Jungwoo Oneshot AU
written by : awnyaii
You are brighter than this candle and your body driving me more crazy than this wine, love.
Sejak menikah, Lovina dan Arthur memang tinggal di satu rumah. Namun, atmosfer mungkin terasa berbeda bagi mereka. Lovina sebagai istri merasakan bahwa Arthur memanglah orang yang dingin. Pernikahan mereka memang dilandasi cinta karena keduanya sudah menjalin hubungan sejak di bangku kuliah.
Tapi, apapun keadaannya, Arthur ingin menjadi barisan sajak puisi yang Lovina senandungkan. Karena ia sadar bahwa Lovina lah yang mampu menerjemahkan keseluruhan dari isi kepalanya yang rumit bak hutan belantara.
Selama ini Lovina adalah seseorang yang menunggu Arthur dengan tangan terbuka dan menawarkan sebuah dekap. Sedangkan Arthur kadang terlalu gengsi untuk mengungkapkan perasaannya terhadap wanita yang sudah ia pilih untuk menjadi istrinya. Sedingin-dinginnya Arthur, tetaplah ia pemenang perjuangan untuk mendapat restu dari orang tua Lovina. Membangun kepercayaan itu tidak mudah, terlebih Arthur sempat bekerja di luar negeri untuk beberapa tahun. Semua itu ia lakukan untuk mendapatkan restu dari orang tua wanita pujaannya.
Penantian Lovina membuahkan hasil, meski jarak sempat menghiasi hubungan mereka berdua, pada akhirnya Lovi yang sempat terdiam dalam sepi tanpa kehadiran Arthur beberapa tahun menjemput tawa bahagia. Mereka berdua yang sempat menabung kerinduan bertahun-tahun kini berbuah manis dalam sebuah temu dan janji suci yang mengikat mereka berdua.
Beberapa kali Lovi menyinggung perihal memiliki momongan namun Arthur selalu menghindar dan mengalihkan pembicaraan. Setiap kali Lovi bertanya “Kenapa? Kamu enggak cinta sama aku atau karena apa?” yang Lovi dapatkan hanyalah pelukan dari Arthur. Sungguh hanya pelukan tanpa penjelasan. Kadang hal itu juga yang mengganggu pikiran Lovi, namun sebisa mungkin ia tepis jauh-jauh.
Suatu malam pukul delapan malam...
Lovi sedang menyiapkan makan malam dan menuangkan minuman hangat ke cangkir, ditatanya dengan begitu rapi makanan yang ada yang sudah ia masak. “Arthur pasti suka,” gumamnya. Tak lama Arthur yang baru saja selesai membasuh dirinya itu pun menuruni tangga dengan celana pendek, dan kaos polos berwarna hitam. Arthur menuruni tangga dengan semangat saat melihat Lovi tengah sibuk di meja makan. Sebuah senyum merekah di wajah Arthur ia menghentikan langkahnya sejenak di tangga untuk melihat sang puan yang dengan telaten menyiapkan makan malam.
Tanpa bahasa, dengan langakah mengendap, tangan Arthur melingkar memeluk Lovi dari belakang. Arthur mengecup pipi istrinya itu beberapa kali. Lovi terkikik sedikit geli lalu berbalik badan memeluk pinggang Arthur.
“Are you tired?” tanya Lovi sambil sedikit mendongak menatap Arthur yang lebih tinggi darinya itu.
“Yas, and I just want to hug my wife, can I?” Arthur tersenyum tipis. Gentian Lovi yang mencubit hidung Arthur.
“Can I ask you something?” tanya Arthur mendadak.
“Of course, what’s that? Sama duduk, yuk?”
Arthur menggeleng, “Enggak usah, mau nanya sebentar, gini aja dulu. I just want to see your face closer right now.”
“Apa?” tanya Lovi lagi sambil tersenyum.
“Aku terlalu dingin ya selama ini jadi suami? Enggak ada hal romantis yang aku lakuin buat kamu ya? Like another couple, like a husband and wife usually did, I never give something that special things for you, iya, kan?”
“Arthur, kenapa tiba-tiba nanya gitu? Duduk yuk, makan malam dulu.” Lovi terlihat sedikit kikuk lalu melonggarkan rengkuh, ia menarik lengan Arthur agar duduk bersama namun Arthur tidak bergerak, ia membeku di tempatnya membuat Lovi berbalik badan. Tangan gagah Arthur dengan lihai menarik Lovi lagi hingga tidak ada jarak diantara mereka. Tangan kanan Arthur bertengger pada tengkuk leher Lovi dan tangan kirinya bertengger di pinggang Lovi, dikikisnya jarak antara ia dan istrinya itu.
Meski Lovi sempat merasakan degup jantungnya lebih hebat dari biasanya dan menelan ludahnya dengan susah payah tapi tangan Lovi perlahan memeluk Arthur.
“No matter how cold you are, babe. You’re still my husband, cara kamu nunjukin kalau kamu sayang sama aku juga pasti enggak akan sama seperti kebanyakan orang, kan?*” kata Lovi dengan nada lembutnya. Sebenarnya ada satu hal yang sangat Arthur sesali, ia masih ingin Lovi menunda memiliki buah hati, bukan karena apa tapi kesiapan setiap orang berbeda. Sudah hampir satu tahun dalam naungan pernikahan tapi belum juga diberi momongan. Bukan karena tidak bisa, tapi Arthur masih takut.
Kadang keraguan tidak hanya hadir dari sisi wanitanya saja dalam hal memiliki momongan, tapi juga bisa dari sisi pria atau suami. Kesiapan mental dan batin juga perlu.
“Kamu udah pengen punya baby ya?” tanya Arthur dengan lemas.
“I―Iya.” Lovi menjawab dengan sedikit terbata.
