” ucap Bertholdt sambil menahan Ymir.

“Lepasin gue bert! Bajingan kayak begini harus dikasih pelajaran,” ucap Ymir mencoba melepaskan tangannya dari genggaman Bertholdt.

Sedangkan Historia langsung memeluk Reiner dan membawanya keluar dari rumah makan tersebut.

Ymir yang berhasil melepaskan dirinya dari Bertholdt langsung berlari mengejar Reiner dan Historia, Bertholdt yang melihat kalau seisi rumah makan itu langsung berisik melihat kejadian tadi segera meminta maaf dan menyusul Ymir.

Diluar sana Ymir dan Reiner berkelahi, Ymir meninju wajah Reiner. Bertholdt yang melihat hal itu langsung menarik Ymir.

“Udah mir sudah”

“His lo jahat banget beneran deh, gue kemarin juga bego banget malah mau balikan sama lo, gue pikir lo beneran mau berubah tapi ternyata ngga, asli jahat banget lo kita putus aja”

“Tapi Ymir–”

“Ga ada tapi tapi, pokoknya udah ya gue udah capek”

Bertholdt akhirnya menarik tangan Ymir menuju ke motornya, Ymir menangis di motor Bertholdt. sedangkan Bertholdt berusaha memakaikan helmnya.

“Bert gue sakit hati banget bego banget gue bert kemarin mau aja balikan sama dia”

“Udah udah gapapa nangis aja”

“Harusnya tadi lo gausah nahan gue biar gue pukul tu orang sampe puas”

“Ssstt udah Ymir udah kalau mau marah marah sama aku aja nangis aja,” ucap Bertholdt yang refleks langsung memeluk Ymir.

“Bert tapi gue sayang banget Bert sama dia tapi dia jahat banget sama gue,” Ymir masih menangis di dalam dekapan Bertholdt.

“Gue pikir kemarin dia ngomong mau berubah, beneran berubah gatau nya masih sama aja, bodoh banget masih aja percaya,” ucapnya lagi.

“Ymir.. udah gapapa biarin aja dia pergi ya? Berarti tanda nya dia itu ga baik buat kamu, kamu pasti bakalan dapat yang jauh lebih baik dari dia, percaya deh nanti tuhan pasti bakalan kasih kamu jauh yang lebih baik dari dia,” ucap Bertholdt menenangkan Ymir.

Ymir hanya diam dia tidak menjawab pertanyaan Bertholdt, lalu dia melepaskan pelukan Bertholdt dan menghapus air matanya.

“Bert kita balik aja yuk?”

“Yaudah ayo”

Bertholdt dan Ymir akhirnya memutuskan untuk kembali ke apartemen mereka.

Ribut

Ymir dan Bertholdt berjalan-jalan mengelilingi kota malam ini, niatnya untuk mencari makanan. Sambil berkeliling Ymir mengedarkan pandangannya ke jalanan melihat sekeliling nya, sampai akhirnya dia melihat dua orang yang sedang bercumbu di taman kota. Dia mengenali orang itu, orang itu adalah Historia dan Reiner.

“Bert bert stop bert stop,” ucap ymir menepuk pundak Bertholdt yang sedang membawa motornya.

Bertholdt langsung memberhentikan motornya saat sang gadis menepuk pundaknya, dia menatap ke arah Ymir yang langsung melepaskan helm nya dan melemparnya asal. Ymir langsung pergi begitu saja.

Bertholdt yang kaget refleks menangkap helm Ymir, dan dia langsung mengejar Ymir bahkan Bertholdt belum sempat melepaskan helmnya. Bertholdt panik melihat Ymir yang buru buru pergi meninggalkannya.

“Ymir tungg–”

Plakk!!

Satu tamparan yang sangat kuat mendarat di pipi pria blonde bertubuh besar di depannya.

“Brengsek lo ya”

Bertholdt yang berdiri di belakang Ymir sambil memegang helm Ymir langsung melepaskan helm tersebut dari genggamannya. Sedangkan Historia dan Reiner sangat terkejut melihat kedatangan Ymir dan tiba tiba menampar wajah Reiner.

“Oh ini yang lo bilang sibuk ya his? Sampe ga bisa pergi jalan sama gue? Iya? Ini sibuk lo ya ternyata sibuk ciuman sama si brengsek ini”

“Ymir aku ini tuh ga seperti apa yang kamu pikir–”

“Apa? Gue lihat dengan mata kepala gue sendiri His lo sama dia berdua disini ciuman jahat banget lo his”

Reiner hanya diam saja melihat Ymir sedang mengamuk di depannya, dia benar benar terkejut.

“Lo? Lo brengsek banget lo tau dia udah sama gue tapi apa? Lo berdua ciuman disini, bagus bagus banget kelakuan lo berdua,” ucap Ymir.

Tidak bisa menahan emosi nya lagi Ymir melayangkan tinju nya ke wajah Reiner, alhasil darah mengucur dari hidung Reiner. Historia dan Bertholdt yang panik melihat itu segera memisahkan Ymir dan Reiner

“Ymir udah mir udah,” ucap Bertholdt sambil menahan Ymir dari belakang.

“Lepasin gue bert! Bajingan kayak begini perlu dikasih pelajaran,” bentak Ymir sambil berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Bertholdt.

Sedangkan Historia langsung memeluk Reiner dan mengajaknya menjauh sedikit dari Ymir.

“Brengsek lo berdua, Hisu lo jahat banget gue bodoh banget kemarin mau aja balikan sama lo beneran bego banget gue, kita putus sekarang juga, gue gamau lagi liat lo berdua! Pergi lo berdua dari sini,” teriak Ymir kepada Historia.

“Tapi Ymir aku–”

“Ga ada tapi tapi, pokoknya putus, lo cium noh dia sampe mampus”

Reiner berjalan mendekati Ymir, dan meminta maaf kepada Ymir.

“Alah brengsek lo,” ucap Ymir sambil melayangkan tinju untuk kedua kalinya ke wajah Reiner.

“Ymir udah Mir kita balik aja yuk,” Ucap Bertholdt sambil menarik tangan Ymir untuk kembali ke motornya.

Ymir menangis di motor Bertholdt, sedangkan Bertholdt berusaha memakaikan helmnya tadi.

“Bert gue sakit hati banget bego banget gue bert kemarin mau aja balikan sama dia”

“Udah udah gapapa nangis aja”

“Harusnya tadi lo gausah nahan gue biar gue pukul tu orang sampe puas”

“Ssstt udah Ymir udah kalau mau marah marah sama aku aja nangis aja,” ucap Bertholdt yang refleks langsung memeluk Ymir.

“Bert tapi gue sayang banget Bert sama dia tapi dia jahat banget sama gue,” Ymir masih menangis di dalam dekapan Bertholdt.

“Gue pikir kemarin dia ngomong mau berubah, beneran berubah gatau nya masih sama aja, bodoh banget masih aja percaya,” ucapnya lagi.

“Ymir.. udah gapapa biarin aja dia pergi ya? Berarti tanda nya dia itu ga baik buat kamu, kamu pasti bakalan dapat yang jauh lebih baik dari dia, percaya deh nanti tuhan pasti bakalan kasih kamu jauh yang lebih baik dari dia,” ucap Bertholdt menenangkan Ymir.

Ymir hanya diam dia tidak menjawab pertanyaan Bertholdt, lalu dia melepaskan pelukan Bertholdt dan menghapus air matanya.

“Jadi... Masih mau makan pecel lele ga?” Tanya Bertholdt.

“Ngga kita balik aja ya?”

“Oke kita balik ya”

Bertholdt dan Ymir pun akhirnya memutuskan untuk kembali pulang.