“Jujur, mungkin enggak masuk akal, tapi selama kehamilan, aku mau aku selalu ada buat kamu. Sekarang, aku masih harus kerja ke sana sini dan banyak project di luar kota. Aku enggak mau ninggalin kamu untuk waktu yang lama. Aku enggak tega harus ninggalin kamu misal kamu lagi ngerasain morning sickness, atau ada sesuatu yang sakit, perlu bantuan jalan, aku mau ada di samping kamu. Selalu. Aku juga udah janji sama orang tua kamu bakalan jaga anak satu-satunya mereka, kondisi hamil itu rentan dan butuh banyak pengawasan. Maafin aku, sayang.”
Mendengar penuturan sang tuan, Lovi tersenyum haru, matanya sedikit terasa panas karena selama ini jika menyangkut tentang memiliki anak, jawaban yang keluar dari mulut Arthur ternyata sepenuhnya memikirkan kebaikannya.
Senyuman Lovi bawa Arthur sedikit heran, “Kenapa cuma senyum?” tanya Arthur bingung.
“Bahkan jawaban kamu udah buktiin kalau kamu lebih hangat dan sweet daripada banyak pria di luaran sana yang memaksa istrinya hamil tanpe memperhatikan istri mereka. Setakut itu, ya, sayang? Makasih ya udah mau kuatir dan mikir jangka panjang. Kalau kita sudah sama-sama siap, nanti pasti ada jalannya, ya?” kata Lovi yang sangat menenangkan hati Arthur.
Arthur tersenyum haru sambil menarik Lovi mendekat kepadanya. Lovi membelai pelan pipi Arthur. Tanpa aba-aba Arthur pun melumat bibir Lovi, tanpa penolakan Lovi membalasnya mesra. Kedua tangan Arthur menangkup pipi Lovi menekannya pelan memperdalam ciumannya. Lovi mengalungkan tangannya di leher Arthur. Tubuh Arthur berjalan maju membuat tubuh Lovi bersandar pada tembok. Arthur menahan dua tangan Lovi di tembok dengan tangannya. Menjaga sang puan agar tidak bergerak atau beranjak barang sedikitpun.
Lumatan ringan berangsur menjadi pergolakan lidah satu sama lain yang lebih menuntut. Tangan Lovi dilepaskan Arthur, sehingga kini Lovi bebas menyentuh dan menekan tengkuk leher sang tuan lebih dalam.
“I love you,” bisik Arthur dalam cumbuan mesra malam itu. Pada isyarat lenguhan Lovi setelahnya, Arthur tahu ada sebuah perasaan yang merekah, maka Arthur pun menggendong tubuh istrinya itu tanpa melepas pagutan dan membawanya ke sofa ruang tamu yang cukup besar. Membaringkan sang puan di sana dan mengukung tubuh Lovi di bawah kuasanya, keduanya saling menatap sejenak..
Cup!
Cup!
Cup!
Tiga kali kecupan singkat didaratkan Arthur di bibir Lovi. Keduanya saling menatap dan melemparkan senyuman, saling membalas perasaan karena tanya Lovi sudah terjawab. Arthur adalah suami terhebatnya.
“Wanna have some wine after dinner?” tanya Lovi, Arthur mengangguk tanpa ragu.
“But let me eat you first,” Arthur menyeringai dan langsung menyambar birai Lovi lagi dan dibalas Lovi lebih brutal dari sebelumnya.
Bulan selanjutnya...
Arthur diam-diam menyiapkan sesuatu untuk Lovi. Di saat ia libur dari pekerjaannya ia mengajak Lovi untuk berlibur ke sebuah private villa dengan pemandangan langsung ke sebuah kolam renang yang menghadap ke laut. Sebuah Luxury Villa dengan fasilitas lengkap. Seakan mengulang lagi momen honeymoon mereka berdua. Sebenarnya ini adalah bagian dari rencana Arthur memberi kejutan kepada sang kekasih. Memutar otak agar tidak ada kecurigaan dari Lovi. Menjaga sikap agar tidak ada keanehan yang ditimbulkan. Senyum yang merekah tak kunjung hilang dari raut wajah Lovi saat Arthur mengajaknya berkeliling Villa ini. Sebuah Villa yang cukup besar untuk dihuni mereka berdua.
Satu kamar besar dan dengan kamar mandi di dalamnya, lengkap dengan tub yang berukuran besar bisa menampung dua orang mungkin, jika jendela di sebelahnya dibuka maka akan langsung menyuguhkan pemandangan birunya laut dan hamparan langit. Mata dan raga akan dimanjakan. Kesan tradisional dan modern yang bercampur menjadi satu. Fasilitas kitchen bar, mini bar, ruang tamu yang luas lengkap dengan sofa besar serta home teater juga nuansa cat berwarna putih yang menghiasi seluruh isi ruangan di sana.
“Like a dream, kita ulang honeymoon apa gimana?” tanya Lovi saat keduanya sedang berada di kamar dan menikmati waktu santai. Arthur hanya tertawa dan mengacak pelan rambut Lovi.
“Iya, kalau suruh ulang tiga atau empat kali aku juga mau kok,” balas Arthur lalu setelahnya ia bergegas ke kamar mandi. Lovi sudah terlebih dahulu selesai mandi. Sembari menunggu suaminya selesai mandi, Lovi hanya berbaring di ranjang dan bermain handphone. Ia sebenarnya bingung untuk apa Arthur mengajaknya ke tempat ini dengan alibi staycation and rewards, tak lama Arthur keluar dari kamar mandi dengan hanya berbalut bathrobe, sambil menggosokkan handuk pelan ke rambutnya yang setengah basah. Arthur pun menaruh handuk itu di kursi lalu langsung menghampiri Lovi ia berniat mengganggu Lovi yang sedang fokus menonton. Arthur berjalan mengendap ke sebelah Lovi dan..
“Hap!” Arthur berhasil mengambil handphone Lovi yang sedang digenggam sang puan.
“Arthur!” Pekik Lovi lalu bangkit berdiri dan mengejar Arthur yang berlari keluar kamar. Arthur berlari ke arah taman belakang yang diikuti Lovi. Beberapa kali kaki Lovi terantuk dan tersandung hingga akhirnya Lovi terjatuh, ia tersungkur di dekat kolam renang.
“Aww!” rintih Lovi. Arthur tertawa namun segera membantu istrinya itu berdiri.
“Iseng banget, heran, nyebelin!” Lovi memukul lengan Arthur, pria itu hanya terbahak.
“Diem!” ucap Lovi singkat dan cuek lalu memukul lengan Arthur.
Arthur sesekali menatap wanita disampingnya, lalu mencubit kedua sisi pipi Lovi hingga Lovi merintih kesakitan. Arthur kembali menarik tangan Lovi dan sedikit berlari membuat Lovi mengikuti langkah kaki Arthur. Arthur mengajaknya duduk di tepi kolam renang.
Sekali lagi, Arthur menatap Lovi tajam, menggeser tubuhnya mendekati Lovi mendekatkan wajahnya kepada Lovi sambil berkata “Suka nggak sama suasananya?”
Lovi mengangguk pelan, bola matanya terbuka lebar menyadari wajahnya dan Arthur hanya berjarak beberapa cm. Wajah tampan Arthur memang bisa menghipnotisnya sekejap. Tiba-tiba rintik air dari langit perlahan turun. Membuat Arthur bergegas menutupi kepala Lovi dengan tangannya.
“Ayo masuk.” Arthur mengajak Lovi namun gadis itu hanya bangkit berdiri dan menahan Arthur disana.
“Kenapa? Mau kemana?” tanya Lovi.
“Masuk lah, hujan gini,” jawab Arthur. Lovi menggelengkan kepala.
“Aku suka hujan, aku suka kamu, sekarang ada dua hal yang aku suka disini.” Lovi tersenyum, Arthur pun mengurungkan niatnya kembali masuk ke dalam. Akhirnya keduanya menikmati hujan layaknya anak kecil. Berlarian kecil saling mengejar satu sama lain, meskipun beberapa kali tergelincir mereka tetap menikmatinya. Sesekali Arthur memeluk tubuh Lovi dan mengangkatnya serta berputar membuat Lovi memeluk erat tubuh suaminya itu.
“Kenapa kamu suka hujan?” tanya Arthur sambil merangkul pinggang Lovi membuat keduanya saling menatap di jarak yang dekat.
“I just feel comfort, nangis tanpa ada yang tahu. Air mataku bisa luntur dibawah hujan, tapi hujan nggak bisa bikin luntur senyumku. Orang akan tetap tahu aku senyum dan bahagia tapi nggak akan pernah tahu berapa banyak air mataku yang udah jatuh.” Ucapan Lovi sangat menusuk hati Arthur, ia merasa sesuatu dialami Lovi dan membuatnya tidak baik-baik saja bahkan alasannya menyukai hujan pun menunjukkan kadang ia merasa sedih dan tidak pernah ada yang tahu. Termasuk Arthur.
“Sekarang jangan pernah main hujan sendiri, ajak aku, ya? Mau kamu sedih atau seneng harus aku yang nemenin kamu. Oke?” kata Arthur, Lovi tersenyum dan mengangguk. Rintik hujan yang turun memang tidak bisa melunturkan senyuman keduanya sekarang, Arthur meraih dagu Lovi dan langsung menarik wajah Lovi kepadanya. Ia memiringkan kepalanya lalu mengecup bibir Lovi lembut dan mesra. Lovi melingkarkan tangannya di leher Arthur, pria itu menggendong Lovi dan masih dengan menciumnya di bawah hujan. Keduanya semakin merasa berat melepas satu sama lain. Derasnya hujan yang turun pun tidak akan bisa menghapus dan membuat luntur perasaan satu sama lain diantara mereka.
Nama belakang mereka sudah sama, Lovi adalah apapun yang membuat Arthur ingin terus menjaganya. Memang benar, air mata bisa luntur di bawah hujan, namun tidak dengan senyuman dan perasaan. Arthur masih ingin menuliskan banyak kisah untuk Lovi, begitu juga sebaliknya. Semakin erat pagutan mereka, semakin liar lidah bergelut satu sama lain menginvasi rongga mulut satu sama lain.
“Masuk, yuk? Aku jadi basah lagi, mandi, ya?” ucap Arthur di sela pagutannya. Lovi merenggangkan rengkuh dan mencubit hidung.
“Ya, kamu, sih, nakal.” Lovi mencubit kencang hidung Arthur yang membuatnya meringis kesakitan.
Keduanya pun masuk ke Villa, Arthur harus mandi kedua kalinya, tapi siapa yang akan keberatan kalau harus mandi kedua kalinya namun bersama orang yang kita cinta? Toh mereka juga sudah sah dalam naungan pernikahan.
Akhirnya setelah itu Lovi dan Arthur masuk ke dalam satu bath-tub yang sama dimana keduanya berendam di dalam air hangat. Arthur senang, karena ia bisa memintal kebersamaan dalam keintiman suami istri lebih lama dengan Lovi.
Arthur dalam posisi bersandar sementara Lovi juga bersandar pada dada bidang Arthur. Jendela di sebelah bath-tub tersebut dibuka hingga bisa memperlihatkan suasana sore hari dan sendunya biru laut yang membentang.
“Lov, aku mau. Kamu mau enggak?” tanya Arthur tiba-tiba. Lovi bingung, ia memiringkan kepalanya dan sedikit mendongak.
“Apa? Tiba-tiba mau apa enggak, apa, sayang?” tanya Lovi lagi. Arthur malas mendebat dan menjelaskan panjang lebar, Arthur bergumam lirih.
“Having a baby,” kata Arthur.
“Apa?” tanya Lovi kaget lalu membenarkan posisinya tidak lagi bersandar pada dada bidang Arthur, kini Lovi menghadap ke suaminya sambil mengernyitkan dahi.