Galau

Bertholdt dan Ymir sudah dekat selama beberapa bulan ini, mereka sering pergi berdua. Makan bersama dan jalan-jalan bersama, hingga tiba tiba Ymir memberitahu Bertholdt bahwa dia kembali lagi bersama mantannya.

Bertholdt kini duduk di bangku taman sebelah kantor tempat dia bekerja, dia duduk sambil memegang segelas kopi dan beradu dengan pikirannya sendiri.

“Kok gue galau sih? Aneh banget,” gumam nya sambil meminum kopinya.

Bertholdt mengacak-acak rambutnya, dia merasa perasaan yang aneh. Seperti dia tidak mau jika Ymir kembali dengan gadis itu, bukan bukan. Dia takut kalau sahabatnya itu nanti akan sakit hati lagi, Ya lebih tepatnya dia khawatir dengan Ymir. Tetapi ada perasaan lain yang menggangu nya saat mendengar bahwa Ymir balikan dengan sang mantan.

“Yah gue jadi sendiri lagi deh kalau dia balik lagi sama Hisu ntar gue ga ada temen lagi”

Dia diam untuk beberapa saat, lalu menyadari ucapannya sendiri dan menggelengkan kepalanya.

“Eh apaansi kok gitu, ya lo tuh harusnya senang kalau sahabat lo bahagia,” ucapnya bermonolog.

Mungkin orang orang yang melihatnya akan berpikir bahwa laki-laki itu gila karena daritadi berbicara sendiri, tapi dia tidak perduli dengan orang-orang yang melihatnya. Dia benar benar bingung sekarang dengan perasaannya sendiri.

Tiba-tiba seorang pria yang bertubuh lebih pendek darinya menghampiri dengan membawa segelas kopi juga di tangannya.

“Bert lo ngapain disni?” Tanya pria tersebut.

Bertholdt langsung menoleh mendengar ada yang mengajaknya berbicara

“Eh porco gapapa kok cuma lagi nyari udara seger aja,” balasnya sambil tersenyum.

Porco hanya mengangguk-angguk mendengar jawaban Bertholdt, lalu dia duduk di sebelah Bertholdt. Porco adalah teman sekantor Bertholdt.

“Co lo pernah suka sama orang ga?”

“Pernah lah, emang lo ga pernah?”

“Ya pernah tapi maksud nya suka sama orang yang udah deket lumayan lama sama lo”

“Bert lo percaya ga kalau gue bilang justru yang deket itu yang bikin lo nyaman dan malah jadi suka sama dia? Karena lo udah deket sama dia apa apa sama dia”

Bertholdt diam sejenak mendengar ucapan Porco.

“Tapi co kalau dia udah punya pacar gimana?”

“Ya gimana ya,” ucap porco sambil meminum kopi panas yang dia bawa.

“Tapi kalau co pacarnya cewek gimana?” Tanya Bertholdt lagi. Porco terkejut mendengar pertanyaan Bertholdt hingga dia tersedak kopi panas miliknya

“Uhuk– maksudnya lo? Bert jangan bilang–”

“Ngga lah bukan gue, gue masih suka cewek”

“Jadi... Si cewek itu–”

Bertholdt hanya membalasnya dengan anggukan, sedangkan porco yang melihat respon Bertholdt hanya tertawa.

“Ya ampun bert jadi lo suka nih sama cewek ini?”

“Ngga, ngga tau sih gue juga bingung sama perasaan gue sendiri”

“Bert coba lu tunggu sekitar 1 atau 2 bulan lagi kalau perasaan lu masih sama kayak yang sekarang atau bahkan berubah jadi lebih lagi berati lo fix suka sama dia sih”

“Emang gitu ya co?”

“Iya, yaudahlah mending kita balik lagi ke kantor sebelum di cariin bang zeke,” ajak porco.

Setelah itu Bertholdt dan Porco kembali ke kantor mereka.