“Enggak papa,” Arthur tersenyum kikuk, jelas-jelas Lovi mendengar bahwa Arthur tadi mengatakan bahwa ia sudah ingin memiliki buah hati. Namun, lagi-lagi sisi dingin Arthur muncul. Lovi hanya memutar bola matanya dan kembali bersandar di dada bidang Arthur selagi keduanya saling mengusap tubuh satu sama lain.
Malam itu, Arthur sudah menyiapkan sesuatu yang spesial bagi sang puan. Tanpa sepengetahuan Lovi, Arthur sudah memesan Party planner guna menyiapkan sebuah Candle light dinner di Villa tersebut. Suasana malam yang syahdu dengan hamparan laut, dibelai angin yang menawan dan suasana romantis. Arthur menyiapkan sebuah Meja untuk mereka menikmati makan malam. Di desain sedemikian rupa dengan hiasan bunga serta tumblr lamp yang menambah kesan manis. Sangat romantis untuk mereka berdua. Arthur meminta Lovi menyusulnya ke halaman belakang, dekat kolam renang, dan disuguhkan langsung ke pemandangan laut di malam hari.
“Lovi pasti suka,” batin Arthur. Di dalam saku celananya, Arthur juga menyimpan sebuah amplop yang berisi pemindahan tempatnya bekerja. Arthur berharap ini akan menjadi suatu kabar bahagia untuk Lovi.
Rembulan mulai menggantung, Lovi pun bergegas keluar dari kamarnya dan menuju halaman belakang Villa. Betapa terkejutnya ia melihat sang tuan sudah berdiri di sana. Arthur berdiri di samping meja dan kursi yang sudah disiapkan untuk Candle light dinner. Pria itu merentangkan tangannya, membuka dekap mempersilakan sang puan untuk datang dan berkata, “These all for my lovely wife, come and hug me, Love.” Arthur berkata dengan alis yang terangkat dan senyum yang sumringah. Lovi tersenyum haru lalu bergegas menghampiri sang tuan. Didekapnya erat sang empunya seluruh ruang relung hati Lovi itu.
Kesederhanaan dan keunikan Lovi memang membuat daya tarik tersendiri untuk Arthur. Dalam hatinya, ia ingin keindahan ini hanya bisa Arthur nikmati sendiri. Ia menemukan rasa nyaman, bahagia, satu frekuensi saat bersama dengan Lovi. Ada rindu saat keduanya tidak menjadi satu dalam sebuah temu. Dari mata Lovi terpancar kecantikan paras dan hati, keceriaan, dan sebuah kebahagiaan tanpa tahu luka apa yang sebenarnya ada di dalam hatinya
“Kamu cantik banget,” puji Arthur saat keduanya sudah duduk berhadapan dan menikmati dinner.
“Apaan, sih, sayang. Kamu ngide banget ya bikin candle light dinner gini.” Lovi tersipu.
“Ya memang cantik, iya, I realized that I never gave something special for my wife, sorry.” Arthur meraih tangan Lovi dan digenggamnya erat, ibu jarinya mengusap punggung tangan Arthur hingga keduanya bertukar simpul di wajah mereka.
“I have something for you,” ucap Arthur sambil merogoh sakunya lalu mengulungkan sebuah amplop untuk istrinya. Lovi menyilangkan sendok dan garpunya lalu meraih amplop yang diberikan Arthur itu.
“Jangan marah, ya.” Ucapan dari Arthur yang menerjang jantung Lovi membuat degup jantungnya tidak karuan karena ia sendiri belum melihat tulisan di dalam amplop itu. Dengan rasa penasaran, Lovi membuka amplop itu perlahan, bola matanya bergerak membaca tulisan yang ada di sana.
Pemindahan kepemilikan Bliss Villa kepada Arthur Rowen Cyrano
“Hah? Maksudnya apa?” Lovi bingung.
“Villa ini dikasih Ayah buat aku. Ayah minta aku kelola ini karena Ayah mau lepas tangan di hari tua, enggak mau urus bisnis lagi. So, this Villa is mine, doain aku, ya? Biar aku bisa jadi pemimpin yang wise, dan karena itu juga, berarti kamu bisa full di bawah pengawasanku. So, let’s have a baby after this, would you?”
“Are you serious?” tanya Lovi sekali lagi.
“Untuk apa aku bohong, sayang,” balas Arthur. Lovi masih mengatur degup jantungnya, saat yang ia tunggu akhirnya tiba. Arthur bangkit berdiri, “Boleh peluk?” Arthur merentangkan tangan sekali lagi dan Lovi langsung menghempaskan tubuhnya di pelukan Arthur. Kecupan bertubi-tubi menghujam pipi dan kening Lovi dari Arthur.
Arthur bawa raga yang ia dekap lebih dalam lagi dalam dekapannya. Arthur merenggangkan rengkuh dan menangkup pipi Lovi, Arthur kecup sekali dua kali atau mungkin tiga kali bibir sang puan dengan iringan letup bahagia cinta dalam hatinya. Lovi tertawa pelan, lalu membelai pipi sang tuan dengan jemarinya.
“Yas, I will.” Lovi berkata lalu tersenyum dan menarik wajah yang ia tangkup itu mendekat dan daratkan sebuah kecup mesra bagi sang tuan yang langsung dibalas Arthur juga. Tanpa basa-basi Arthur membopong tubuh Lovi ala bridal style tanpa melepaskan pagutan, ia bawa sang puan ke dalam Villa. Jarak kamar masih perlu banyak langkah, Arthur dudukkan sang puan di kitchen bar.
“What are you doing?” tanya Lovi heran.
“I want you as my dinner tho,” balas Arthur lalu menyeringai.
Lovi mengusap pipi pria yang lebih tinggi darinya itu, kaki Lovi melingkar di sekitar paha Arthur dan menariknya mendekat, mengunci kaki Arthur agar sang tuan tidak beranjak kemana-mana. Kemudian keduanya saling memejamkan mata karena sudah tahu apa yang harus mereka lakukan selanjutnya. Ya. Bertukar saliva pada birai yang bertaut. Mini Dress yang Lovi kenakan bisa terlucuti dengan mudah pada bagian atasnya oleh tangan Arthur, begitu juga kemeja putih dengan lengan panjang yang Arthur tekuk hingga sampai siku, kancing atas dan selanjutnya Lovi buka perlahan.
Keduanya saling memberikan kenyamanan yang sungguh dari dalam hati masing-masing. Keduanya tenggelamkan berisik sepenuhnya, sisakan suara decapan bibir yang beradu untuk dinikmati sebelum keduanya hanyut dalam lelap malam ini. Arthur sudah berjanji pada dirinya akan berikan malam yang indah bagi Lovi. Kini, kemeja Arthur sudah tanggal, bahkan tangan lincah Lovi juga berhasil melonggarkan ikat pinggang Arthur. Sementara itu tangan arthur juga melucuti bagian atas dress Lovi.
Bagian atasnya terlucuti meninggalkan bralette yang Lovi kenakan, hal itu juga ditangkis Arthur dengan sekejap, dalam satu kali percobaan bralette itu berhasil tanggal. Bibir masih bertaut, lebih menuntut dari sebelumnya.
“Nghh…” Sebuah lenguhan kecil keluar jadi salam pembuka singkat saat Arthur mengusap punggung Lovi yang sudah tidak tertutup perca sehelaipun.
Arthur iseng beri sebuah gigitan kecil, seakan minta ijin untuk menginvasi rongga Lovi lebih gencar dari sebelumnya, maka sebuah lenguhan dari Lovi mengudara. “Arthur, mmhh.”
Maka lidah saling bertaut, saliva saling ditukar, Lovi masih didudukkan di meja kitchen bar, Arthur masih berdiri, tangan kanannya menjaga pinggang Lovi dan tangan kirinya menahan tengkuk leher Lovi. Sungguh, pagutan mereka jadi lebih intim.
Saat birai dan lidah Arthur turun ke leher jenjang Lovi, sang puan mengadahkan kepalanya serta menggigit bibirnya menahan nikmat.
“Jangan ditahan,” bisik Arthur.
Lidah Arthur lihai menggoda, menyesap dan membuat tanda kepemilikan di leher jenjang milik Lovi.
“Ahh,” desah Lovi saat merasakan bahwa lidah Arthur sudah melesat ke belakang telinganya. Mati-matian menggoda dengan jilatan sensual yang memabukkan. Dada Lovi sempat membusung saat Arthur juga tiup telinga Lovi secara seduktif lalu kecupi telinganya berkali-kali.
Tangan Arthur kini menelusup di paha mulus Lovi dan berikan sentuhan dengan ujung jarinya bahkan meremasnya sesekali. Perlahan tapi pasti, perca itu ditanggalkan Arthur meski sedikit kasar, Arthur bayar dengan ciuman memabukkan. Tangan Lovi tidak tinggal diam, membuka resleting celana Arthur dan membuat sesuatu di dalam celana itu minta dipuaskan.
Tubuh yang tidak ditutupi apapun itu kini menjadi tempat Arthur bermuara dan bergerilya, tubuh Lovi hanya ditutupi oleh keringat dan kini, kabut gairah nafsu mengerumuni keduanya. Ingin saling setubuhi hingga esok pagi. Maka, detik selanjutnya tubuh polos Lovi di bagian atas dihujam lagi oleh serangan bibir nakal Arthur tanpa ampun. Dingin malam dihempas karena tatapan sayu Lovi malah membuat aliran darah pria di depannya kini mendidih oleh nafsu dan libido yang membuncah. Terlebih saat Lovi memberikan sentuhan pada pusaka milik Arthur.
“Nghh, babe,” lenguhan Arthur melesat menusuk rungu Lovi, wanita itu menyeringai. Maka Lovi masih dengan sentuhannya, dan Arthur melepaskan segala kain yang menempel di tubuhnya dan Lovi. Keduanya naked sekarang, dan Arthur langsung menyambar gundukan kenyal di dada Lovi, satu tangannya meremas, satu tangannya masih menjaga punggung sang puan.
“I love you, Arthur―nghh*,” lenguh Lovi terdengar nyaring akibat perlakuan bibir, lidah dan gigi sang tuan di puncak payudaranya. Desahan demi desahan masih lolos dari mulut Lovi namun tidak digubris oleh sang tuan. Arthur benar-benar meraup habis payudara Lovi tanpa ampun. Ia masih berkegiatan menyesap dan menikmati payudara sintal itu. Lovi benar-benar seakan-akan memberikan breastfeeding kepada pria yang tengah berkuasa atas dirinya itu. Lovi memberikan dirinya diraja tanpa henti, hal itu berlangsung lama dan membuat Lovi juga dikuasai nafsu, tidak bisa berbohong bahwa Lovi juga hanyut dalam permainan sang tuan. Kepala Arthur ditekan lebih dalam agar sang tuan semakin meraja di sana.
“Ssshh, deeper babe, akhh!” Lovi memekik saat Arthur memilin payudara kanannya dan menyesap bruutal payudara kirinya tanpa henti.
Lenguhan semakin mengudara, kini Arthur menyapa bagian pusat tubuh Lovi dengan jari tangannya. Jari telunjuk dan jari manisnya membuka lipatan lembab di bawah sana dan jari tengahnya perlahan melesat masuk ke liang surgawi yang sudah ingin dimanjakan itu.
“Ahh, Arthur slowly please,” rintih Lovi saat merasakan Arthur mulai mengoyak pelan liang surgawi itu. Birai Arthur bertaut dengan birai Lovi, membungkam sang puan agar menyalurkan nikmat lewat lumatan yang ditukar.
Perlahan lumatan dilepas, Arthur berlutut lalu mensejajarkan wajahnya dengan pusat tubuh sang puan, tersenyum menyeringai sesaat sebelum memberikan tiupan lembut yang membuat sekujur tubuh Lovi terasa bergidik.
Arthur tidak memberi aba-aba dan ia langsung memainkan liang surgawi milik Lovi dengan bibir dan lidahnya.
“Hmphh―Arthur, how dare you! Ough―” Lovi kehilangan kata-kata saat pusat pertahanannya diserang bertubi-tubi oleh Arthur.
“Keep saying my name, babe.” Arthur menyeringai sesaat sebelum bergelut lagi dengan pusat tubuh Lovi dengan memberikan gerakan nakal lidahnya menjilat, menusuk bahkan mengoyak dengan jarinya. Lovi terengah di atas sana. Arthur mengangkat kaki Lovi dan menaruh kedua kaki jenjang itu di pundaknya.
“Arthur... this is so mhh―” desahan Lovi malah membuat Arthur menambah kecepatan jari dan lidahnya yang bergantian, Lovi sibuk meremas surai Arthur guna menyalurkan nikmat.
“Deeper... you can go deeper to lick it,” perintah yang ditunggu oleh Arthur kini menusuk rungunya. Ia pun menggunakan dua jarinya guna membuka lipatan pusat tubuh Lovi, ia buka dengan kedua jarinya agar mempermudah Arthur memanjakan sang puan. Dengan bantuan dua jari Arthur itu mempermudah Arthur mempermainkan Lovi habis habisan. Arthur memberikan serangan dengan lidah dan bibirnya yang menghisap dan meraup habis kenikmatan surgawi itu tanpa sisa.
“Arthur―nghh...” Lovi memejam sambil menggigit bibir. Sungguh Arthur seliar ini malam ini.
Sebuah gigitan kecil membuat tubuh Lovi sedikit tersentak, clit Lovi dalam kuasa Arthur diberi sapaan oleh lidah dan gigi bahkan bibir yang hampir bersamaan, sungguh membuat Lovi lemah dan meracau tanpa henti. Sudah berkedut ditambah perlakuan bertubi-tubi dari Arthur sungguh tidak ada kata selain nikmat dan terbang yang dapat Lovi utarakan.
Gerakan jari Arthur untuk mengoyak liang surgawi bertambah cepat hingga sang puan kewalahan, kaki jenjang Lovi juga ikut bergetar saat hampir mencapai pelepasannya.
“Akh! Arthur―It’s close, mmhh―”
Benar saja, Arthur kembali memberikan gerakan cepat disana dengan dua jarinya diselingi lidahnya hingga sang puan melenguh nyaring.
“Akh―hmphh, Arthur, ahh,” cairan bening dan hangat membasahi pusat tubuh Lovi, ia mencapai pelepasannya oleh ulah Arthur, secepat kilat Arthur meraup habis cairan pelepasan itu, lalu Arthur berikan kecupan penghargaan di bibir ranum Lovi dan membelai pipi Lovi lembut, ia sematkan kecupan untuk waktu yang lama di kening Lovi juga.
“I love you,” bisik Arthur tepat di telinga Lovi lalu sesekali menjilat daun telinga kekasihnya yang membuat Lovi masih terus bergidik. Kalimat puja bagi sang puan juga ia sematkan.
Maka setelahnya, Arthur berikan tatapan penuh cinta kepada Lovi. “Kenapa, ih kok ngeliatin aku gitu?” tanya Lovi yang menatap heran Arthur yang terpana dengan sorot mata itu.
“Kok kamu enggak pernah protes sama sikap cuekku?” tanya Arthur.
Lovi memutar bola matanya perlahan, lalu mengembalikan pandangannya lagi kepada sang tuan, “Karena nggak ada alasan untuk aku protes,” katanya.
“Kamu enggak iri sama yang lain?”
“Buat apa? Aku kan bilang aku suka cara kamu jaga aku, kalau kata orang kamu tuh tsundere. Haha.”
“Lovi―”
“Iya, sayang?”
“I love you, Lovi.” Arthur meraih tangan Lovi dan menautkan jemari mereka dalam satu genggaman lalu mengecup punggung tangan itu berkali-kali. Binar mata Lovi memang lebih terang daripada cahaya lilin yang menemani mereka makan malam. Pagutan yang mereka adu berdua lebih memabukkan daripada wine yang biasa mereka teguk berdua. Keintiman keduanya lebih menyenangkan daripada hujan yang mereka nikmati berdua.
Kini, Arthur membawa tubuh dalam dekapannya itu ke kamar, menidurkan sang puan perlahan di ranjang. Menjaga benar raga itu dengan sepenuh hati. Kali ini kedua tangan Arthur menjalankan tugasnya masing-masing dan lidah serta bibirnya memanjakan sang puan dengan sentuhan sensual yang ia buat. Bibir Arthur tidak berhenti membuat sang puan mabuk kepayang.Sela rambut Arthur setelahnya menjadi media bagi Lovi menyalurkan nikmat yang perlahan mulai ia rasakan, tak butuh waktu lama. Balasan lembut pagutan berangsur brutal untuk sang puan diberikan Arthur di detik selanjutnya, pagutan dan lumatan serta sapaan lembut di birai Lovi dengan lidahnya yang lihai membuat Lovi membuka mulutnya memberikan akses kepada Arthur untuk melakukan lebih.
Arthur dan Lovi membiarkan desiran lembut dalam diri mereka merajai tubuh keduanya, meraih puncak libido saat ciuman itu menjadi sangat menuntut lebih. Senandung merdu menjelma syair indah dalam desah Lovi yang melantunkan nama Arthur. Pertukaran kasih mereka dilanjutkan dengan mengubah posisi mereka. Lovi berada di bawah terlentang dan Arthur merajainya, kini kaki Lovi pun Arthur buka lebar.
Beberapa saat setelahnya, Arthur memosisikan pusakanya tepat di pusat tubuh Lovi.
“Hold on babe,” bisik Arthur. Lovi menggelinjang kala ia merasakan perih dan satu kenikmatan saat Arthur memasukkan pusakanya yang membuatnya bersatu dengan liang surgawi milik Lovi.
“Arthur sshh...” Wanita itu mengerang dan mencengkram bahu Arthur.
“Tell me if you’re ready, enggak papa, atur napas dulu sayang.” Arthur berkata dengan mesra dan lembut.
Lovi masih mengatur napasnya, ia memejamkan mata, Arthur yang melihat sang puan nampak sayu itu pun membelai dan mengusap dahi Lovi yang mulai berpeluh.
“Udah?” tanya Arthur lembut.
Lovi mengangguk perlahan.
Maka, Arthur mulai menggerakkan pelan pinggulnya, biarkan Lovi menyeimbangkan rasa dahulu. Lovi menggigit bibirnya dan mengernyitkan keningnya menahan sensasi yang sudah lama tidak ia rasakan itu. Arthur meredamnya dengan kecupan bertubi-tubi di pipi dan kening Lovi kadang membuat sang puan merasa lebih nyaman. Gemetar tubuh Lovi saat itu kadang diakibatkan oleh gerakan Arthur yang cepat kemudian memelan tak beraturan.
“Ngh―slowlyy, please,” Lovi mengerang, hal itu diindahkan Arthur, kini Arthur bergerak perlahan.
“Ahh,” lenguh Arthur saat merasakan bahwa liang surgawi Lovi menjepit miliknya sesekali.
“Aku mau di atas, let me ride you,”
Akhirnya mereka mengubah posisi, perlahan Arthur bawa tubuh Lovi meraja atasnya, Arthur bersandar di bantal yang ia susun untuknya bersandar di head board ranjang sehingga tubuh Arthur tidak terlalu terlentang dan tidak terlalu tegak, keduanya mendapat posisi ternyamannya.
Sekarang, Arthur sudah ada di bawah kuasa Lovi, bahkan Arthur melenguh nyaring saat Lovi memosisikan pusat tubuhnya sejajar dengan pusaka Arthur maka setelah itu Arthur membantu menghentakkan pinggulnya sehingga pusakanya masuk sepenuhnya ke dalam milik wanita itu bahkan mengenai titik sensitive Lovi. Lalu Lovi juga mulai bergerak mandiri, terkadang kewanitaan Lovi mengerut dan mengetat menjepit milik Arthur di sana.
“Ahhh Lovi jangan diketatin sayang, nghhh,” desah Arthur.
“Ar― sshhh.”
Benar saja, Lovi mulai bergerak dan pinggulnya tek henti berikan gerakan naik turun Lovi membuat payudaranya juga bergerak seakan menggoda Arthur. Kembali Arthur melahapnya dan Lovi menekan tengkuk leher Arthur seakan menyuruh Arthur memperdalam permainannya di payudara Lovi. “Arthur ahh, stay there, deeper,” desah Lovi.
Tempo gerakan mereka semakin brutal. Keduanya saling mendesah. Kini gantian Lovi yang menarik dagu Arthur, ia lumat bibir Arthur dan berikan gigitan kecil. Sungguh, sisi liar Lovi menyala saat ini. Arthur pasrah dengan perlakuan Lovi yang memabukkan ini. Lovi juga menundukkan kepalanya menciumi bagian leher dan dada Arthur, lidahnya bergerak lihai di sana membuat Arthur memejam. setelah dirasa cukup, Lovi mulai mengalungkan tangannya di leher Arthur lagi. Kali ini biar Lovi yang berikan afeksi bagi sang tuan.
Lovi menggerakkan pinggulnya lagi bahkan masih dengan bantuan Arthur.
“Mhh―Ar, ahhh,”
“Ssshh mhh,” Arthur mengerang dan Lovi masih mencengkram bahu Arthur.
“Oughh―ahhh!” lenguhan saling bersahutan.
Kepala Lovi mendongak, dadanya membusung, payudara diraup habis lagi, lidah Arthur semakin brutal berikan gerakan memutar di puncak payudara Lovi. Seonggok jantung seakan berpacu berlari kencang saat mendapat gerakan cepat dari Lovi, jantung Arthur berdegup kencang dan napasnya terengah-engah.
“Babe, can we try another position?” bisik Arthur pelan.
“What’s that?”
“Can you make your body move with the rear and higher than the front?”
“Haha, my naughty husband,” balas Lovi namun ia menurutinya.
Maka Lovi mulai mengubah posisinya menungging sesuai permintaan Arthur, kini, Arthur mulai memasukkan dan menyatukan lagi milik mereka, lenguhan memecah hening saat keduanya menemui penyatuan.
Arthur menarik pinggang Lovi dan mengecupi punggung istrinya itu dan memeluknya sejenak.
“Wanna bring heaven together?” tanya Arthur berbisik di telinga Lovi. Maka Lovi menoleh sedikit hingga ujung hidungnya bersentuhan dengan wajah Arthur lalu ia mengangguk. Hal itu diartikan sebagai persetujuan dan permintaan dari istrinya. Dan akhirnya Arthur mulai menegakkan badannya yang bertumpu pada lututnya itu. Menghela napas panjang sebelum mulai bergerak lagi.
Gerakan pinggul dengan tempo lambat berangsur stabil diberikan Arthur.
“Mhh Arthur, faster?” kata Lovi sambil menoleh ke arah suaminya, satu alisnya terangkat membuat Arthur semakin terpancing memberikan gerakan lebih cepat dari sebelumnya.
“Ahh, mmh as your wish,” lenguh Arthur bergantian terdengar dengan lenguhan Lovi. Tarian pinggul Arthur kini membakar gelenyar dalam tubuh Lovi, bagian mana yang belum Arthur kuasai di lekukan indah setiap inchi tubuh Lovi? Bahkan sudah tanpa terkecuali.
Maka, kini tinggalah mereka berdua sebagai sepasang sejoli yang bertaut janji agar saling melengkapi. Mata Lovi memejam.
“Close your eyes, and I’ll bring this heaven, Lovi.” keduanya memejamkan mata setelah Arthur mengucapkan kalimat itu. Benar saja, sensasi nikmat terbang ke awan-awan memang Arthur sajikan bagi Lovi kala itu. Pergerakan yang menjemput nikmat malam kala itu membakar jiwa mereka, tak perlu menjaga degup karena detak jantung keduanya sudah tak beraturan sekarang, peluh juga sudah membanjiri tubuh keduanya maka bersatulah mereka dalam bising lenguh yang beradu lebih nyaring lagi saat itu, tubuh Lovi didekap Arthur sembari Arthur memberi hentakan lebih dalam kepada sang puan.
“Arthur, akhh!” pekik Lovi dan mencengkram bahu sang tuan. Memeluk tubuh kekar yang menyediakan pelukan paling hangat di dunia itu dengan erat.
Satu hentakan kencang diberikan lalu jeda dimunculkan. Keduanya saling memeluk sesaat. Satu hentakan kencang diberikan lagi lalu jeda―dua hentakan kencang setelahnya. Lovi memekikkan nama sang tuan hingga menggema, Arthur memejamkan matanya, meraup oksigen sebanyak mungkin, ia meremas pantat sintal milik Lovi juga. Berikan beberapa kecupan lagi di punggung mulus itu sebelum bergerak lagi―lebih cepat dan brutal dari sebelumnya.
“Arthur, slowly, mhh,” namun mendengar perkataan itu Arthur malah tidak menghiraukannya.
“Coming out together, please?” pinta Lovi dalam bisik mesra di telinga Arthur, perintah dalam desah itu membuat sesuatu meledak dalam diri Arthur membuat ia menelan ludah lalu melakukan apa yang Lovi perintahkan. Hingga saat Arthur menggerakkan pinggulnya lagi, bunyi decapan bibir keduanya beradu dengan decitan ranjang, setelahnya menggema lagi sebuah lenguh.
“Ahh―Arthur, sshh,”
“Lovi―I’ll move faster!” balas Arthur. Afeksi candu yang dibuai renjana malam itu hadir menemani keduanya dibuai gelora asmara yang saling beradu satu sama lain. Kini Arthur sudah bergerak lebih cepat dari sebelumnya
Lovi dan Arthur kembali merasakan tubuhnya dijalari sebuah gelenyar yang membawa mereka ke puncak tertinggi saat ini, detik-detik terlewati dengan rasa nikmat yang tak berujung. Mereka bergantian memekik dan melenguhkan nama dengan hingga tempo tak beraturan dan semakin cepat diberikan Arthur saat keduanya sudah ada di puncak hampir sampai pada pelepasan dan peleburan kasih yang bersatu.
“Arthur―mhh...”
Akhirnya pada detik selanjutnya, Arthur memberikan hentakan paling kencang dan penuh penekanan malam itu, Arthur berikan tumbukan itu berkali-kali dengan gerakan pinggul yang buat kepayang.
“Almost, Arthur aaakkhh,” desah Lovi yang mengundang Arthur memberikan gerakan hentakan bertubi-tubi hingga membawa dan menjemput surga bagi keduanya.
“Arthur―”
“Lovi―ahh, together...”
“Mhhh... Ahhh!” keduanya saling bersahutan saat Arthur menembakkan cairan kasihnya di dalam milik Lovi yang membuat tubuh Lovi bergetar dan menggelinjang untuk beberapa saat dan keduanya saling memeluk erat dalam penyatuan perasaan yang semakin mengadu satu sama lain.
Tubuh Lovi yang melemas kini Arthur rebahkan bersama dalam satu gulungan selimut.
“Semoga jadi Arthur junior ya.” Arthur berbisik di telinga wanita yang ada di dalam dekapannya itu. Menghangatkan dekap, merebahkan lelah, membagi cumbu serta meredam bising kepala adalah hal terindah yang semua pasangan ingin rasakan.
Lama waktu terlewati, kehidupan baru mereka jalani, tiba saatnya saat Arthur pulang mengurus Vila, Lovi menyambut sang tuan di ruang tamu, sebuah peluk mereka bagi berdua.
Lovi merenggangkan rengkuh dan merapikan rambut Arthur dengan satu tangannya. “I have something for you!” katanya antusias.
Arthur mengernyitkan dahi sedikit bertanya-tanya, Lovi berbalik badan lalu menarik lengan Arthur masuk ke kamar dengan sedikit berlari, Arthur mengikutinya dengan bersemangat dan rasa penasaran, sampai di kamar, Lovi mengambil sesuatu dari laci meja riasnya, tangannya menyodorkan sesuatu kepada Arthur. Pria itu melihatnya dengan saksama. Sebuah testpack dengan dua garis yang terpampang di sana.
Arthur menatap testpack itu dan menatap Lovi bergantian, seperti tidak percaya. Dilihatnya wajah Lovi tersenyum manis dan antusias. “Am I going to be a daddy?!” tanya Arthur penasaran dan tidak percaya.
Lovi mengangguk antusias. “Aku lupa, aku udah naruh ini tadi pagi, tapi lupa, buru-buru siapin sarapan buat kamu, dan baru aja inget, Ar! Kita mau jadi orang tua!”
Tanpa babibu lagi, Arthur mendekap Lovi ke dalam pelukannya. Keduanya saling memeluk erat, beberapa kali Arthur mencium bibir dan kening Lovi bergantian. Keduanya sangat bahagia, tugas mereka sekarang menantikan kehadiran Lovi dan Arthur junior. Kebahagiaan dua insan merekah sempurna, menyambut buah hati mereka.
“Lovi, you are amazing lovely present for me!”
END
Semoga bahagia selalu Lovi dan Arthur! Haha <3
you can give me your support on https://trakteer.id/awnyaii/tip
kritik saran masukan request https://curiouscat.me/awnyaii